Tulis Resimen Pelopor Duduki Markas RPKAD Tahun 1968, Penulis Buku Minta Maaf
Merdeka.com - Sebuah buku berjudul Resimen Pelopor Pasukan Elite yang Terlupakan, karya Anton Agus Setyawan dan Andi Muh Darlis yang terbit tahun 2011 lalu, menimbulkan perdebatan. Di salah satu bagian, yakni Bab 9, diceritakan tentang Resimen Pelopor, pasukan elite di tubuh Polri.
Buku yang dicetak 2.500 eksemplar tersebut mendapatkan kritikan dari sejumlah pihak karena abai terhadap sejarah yang sesungguhnya. Cerita tentang pasukan Resimen Pelopor tersebut juga tak disertai dokumen pendukung yang menguatkan peristiwa yang terjadi.
Khawatir buku tersebut menimbulkan keresahan, salah satu penulis Anton Agus Setyawan menyampaikan permintaan maaf kepada para pembaca dan masyarakat. Permintaan maaf dikarenakan dokumen yang diserahkan dalam buku tersebut kurang valid.
-
Siapa yang memimpin Kopassus? Saksikan Video ini: Komandan Jenderal Baru Korps baret Merah
-
Kapan Kopassus dibentuk? Satuan ini didirikan pada tanggal 16 April 1952 dan memiliki peran utama dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara, serta melaksanakan operasi-operasi khusus baik dalam maupun luar negeri.
-
Bagaimana pasukan RPKAD mencari para Jenderal? Pasukan elite baret Merah dikerahkan untuk merebut sejumlah sasaran penting yang dikuasai Gerakan 30 September.Setelah itu mereka mencari jenazah para jenderal yang hilang.
-
Siapa Komandan Kopassus ke-13? Agum menjadi Komandan Kopassus ke-13 menggantikan Brigjen Tarub. Dia dilantik oleh Kasad Jenderal Wismoyo Arismunandar tanggal 6 Juli 1993.
-
Siapa Panglima Kodam Bukit Barisan Pertama yang ikut PRRI? Sosok pria berdarah Batak ini dinobatkan menjadi Panglima Tentara Bukit Barisan Pertama dan perannya dalam dunia politik begitu berpengaruh. Dia berpangkat Kolonel, perawakan yang dingin layaknya orang Batak pada umumnya itu sudah cukup malang melintang dalam dunia kemiliteran Indonesia apalagi di Sumatra Utara.
-
Kenapa Kolonel Ahmad Husein membentuk PRRI di Padang? Pembentukan PRRI ini adalah melawan seluruh kebijakan pemerintah pusat yang dianggap tidak bisa memberikan atau menaruh perhatian lebih kepada daerah-daerah di luar Jawa.
Akibatnya, salah satu pembahasan dalam buku 255 halaman tersebut sempat dijadikan bahan perdebatan dan dijadikan referensi beberapa media online.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan, penulis melakukan revisi dengan menghilangkan bagian yang menimbulkan pro dan kontra tersebut. Yakni dalam bab 9 buku terbitan pertama tahun 2011. Selama diterbitkan, buku tersebut sudah beredar sekitar 1.000 eksemplar. Namun saat ini sudah ditarik kembali.
"Saya meminta maaf kalau ada yang terganggu dengan informasi ini. Ini adalah kelalaian penulis. Buku ini sudah kita revisi dengan menghilangkan Bab 9 agar tidak menimbulkan polemik," ujar Anton, Kamis (27/12) .
Menurut dia permintaan maaf juga ditujukan khusus TNI dan Polri. Lebih lanjut dia mengatakan, dalam Bab 9, ia menyinggung tentang pasukan Resimen Pelopor yang bentrok dengan RPKAD (sekarang Kopassus). Hingga akhirnya Resimen Pelopor menduduki kantor RPKAD di Cijantung pada 1968.
"Informasi tersebut menjadi tidak valid karena sumber hal tersebut hanyalah wawancara saja. Saya tidak punya sumber lainnya termasuk literatur dan lain-lain terkait hal tersebut," jelasnya lagi.
Untuk itu pihaknya memutuskan untuk menghapus cerita tersebut di edisi revisi yang dicetak pada 2013. Menurutnya buku ini bukan membahas tentang pertarungan kedua kesatuan tersebut. Tetapi lebih kepada membahas transisi struktur militer Indonesia menjelang akhir orde lama ke orde baru.
"Saya tidak ada maksud lain, selain memberikan informasi terkait sejarah untuk keperluan penelitian dan lain-lain," pungkas dia.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Padahal kelompok RMS sendiri memiliki kekuatan militer yang berbanding terbalik dengan pasukan TNI
Baca SelengkapnyaPejuang asal Padang ini pencetus lahirnya pemberontakan untuk mengkritik pemerintahan rezim Soekarno yang dianggap inkonstitusional.
Baca SelengkapnyaPerlawanan yang dilakukan kaum PKI terhadap pemerintah Hindia Belanda ini pecah di Minangkabau atau tepatnya di daerah Silungkang dekat tambang Sawahlunto.
Baca SelengkapnyaPrabowo sempat menyapa awak media yang ada di lokasi, namun tidak memberikan pernyataan
Baca SelengkapnyaMiliter ada di belakang aksi-aksi mahasiswa pasca G30S/PKI. Ini pengakuan para jenderal saat itu.
Baca SelengkapnyaRumah itu dulunya jadi tempat menyiapkan strategi perang dan tempat latihan militer
Baca SelengkapnyaDulu banyak peristiwa penting yang terjadi di bangunan kuno ini.
Baca Selengkapnya