Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Trah Bonokeling berjalan kaki agar bersatu dengan alam

Trah Bonokeling berjalan kaki agar bersatu dengan alam Langkah ibadah Anak Putu Bonokeling. ©2017 merdeka.com/Abdul Aziz

Merdeka.com - Menuju tempat-tempat yang dianggap suci bagi anak cucu bonokeling, dijalani dengan laku spiritual tak biasa yakni berjalan kaki. Dari kediaman masing-masing, mereka yang tinggal di Kabupaten Cilacap atau Banyumas bersama menempuh perjalanan puluhan kilometer.

Mendaki kendran (tempat peristirahatan Ki Bonokeling) di bukit kecil Desa Adiraja Cilacap saat mauludan, atau berziarah ke makam Ki Bonokeling di Desa Pekuncen Banyumas saat mendekati bulan puasa, mereka berombongan berjalan kaki berpeluh keringat sembari panjatkan doa.

Kesepuhan (ketua adat) anak putu (cucu) Bonokeling, Ki Sumitro mengatakan berjalan kaki memang bagian ibadah dari komunitasnya. Berjalan kaki ia sebut sebagai laku dari manunggaling alam atau bersatunya manusia dengan alam. Selain itu dalam kegiatan ini, anak putu juga berikhtiar memanjatkan doa tentang harapan-harapan yang ingin dikabulkan.

"Berjalan kaki memang bagian laku ibadah kita. Manunggaling alam, bersatu dengan alam sebagai sesama ciptaan Tuhan," kata Sumitro kepada merdeka.com, Rabu (17/5).

Dalam ritual perlon (keperluan) unggahan selamatan menyambut bulan puasa pada Kamis (18/5), seribu lebih anak putu Bonokeling mengikuti laku berjalan kaki sejauh 40 km dari Adiraja, Kalikudi, Kawunganten, Kroya ke Pekuncen, Kabupaten Banyumas. dalam ritual itu mereka mesti melewati jalur yang tak mudah. Di bawah terik matahari, mereka mesti naik turun perbukitan dengan kondisi jalan yang beberapa diantaranya berkerikil.

Salah satu anak putu dari Adipala, Rizki Dewanti (15) mengaku sudah dua kali mengikuti ritual ini. Dia berdoa agar menjadi anak yang lebih baik.

"Unggahan ini dua kalinya yang saya ikuti. Saya berharap bisa jadi anak yang lebih baik lagi," kata Rizki saat ditemui merdeka.com di bukit perbatasan Cilacap-Banyumas di daerah Pekuncen, Kamis (18/5).

Dalam buku Islam Kejawen, Sistem Keyakinan dan ritual anak cucuk Ki Bonokeling (2008) yang ditulis Suwito NS dkk, anak putu Bonokeling merupakan komunitas Islam Kejawen. Perkembangan komunitas ini bermula dari tokoh spiritual bernama Ki Bonokeling yang membuka hutan dan mengembangkan pertanian di Pekuncen yang berarti suci. Anak cucu Ki Bonokeling sendiri lantas menyebar ke berbagai wilayah baik di cilacap maupun Banyumas.

Terkait pandangan sebagai Islam Kejawen, Sumitro sendiri menegaskan bahwa komunitasnya lebih nyaman dipandang sebagai Islam saja tanpa embel-embel lain. Ia mengakui dari beberapa tata cara ibadah memang ada beberapa hal yang berbeda dengan umat Islam pada umumnya.

"Ada beberapa hal yang tidak ilok (tabu) untuk dibicarakan. Kami lebih nyaman disebut Islam saja," kata Sumitro yang merupakan ketua adat anak putu Bonokeling generasi ke-14. (mdk/cob)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Melihat Ritual Umat Buddha di Candi Borobudur Jelang Waisak, Dihadiri Para Bhiksu Tudhong dari Berbagai Negara
Melihat Ritual Umat Buddha di Candi Borobudur Jelang Waisak, Dihadiri Para Bhiksu Tudhong dari Berbagai Negara

Tercatat ada 43 Bhiksu Thudong yang hadir. Mereka berasal dari sejumlah negara seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan.

Baca Selengkapnya
Meriahnya Ritual Kebo-keboan Alas Malang, Wujud Kekuatan Budaya Banyuwangi
Meriahnya Ritual Kebo-keboan Alas Malang, Wujud Kekuatan Budaya Banyuwangi

Ritual adat Kebo-keboan Alas Malang yang digelar masyarakat Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Minggu (30/7), berlangsung meriah.

Baca Selengkapnya
Keseruan Warga Bonokeling Rayakan Perlon Besar, Pertahankan Tradisi Adat Jawa Kuno
Keseruan Warga Bonokeling Rayakan Perlon Besar, Pertahankan Tradisi Adat Jawa Kuno

Suasana guyub rukun terasa saat masyarakat Bonokeling merayakan perlon besar.

Baca Selengkapnya
Alasan 40 Bhikkhu Jalan Kaki dari TMII ke Borobudur
Alasan 40 Bhikkhu Jalan Kaki dari TMII ke Borobudur

Ada alasan mendasar ritual yang disebut Thudong itu diberangkatkan dari TMII, Jakarta.

Baca Selengkapnya
Tradisi Puter Kayun Warga Boyolangu Banyuwangi Berlangsung Meriah
Tradisi Puter Kayun Warga Boyolangu Banyuwangi Berlangsung Meriah

Tradisi Puter Kayun bukan hanya warisan budaya, tetapi juga menjadi daya tarik wisatawan.

Baca Selengkapnya
Tangis Haru Warnai Tradisi Basuh Kaki Orang Tua Jelang Imlek di Semarang
Tangis Haru Warnai Tradisi Basuh Kaki Orang Tua Jelang Imlek di Semarang

Acara basuh kaki diadakan Perkumpulan Boen Hian Tong di Gedung Rasa Dharma, Jalan Gang Pinggir, Semarang, Kamis (8/2).

Baca Selengkapnya
Mengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas
Mengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas

Pada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.

Baca Selengkapnya
Potret Tradisi Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta
Potret Tradisi Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta

Mubeng Beteng biasanya dilakukan oleh abdi dalem maupun masyarakat Yogyakarta dengan berjalan kaki tanpa alas dan tidak boleh berbicara.

Baca Selengkapnya
FOTO: Prosesi Walking Meditation dan Melarung Lentera Awali Dimulainya Perjalanan Ritual Thudong Jelang Waisak 2568 BE
FOTO: Prosesi Walking Meditation dan Melarung Lentera Awali Dimulainya Perjalanan Ritual Thudong Jelang Waisak 2568 BE

Para Bhikkhu Thudong melepas lentera saat prosesi Walking Meditation di Taman Mini Indonesia Indah.

Baca Selengkapnya
Melihat Tradisi Nyadran, Perayaan Syukur Masyarakat Suku Tengger di Lumajang
Melihat Tradisi Nyadran, Perayaan Syukur Masyarakat Suku Tengger di Lumajang

Tradisi ini digelar setiap perayaan Hari Raya Karo yang jatuh pada tanggal 15 bulan Karo dalam kalender Saka.

Baca Selengkapnya
Kakek 80 Tahun Bikin Perwira Polisi Kaget, 7 Tahun Jalan Kaki Datangi 261 Makam Para Wali & Presiden RI
Kakek 80 Tahun Bikin Perwira Polisi Kaget, 7 Tahun Jalan Kaki Datangi 261 Makam Para Wali & Presiden RI

Seorang pria tua berusia 80 tahun sukses mencuri perhatian. Awalnya, kakek tua itu tengah berusaha menyeberang jalan raya.

Baca Selengkapnya