TNI AU ngebet beli simulator Sukhoi
Merdeka.com - Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan selain membeli Sukkoi sebanyak 6 unit dari Rusia, rencananya Indonesia juga membeli simulator jet tempur jenis medium tersebut di tahun ini. Pembelian simulator untuk menghemat pengeluaran operasional Sukhoi dan jaminan keselamatan pilot selama operasional.
"Setidaknya, dana yang harus dikeluarkan untuk 1 jam latihan Sukhoi mencapai Rp 500 juta," kata Sufaat kepada wartawan di Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta, Sabtu (7/4).
Dengan pembelian simulator akan menekan angka pengeluaran operasional Sukhoi. Harga simulator berkisar 35 juta dolar AS.
-
Kenapa TNI AU beli Sukhoi? Indonesia Juga menjadi Salah Satu Negara Pengguna Sukhoi Su-27 TNI AU memiliki 16 Sukhoi SU-27 SKM dan SU-30 MK2 yang memperkuat Skadron Udara 11 Wing Udara 5 Lanud Sultan Hasanuddin.
-
Siapa yang melatih pilot TNI AU menerbangkan MiG-21? Indonesia mengirimkan para pilot dan teknisi TNI AU ke sejumlah negara Blok Timur.Sejumlah pilot Rusia pun didatangkan untuk melatih mereka.
-
Siapa yang membuat Sukhoi? Maka proyek pesawat tempur taktis berat kemudian diserahkan pada Sukhoi. Sementara MiG mendapat proyek pesawat tempur taktis ringan.
-
Dimana alutsista TNI AU diuji terbang? Tepat 18 Januari 1956, delapan unit Vampire berhasil menjajal uji terbang dari landasan udara Husein Sastranegara, Bandung.
-
Apa yang akan didapatkan TNI AU? 'Kita bisa menerbangkan dari luar area yang ingin kita pantau misalnya di Papua atau di daerah mana, kita bisa menerbangkan dari luar Papua,' kata dia.
-
Bagaimana TNI AU modernisasi alutsista? Tiga tahun terakhir, pemerintah mengalokasikan anggaran cukup besar untuk modernisasi alutsista dalam negeri.
"Harga simulator adalah setengah harga dari Sukhoi. Harga Sukhoi berkisar 50 hingga 60 juta dolar AS per unit," lanjutnya.
Hingga sekarang TNI AU masih belum menentukan pilihan akan membeli di negara mana. "Kami menjajaki, beli simulator dari Rusia, China, atau dari Kanada. Ada beberapa sumber dan kami akan cari yang terbaik, pertimbangannya adalah bahasa juga," terangnya.
Selain itu, pengadaan simulator Sukhoi juga solusi terbaik dalam mencetak pilot handal daripada mengirimkan pilot Indonesia belajar di luar negeri. "Kelemahannya mereka tahu kemampuan penerbang Indonesia," ucapnya serius.
Saat ini, TNI AU sudah memiliki beberapa simulator pesawat. Dua diantaranya adalah F16 dan Hercules.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kehadiran delapan helikopter H255M memperkuat Skadron Udara 8 Wing 4 Pangkalan Udara Atang Sendjaja Bogor.
Baca SelengkapnyaJet tempur tanpa awak dibeli Indonesia dari Turki dengan nilai kontrak mencapai 300 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp4,53 triliun.
Baca SelengkapnyaMenhan Prabowo berharap, kerja sama ini akan dapat menambah kekuatan TNI sekaligus memperkuat industri pertahanan dalam negeri.
Baca SelengkapnyaPemerintah juga akan kedatangan 42 unit pesawat tempur Rafale secara bertahap sekaligus merencanakan modernisasi radar.
Baca SelengkapnyaTugu pesawat tempur itu diresmikan langsung Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono.
Baca SelengkapnyaHelikopter S-70M Black Hawk dirancang dengan kemampuan beroperasi dalam kondisi cuaca ekstrem baik siang maupun malam serta menjalankan berbagai misi.
Baca SelengkapnyaF-15 dari AS dan Sukhoi serta MiG dari Rusia. Mana yang lebih baik dalam pertempuran?
Baca SelengkapnyaH225M dikenal sebagai helikopter yang aman, andal, kuat, dan serbaguna yang mampu melaksanakan berbagai misi.
Baca SelengkapnyaMenhan Prabowo Subianto menyerahkan lima unit pesawat NC-212i kepada TNI Angkatan Udara (AU) di Lanud Halim Perdanakusuma pada hari Selasa (12/12) pagi.
Baca SelengkapnyaTNI melakukan terobosan untuk menghadapi ancaman perang di masa depan. Salah satunya melibatkan unsur siber dan drone
Baca SelengkapnyaAlat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dibutuhkan sebagai urat nadi pertahanan. Pelindung langit Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndonesia memastikan membeli Rafale dan Mirage 2000-5
Baca Selengkapnya