Tunggu hasil penggandaan, pengikut Dimas Kanjeng rela tak pulang
Merdeka.com - Warga Sragen yang jadi pengikut Dimas Kanjeng masih enggan meninggalkan padepokan, meski keluarga sudah menanti kepulangan mereka. Alasannya, mereka masih menunggu keputusan padepokan sekaligus hasil lipat gandakan uang bersama ratusan santri dari daerah lainnya.
Salah satu pengikut Dimas Kanjeng, Tarno, warga Dukuh Girimargo desa Girimargo Kecamatan Miri sampai rela meninggalkan istrinya Sriyati (65) di rumah bersama anak dan cucunya. Meski begitu, Tarno masih berkomunikasi dengan sang istri.
"Saya tidak masalah suami saya ikut ke padepokan, memang sering ke sana. Tapi ini yang paling lama, sejak sekitar awal Agustus lalu belum pulang. Saya setiap hari selalu telepon, dia bilang selalu baik-baik saja," ujar Sriyati.
-
Kenapa pemburu diskon rela mengantre lama? Discount hunter kadang terlihat tidak masuk akal. Bagaimana tidak? Kamu rela mengantre lama dan berdesak-desakan.
-
Kenapa para pedagang di Pasar Mendenrejo menagih janji? Mereka menagih janji agar pasar tersebut segera direnovasi. 'Pak Arief Rohman tolong pasarnya segera dibangun. Nanti kan kalau sudah dibangun pasarnya jadi rame, soalnya juga pernah dikunjungi Pak Jokowi. Makanya kita mau nagih janji Pak Jokowi lewat Pak Arief Rohman, karena bupatinya Pak Arief,'
-
Kenapa pedagang enggan kembali ke Pasar Kanjengan? Penyebabnya pedagang yang biasanya berjualan di samping Masjid Agung Jawa Tengah enggan menempati kembali Pasar Kanjengan selesai direnovasi. Padahal bangunan pasar itu tergolong baik dengan fasilitas yang memadai.
-
Siapa yang sedang diurus oleh Dimas Anggara? Saat Nadine sibuk dengan Baby Djala, Dimas dengan sigap merawat si sulung Djiwa.
-
Mengapa Nenek Satikem tidak pulang ke Kebumen? 'Jika kangen paling lihat foto. Di sana saya kan harus kerja dan uangnya belum cukup untuk pulang. Jadi hanya bisa lihat foto yang dibawa dari kampung,' ujar Nenek Satikem dikutip dari Liputan6.com.
-
Kenapa warga Sumedang memilih memberi uang saat menjenguk? Mengutip sumedangkab.go.id, warga di wilayah tersebut memang memberikan sumbangannya berupa uang.Mereka tak ingin memberikan sumbangan dalam bentuk lain, seperti buah karena wilayah tersebut merupakan penghasil mangga di Sumedang.
Selama di dalam padepokan, Sriyati mengungkapkan suami dan santri lainnya selalu menjalani kegiatan dengan berzikir dan istighosah. Saat ditanyakan alasannya tidak kembali ke rumah, Tarno beralasan masih menunggu keputusan padepokan. Sriyati juga mengakui sang suami ikut menyetirkan yang sampai Rp 1 juta.
"Jumlahnya tidak ditentukan, yang penting ikhlas. Kami bayar dengan cicilan sampai 4 kali," ucapnya.
Sriyati menguraikan, mahar yang sudah disetorkan akan dilipatgandakan menjadi Rp 200 juta. Namun dia dan suaminya belum diberikan kepastian kapan uang hasil penggandaan tersebut akan diberikan.
"Kami juga diwanti-wanti, kalau uangnya sudah cair, tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi, Tapi harus dibagikan ke fakir miskin dan anak yatim dan nyaur utang," tandasnya.
Berbeda dengan Sriyati, keluarga Katidjan, asal Dukuh Grabyag Desa Doyong, Kecamatan Miri. Istri dan adik Iparnya tidak setuju dengan yang dilakukan Katidjan.
Sukarti (55), istri Katidjan mengaku sudah mengingatkan suaminya, namun tetap memaksa untuk ikut. Bahkan rumahnya sempat digunakan untuk berkumpul pengikut Dimas Kanjeng.
"Saya sudah menghubungi dia, katanya kondisinya baik-baik saja. Sebenarnya keluarga kami khawatir, kalau mau dijemput kami siap, tapi dia tidak mau, katanya nunggu keputusan," tuturnya.
Dia tidak mengetahui berapa uang mahar yang sudah disetorkan ke padepokan. Setahu dia ada sejumlah barang seperti kotak, tasbih, dan pulpen yang dibawa. Suaminya sudah mulai aktif di padepokan sejak sekitar 2010. Bahkan menurut sebagian tetangga, Katidjan dikabarkan diangkat menjadi Koordinator wilayah Sragen.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar pun mengiyakan permintaan itu. Ia kemudian duduk lesehan di depan rumah warga beralaskan tikar. Ganjar kemudian sarapan bareng warga.
Baca SelengkapnyaSeorang tahanan ogah keluar dari penjara dengan alasan betah. Polisi yang bertugas bahkan sempat mengusir dan memintanya untuk segera berkemas pulang.
Baca SelengkapnyaKapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Susatyo Purnomo Condro meminta simpatisan Anies-Cak Imin gantian dengan relawan Ganjar.
Baca SelengkapnyaTerbaru, teror KST terjadi di Puncak Ilaga, Minggu (12/11) pukul 16.30 WIT.
Baca SelengkapnyaJemaah haji bahkan diantar kerabat menggunakan puluhan mobil dari Janeponto sampai ke Asrama Haji Sudiang Makassar.
Baca SelengkapnyaPenutupan SD Inpres Pajjaiang dilakukan hingga tiga hari karena menunggu hasil perundingan antar ahli waris.
Baca Selengkapnya