Tren Gempa Bumi Meningkat, Terjadi 11.500 Kasus di RI Sepanjang 2019
Merdeka.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan, tren gempa bumi secara global mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Hal tersebut, diketahui dari kumpulan data Unified Soil Classification System (USCS) dan lembaga yang memonitor gempa bumi secara global.
"Dari data dunia yang dikumpulkan oleh USCS dan lembaga yang memonitor kegempaan di Eropa, ada tren secara global itu kenaikan kejadian gempa bumi secara global," kata Karnawati saat usai membuka acara ‘Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Provinsi Bali tahu 2020’ di Kantor Balai BMKG Wilayah lll Denpasar, Bali, pada Senin (9/11).
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
-
Dimana gempa bumi terjadi? Gempa tersebut persisnya berada di wilayah lautan Samudera Hindia, dengan kedalaman 10 kilometer, titik koordinat 105,9 BT dan 7,61 LS, berjarak sekitar 85,7 km barat daya Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
-
Kapan gempa bumi terjadi? Pada Minggu (25/2) terjadi gempa bumi berkekuatan 5,7 magnitudo yang terasa hingga Jakarta.
-
Kapan gempa terjadi? Gempa di Batang pada Minggu (7/7) kemarin menyisakan luka yang mendalam bagi para korban yang terkena dampaknya.
-
Di mana gempa bumi sering terjadi di Indonesia? Wilayah yang rawan mengalami gempa bumi di Indonesia tersebar mulai dari Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Maluku Utara dan wilayah Papua.
Sementara, untuk gempa di Indonesia juga mengalami tren kenaikan. Dari data tahun 2013 pertahun terjadi gempa sebanyak 5.000 kali, kini tahun 2019 meningkat hingga 11. 500 pertahun.
"Kalau kita lihat sejak tahun 2013 hingga 2016 kejadian gempabumi itu rata-rata 5.000 sampai 6.000 kali dalam satu tahun. Tetapi, mulai 2017 itu meningkat menjadi 7.000 kali lebih dalam satu tahun dengan berbagai kekuatan. (Kemudian) mulai 2018 sampai 2019 peningkatannya melonjak 11.500 kali dalam satu tahun. Jadi, frekuensi kejadian gempa bumi ini baik secara global ataupun secara nasional ini trennya sedang meningkat," ujarnya.
"Sementara tahun 2020 ini, data yang sudah terkumpul belum mencapai 11.500. Seperti tahun 2019 untuk sementara. Semoga saja tidak nambah, doanya begitu. Jadi (diharapkan) ada penurunan 2020 tapi tahunnya belum habis ini. Kita masih menunggu (data) sampai akhir Desember," tambahnya.
Waspada Tsunami
Dia juga menyebutkan, dengan adanya gempa bumi tersebut tentu 90 persen akan mengakibatkan atau memicu tsunami. Karena, tsunami terjadi karena adanya gempa di dasar laut.
"Berarti 90 persen tsunami itu diakibatkan atau dipicu oleh gempa bumi, maka dengan peningkatan frekuensi gempa bumi terutama yang terjadi di dasar laut, dikhawatirkan juga akan menambah potensi tsunami juga," ujarnya.
"Tetapi doa kita tidak akan demikian. Sehingga, yang paling penting sekarang adalah mitigasi. Karena, kepastiannya tidak pasti yang lebih tepat adalah bersiap-siap, seandainya terjadi gempa bumi, seandainya terjadi tsunami," ungkapnya.
Ia juga memaparkan sistem mitigasi untuk mengatasi gempa bumi dan tsunami di Indonesia. Salah satunya, wilayah yang paling siap dalam mitigasi tersebut adalah Denpasar, Bali.
"Kebetulan wilayah Denpasar itu, salah satu wilayah di Indonesia yang paling siap. Terbukti, di hotel-hotel di sepanjang Sanur dan Kuta terutama hotel berbintang itu sudah terverifikasi bahwa bangunannya tahan gempa sesuai dengan building code," ujarnya.
"Dan di situ dapat dijadikan shelter evakuasi di atas lantai dua. (Lantai ) tiga dan empat itu bisa shelter evakuasi sistemnya sudah disiapkan di BPBD Provinsi Bali, ini salah satu terbaik dan sistemnya sudah siap 24 jam," sambungnya.
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa di Denpasar merupakan backup Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS).
"Denpasar ini, merupakan backup sistem Indonesia Tsunami Early Warning Sistem, yang pusatnya ada di Kemayoran Jakarta. Kalau di sana lumpuh, diambil ahli oleh Denpasar, mereka standby terus 24 jam," ujar Karnawati.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Rahma, gempa megathrust memiliki ciri khusus yang siklusnya berulang.
Baca SelengkapnyaBMKG meminta masyarakat tidak mempercayai informasi yang beredar terkait jumlah korban jiwa akibat gempa megathrust.
Baca SelengkapnyaDwikorita mengatakan puncak El Nino diprediksi terjadi pada Agustus-September.
Baca SelengkapnyaTerdapat 8 negara yang tercatat rawan gempa. Berikut catatannya.
Baca SelengkapnyaBMKG masih belum bisa memastikan aktivitas sesar yang menyebabkan gempa di Sumedang.
Baca SelengkapnyaSebagian besar daerah di Indonesia berpotensi mengalami cuaca ekstrem, berupa hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
Baca SelengkapnyaBMKG mencatat bahwa di Indonesia terdapat banyak potensi gempa akibat pergerakan lempeng di zona megathrust.
Baca SelengkapnyaTerdapat 15 segmen megathrus di Indonesia. Masing-masing segmen punya sejarah kegempaannya masing-masing
Baca SelengkapnyaPrediksi hujan tersebut akan terjadi diberbagai daerah diantaranya Sumatera Barat, Bengkulu hingga Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan analisis tim BMKG, rentetan gempa tersebut tersebar di beberapa titik yang berlokasi di darat Kalimantan Timur.
Baca SelengkapnyaGempa itu terjadi hari ini, Sabtu (14/9) pukul 00.19 WIB.
Baca Selengkapnya