Tuntaskan kasus 1965, Luhut ogah dikaitkan sama bangkitnya komunisme
Merdeka.com - Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan pemerintah berniat untuk menuntaskan kasus tragedi 1965. Luhut ogah disebut bila penuntasan kasus tersebut dikaitkan dengan kebangkitan paham komunisme di Indonesia.
Menurutnya, penuntasan kasus 1965 dilakukan karena sudah menjadi sorotan di kancah internasional.
"Jadi kita ingin tuntasin supaya juga enggak di-bully lagi di dunia internasional," kata Luhut di Kantornya, Jumat (20/5).
-
Apa tujuan utama G30S PKI? Terdapat latar belakang dan tujuan tertentu yang berada di balik sejarah G30S PKI yang kelam ini. G30S PKI dilakukan bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan saat itu.
-
Apa tujuan utama G30S/PKI? Dalam buku Dalih Pembunuhan Massal yang ditulis John Roosa, pasukan pendukung G30S terdiri dari:1. Satu kompi minus dari Batalyon I Tjakrabirawa, atau sekitar 60 orang.
-
Siapa yang memimpin PKI saat peristiwa G30S PKI? Di mana peristiwa ini dilancarkan oleh PKI yang saat itu dipimpin Dipa Nusantara (DN) Aidit dan Pasukan Cakrabirawa di bawah kendali Letnan Kolonel Untung Syamsuri.
-
Siapa yang memimpin gerakan G30S/PKI? Brigjen Soepardjo menjadi salah satu tokoh kunci dalam gerakan tersebut bersama DN Aidit, Sjam Kamaruzaman, dan Letnan Kolonel Untung Sjamsuri.
-
Siapa yang terlibat dalam G30S/PKI? Baru saja terjadi G30S/PKI. Harga barang dan BBM naik terus. Perekonomian sangat sulit.
-
Kapan peristiwa G30S PKI terjadi? Sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI adalah peristiwa pengkhianatan atau pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan atau pengikut-pengikutnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965, termasuk gerakan atau kegiatan persiapan serta gerakan kegiatan lanjutannya.
Luhut menekankan, pemerintah secara tegas melarang penyebaran paham marxisme, leninisme dan komunisme. Namun demikian, ia minta aparat penegak hukum tak berlebihan dalam melakukan penindakan karena akan merusak demokrasi di Tanah Air.
"Sehingga jangan sensi juga. Kalau satu orang pake baju itu baru datang dari mana dianggap penyebaran komunisme ya keliru juga. Nanti kita jadi negara bukan demokratis dong. Jangan juga," tegasnya.
Luhut memperbolehkan aparat melakukan penindakan, jika penyebaran melalui simbol-simbol paham terlarang itu terlihat secara massif. Ia menekankan agar tindakan tersebut dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
"Jadi kita juga jangan terlalu represif, nanti orang luar lihat kita lagi, nah lho Indonesia demokrasi katanya, tapi ternyata represif. Jadi kearifan dari pemimpin elit ini jadi penting," tukasnya.
(mdk/sho)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Buku diterbitkan bertepatan gerakan melawan lupa 17 tahun aksi Kamisan terhadap 13 korban aktivis 97-98
Baca SelengkapnyaSoekarno tak pernah diberi kesempatan membersihkan namanya.
Baca SelengkapnyaMahfud berharap kepada gubernur menyerahkan data-data Korban Para Pihak Peristiwa 1965 untuk diverifikasi oleh Tim Menko Polhukam.
Baca SelengkapnyaDalam konteks HAM, yang menjadi pijakan dijelaskannya yakni yang pertama memori kolektif korban dan kedua adanya kesamaan kronologis peristiwa.
Baca SelengkapnyaBanyak spekulasi tentang keterlibatan CIA dan dinas rahasia AS dalam peristiwa G30S/PKI. Bagaimana sebenarnya?
Baca SelengkapnyaMiliter ada di belakang aksi-aksi mahasiswa pasca G30S/PKI. Ini pengakuan para jenderal saat itu.
Baca SelengkapnyaMenurut Hasto, pengungkapan tragedi Kudatuli diharapkan mampu menghilangkan kekuasaan yang menindas.
Baca SelengkapnyaBuya Hamka merupakan seorang ulama, aktivis politik, dan sastrawan.
Baca SelengkapnyaRibka mengajak kader PDI Perjuangan dan aktivis ikut mendesak Presiden Jokowi memasukkan peristiwa Kudatuli sebagai pelanggaran HAM berat masa lalu.
Baca SelengkapnyaEks Penyidik KPK Novel Baswedan mengkritik pernyataan Ketua KPK Firli Bahuri dan Luhut Binsar Pandjaitan soal operasi tangkap tangan (OTT).
Baca SelengkapnyaIstilah "Tritura" merupakan singkatan dari "Tri Tuntutan Rakyat" (Tiga Tuntutan Rakyat).
Baca SelengkapnyaLuhut menyebut berkurangnya OTT yang dilakukan KPK karena sistem pencegahannya berhasil.
Baca Selengkapnya