Tinggalkan Keluarga Demi Suaka
Merdeka.com - Ali, pria 25 tahun harus menempuh perjalanan sejauh 6.000 kilometer menggunakan jalur laut demi mencari suaka di Indonesia. Dia mengambil langkah itu setelah rumahnya di Afghanistan tak lagi dapat ditinggali. Seluruh keluarganya mencari perlindungan di negara lain. Sayang, kondisi tidak memungkinkannya untuk tinggal bersama.
"Keluarga saya tinggal di Iran," ujar Ali saat ditemui merdeka.com, Rabu (4/9).
Pencari suaka yang kini tinggal di penampungan sementara, eks Kodim Kalideres itu pertama kali datang ke Indonesia enam tahun lalu. Bersama sejumlah rekan, dia berharap bisa menemukan penghidupan lebih baik.
-
Kenapa Alice Guo mencari suaka di Indonesia? 'Jadi secara jujur sebetulnya dia ingin mendaftarkan asylum (suaka), mendaftarkan suaka politik sebetulnya. Nah tetapi pihak pemerintah dari Filipina sudah datang ke sini dan ini under police to police operation,' kata pengacara Alice, Gugum Ridha Putra kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Kamis (5/9).
-
Kenapa Jaka merantau ke negeri orang? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Mengapa Sugiono singgah di Aceh? Pesawat yang akan membawanya terbang ke Rusia transit Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar.
-
Kenapa petualang ini ingin melewati Selat Bering? Jika ingin menjalani petualangan yang lebih mendebarkan, bisa mencoba menyeberangi Selat Bering dari Siberia ke Alaska, mengikuti jejak perjalanan manusia pertama yang mencapai Amerika ribuan tahun yang lalu.
-
Kenapa Keluarga Surbek harus meninggalkan Indonesia? Saat itulah keluarga Surbek terpaksa meninggalkan Indonesia walau itu merupakan pilihan yang sulit bagi mereka. Begitu pula dengan Gladys yang harus berpisah dengan Mino.
-
Bagaimana cara mudik? Meski tak direkomendasikan, mudik naik motor masih dilakukan warga. Mudik dengan sepeda motor masih dipilih masyakarat meski dari segi keselamatan sangat berbahaya. Biasanya, pemudik naik motor karena tidak dapat tiket angkutan atau kampung halamannya tidak terlalu jauh.
"Ada anak kecil, satu keluarga, perempuan, atau sendiri seperti saya," kenang Ali menceritakan kondisi kapal yang ditumpanginya untuk menyeberang benua.
Berbeda dengan Ali, seorang pencari suaka berinisial B justru keluar dari Afghanistan secara legal. Dengan perintah kedua orang tuanya, B ke Malaysia dengan menggunakan pesawat terbang.
Perjalanan ke Indonesia dilanjutkan Ali menggunakan kapal, bersama rombongan pencari suaka lainnya. Namun tanpa disangka, ketika berada di tengah perjalanan seseorang memerintahkan rombongan untuk menghilangkan paspor.
"Ada yang dibakar, ada yang dibuang ke laut," kata B.
Menurutnya, saat itu dia baru mengetahui bahwa dirinya mungkin akan menemui masalah di Indonesia dengan paspor Afghanistan. Sudah kepalang tanggung, B tetap meneruskan perjuangannya mencari suaka di Indonesia.
Pria yang sempat mengenyam pendidikan sebagai teknisi itu berkisah, orangtuanya berharap dia bisa mendapat pekerjaan dan tempat tinggal untuk bisa menolong keluarganya keluar dari Afghanistan. Namun, enam tahun sudah anak pertama dari tiga bersaudara itu berada di Indonesia tanpa kepastian.
"Orangtua sendiri bilang sama aku, kamu pergi dari Afghanistan. Mereka bilang, nanti kalau kamu punya kerja punya uang, baru kamu bawa kami pergi dari Afghanistan," tutur B dalam bahasa Indonesia.
Dia mengaku komunikasi dengan keluarga terbatas. "Di kampung saya tidak ada signal. Mereka (keluarganya) harus jalan satu jam baru bisa ada signal," kata B.
B mengatakan, sulitnya komunikasi dengan keluarga membuatnya khawatir setiap kali mendengar kabar soal perang di tanah kelahirannya. "Hanya takut jika terjadi apa-apa di Afghanistan, aku takut, kepikiran bisa apa untuk keluarga aku."
Meski belum juga mendapat kepastian di mana dia bisa mendapat tempat tinggal tetap, B enggan menceritakan kehidupannya di Indonesia kepada keluarga. Dia hanya bisa menolak, ketika kedua adiknya yang berumur 12 dan 16 tahun ingin menyusulnya.
"Aku cuma bisa bilang sorry," ungkapnya lirih.
Jika B kesulitan menghubungi keluarganya karena kondisi Afghanistan yang tidak memungkinkan, Ali justru tidak bisa menghubungi keluarga karena tidak ada uang.
"Saya sangat jarang (menghubungi keluarga), karena saya harus beli pulsa untuk internet," kata Ali terbata-bata.
Ditemui di sebuah warung kopi, belakang gedung eks Kodim, Ali mengaku kehidupan keluarganya di Iran tidak begitu baik. Sesekali mereka saling bertukar kabar lewat media sosial.
Meski demikian, kondisi keluarga Ali terbilang sedikit beruntung dari B. Di Iran, keluarga Ali masih bisa memiliki pendapatan dan melakukan sejumlah kegiatan di Iran, walau terbatas.
"Di Iran, mereka masih bisa bekerja dan melakukan hal lain. Namun, di sini kami tidak bisa melakukan apa-apa," ungkap Ali.
Keinginan Ali dan B untuk bisa mendapatkan pekerjaan di Indonesia nampak jauh dari harapan. Pun demikian dengan impian memboyong keluarga keluar dari negaranya.
Esok hari, pemerintah akan menutup penampungan di eks Kodim Kalideres. Tidak ada lagi pilihan tempat tinggal bagi mereka. Pihak UNHCR menawarkan uang sebesar Rp 1 juta untuk biaya hidup setelah keluar dari penampungan tersebut. Namun, tak banyak pengungsi yang setuju. Hingga saat ini, ratusan pengungsi masih bermalam dalam gedung eks Kodim Kalideres, berharap solusi bagi nasib mereka.
Reporter Magang: Anindya Wahyu Paramita
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Abdul menghabiskan waktu kurang lebih 7 tahun untuk mengubah hidupnya di kampung.
Baca Selengkapnya4 tahun hidup di perantauan, prajurit TNI ini akhirnya bisa mudik ke Papua dari Jakarta.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaHarus berpisah dari anaknya yang masih kecil, pria ini mengaku hal inilah yang menjadi patah hati terbesar seorang ayah.
Baca SelengkapnyaHingga usianya yang senja, dia memilih untuk menetap di tengah hutan.
Baca SelengkapnyaDia mendapatkan kuota prioritas lansia dan pendamping lansia, sehingga tidak menunggu antrian terlalu lama.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan pemuda Garut yang terlantar di Bali.
Baca SelengkapnyaKisah tragis seorang tuna wisma yang sudah hidup di jalanan selama puluhan tahun.
Baca SelengkapnyaSeorang perempuan asal Indonesia membagikan kisahnya hidup di atas kapal selama 6 tahun.
Baca SelengkapnyaPotret rumah seorang pensiunan TNI AL yang ada di tengah hutan di Sumedang, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaTernyata, ia pernah mengalami ujian hidup yang begitu hebat. Pria itu mengaku bahwa istri dan anaknya sampai pindah keyakinan.
Baca SelengkapnyaKisah perjalanan pria meraih kesuksesan di perantauan.
Baca Selengkapnya