TNI ancam Soekarno dengan meriam, akhir karir TB Simatupang
Merdeka.com - Perpolitikan Republik Indonesia awal tahun 1950an mendidih. Saat itu baru saja Indonesia benar-benar berdaulat setelah Belanda tak lagi melancarkan agresi militer.
Situasi politik dan ekonomi di negara muda ini terombang-ambing. Demokrasi Liberal yang diterapkan hanya menghasilkan konflik politik tak berkesudahan.
Kepala Staf Angkatan Perang Jenderal Mayor TB Simatupang dan Kepala Staf Angkatan Darat Kolonel AH Nasution menginginkan tentara yang profesional. Bukan para panglima yang bisa berkuasa di daerah dan menjadi raja-raja kecil.
-
Kapan S.H. Simatupang menjabat sebagai Direktur Jenderal? Pada 1960, Simatupang menjadi pejabat sementara Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi menggantikan Raden Samdjoen.
-
Siapa yang menggantikan S.H. Simatupang? Lalu pada 1 Juli 1959, Simatupang menggantikan Oesadi sebagai Kepala Jawatan Pos.
-
Apa yang dilakukan TB Simatupang di markas di Kulon Progo? Di rumah markas itu telah banyak langkah yang diambil Kolonel TB Simatupang beserta jajarannya. Selain rapat untuk membahas strategi perang, markas itu juga menjadi tempat pelatihan militer kepada pemuda setempat dan tempat untuk menjelaskan situasi gerilya pada penduduk setempat.
-
Mengapa Presiden Soeharto memilih Jenderal M Jusuf menjadi Panglima TNI? Presiden Soeharto selalu punya pertimbangan saat memilih Panglima TNI.
-
Bagaimana Soeharto menyingkirkan jenderal? Di era Orde Baru, 'Didubeskan' atau dikirim menjadi Duta Besar adalah cara Soeharto menyingkirkan para jenderal di sekelilingnya yang dianggap tidak lagi sejalan atau bisa menjadi saingan.
-
Siapa saja menteri Soekarno? Presiden Soekarno memimpin sendiri kabinet yang beranggotakan 21 orang menteri,' tulis Wahjudi Djaja dalam Kabinet-Kabinet di Indonesia.
Angkatan Darat pun terpecah. Ada kubu Nasution dan kubu Kolonel Bambang Supeno.
Konflik dalam militer ini ditunggangi kepentingan politik dari partai politik yang duduk di DPR. Kubu Nasution merasa DPRS terlalu turut campur pada urusan militer.
Puncaknya tanggal 17 Oktober 1952. Kubu Nasution menggerakkan massa untuk mendesak Presiden Soekarno membubarkan DPR. Mereka juga menaruh empat meriam berisi peluru di depan istana untuk menggertak Soekarno .
Nasution dan sejumlah perwira Angkatan Darat pun menghadap Soekarno meminta DPR dibubarkan. Tapi Soekarno tak gentar. Dia menyebut aksi Kolonel AH Nasution ini sebagai percobaan setengah kup atau kudeta. Nasution berkilah, dia tidak ingin melawan Soekarno tetapi sistem pemerintahan.
Soekarno membeberkan peristiwa ini dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams. Dia naik pitam. Soekarno marah sekali pada Nasution.
"Engkau benar dalam tuntutanmu tapi salah dalam caranya. Soekarno tidak akan menyerah menghadapi paksaan. Tidak pernah kepada seluruh tentara Belanda dan dan tidak kepada satu batalyon Tentara Nasional Indonesia!" bentak Soekarno .
Nasution membalas. "Bila ada kekacauan di negara kita, setiap orang berpaling kepada tentara. Tokoh-tokoh politik membikin peperangan, tetapi si prajurit yang harus mati. Wajar bila kami turut berbicara tentang apa yang sedang berlangsung," kata Nasution.
Namun penjelasan Nasution soal aksi itu hanya membuat Soekarno semakin marah.
"Mengemukakan apa yang terasa di hatimu kepada Bung Karno-YA. Tetapi mengancam Bapak Republik Indonesia-TIDAK! JANGAN SEKALI-KALI!"
Soekarno lalu keluar menemui massa seorang diri. Setelah berdialog dengan presiden massa malah berteriak-teriak mendukung Soekarno .
"Hidup Bung Karno , hidup Bung Karno!"
Soekarno pun menatap empat meriam 25 pon buatan Inggris yang moncongnya menghadap istana. Dia memarahi prajurit itu. Para prajurit yang takut malah kemudian ikut berteriak Hidup Bung Karno!
Peristiwa 17 Oktober membuat perpecahan Angkatan Darat makin lebar. Mayor Jenderal TB Simatupang yang dinilai pro-Gerakan 17 Oktober diberhentikan dari Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP).
Jabatan KSAP pun dihilangkan tahun 1953. Selanjutnya hanya ada forum antara kepala staf angkatan darat, laut dan udara, tanpa jabatan KSAP.
Hilangnya jabatan KSAP berarti menutup karir TB Simatupang. Sebagai tentara dengan pangkat tertinggi, tak lagi ada posisi untuknya.
Kolonel Nasution pun mengundurkan diri dari Angkatan Darat. Dia malah sempat membuat Partai Politik. Namun dua tahun kemudian, Soekarno kembali memanggil Nasution untuk menjadi Kepala Staf Angkatan Darat kembali untuk menghentikan perpecahan di tubuh TNI AD.
Akhirnya Simatupang memilih pensiun dini dari militer tahun 1959. Jabatan terakhirnya Penasihat Militer Departemen Pertahanan. Saat itu dia berpangkat Letnan Jenderal pada usia 39 tahun. Simatupang merasa tidak dapat lagi bekerja sama dengan Presiden Soekarno .
Sejarawan Petrik Matanasi menjelaskan saat itu konflik tentara sangat dipengaruhi latar belakang militer para perwira TNI.
Perwira lulusan Pembela Tanah Air (PETA) didikan Jepang tak menyukai para perwira eks Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL) didikan Belanda. TB Simatupang dan Nasution adalah mantan perwira KNIL yang memiliki karir cemerlang di TNI.
Perwira eks PETA biasanya militan dan jago di lapangan. Sedangkan para perwira eks KNIL lebih unggul soal organisasi, intelektual dan strategi.
"Simatupang sudah sadar dirinya tak disukai sejumlah perwira. Memang dia tak pernah ingin menjadi Panglima, cukup Kepala Staf Angkatan Perang yang sebenarnya tak memiliki komando langsung," kata sejarawan Petrik Matanasi saat berbincang dengan merdeka.com.
Setelah pensiun, TB Simatupang kemudian melayani gereja. Dia pernah menjadi ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia, dan Ketua Dewan Gereja-gereja Sedunia. Pak Sim pun produktif menulis buku tentang masalah militer, sosial, dan politik hingga meninggal dunia tahun 1990.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Try Sutrisno memiliki karir politik yang mentereng. Pada tahun 1956, dia diterima menjadi taruna di Atekad.
Baca SelengkapnyaMemakai seragam militer saja nyaris sudah tidak pernah. Tapi kenapa Jenderal ini yang dipilih?
Baca SelengkapnyaSejak dipisahkannya Kepolisian Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia dari ABRI per 1 April 1999, istilah Panglima ABRI diganti menjadi Panglima TNI
Baca SelengkapnyaKerap disapa Bang Nolly, pria asal Temanggung ini merupakan salah satu tokoh militer dan politik yang patut untuk dikenang jasa-jasanya.
Baca SelengkapnyaSeorang presiden terpilih selain sebagai kepala negara dan pemerintahan, juga memiliki jabatan sebagai Panglima Tertinggi.
Baca SelengkapnyaLetjen TNI Purn TB Silalahi meninggal dunia di usia 85 tahun.
Baca SelengkapnyaSosok ini merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah politik dan militer Indonesia.
Baca SelengkapnyaTengah Air Base jadi markas pesawat jet tempur Inggris. Dijaga kuat dengan rudal antipesawat udara.
Baca SelengkapnyaPerjalanan karir militer seorang perwira tak bisa ditebak. Begitu juga dengan Kolonel Angkatan Darat ini.
Baca SelengkapnyaIndonesia pernah memiliki seorang Panglima TNI termuda yang menjabat saat masih berusia 19 tahun, ia adalah Jenderal besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman.
Baca SelengkapnyaHidup Soekarno semakin parah usai dilengserkan dari kursi presiden.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca Selengkapnya