Turunkan Emisi Karbon, Indonesia Terima Rp812 M dari Norwegia
Merdeka.com - Norwegia membayarkan insentif sebesar Rp812 miliar kepada Indonesia karena berhasil menurunkan emisi karbon pada 2016-2017. Pembayaran tersebut dari hasil kerja sama REDD+ (Reduction of Emissions from Deforestation and Forest Degradation).
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar memaparkan sejumlah prestasi yang dilakukan Indonesia hingga akhirnya mendapat insentif. Di antaranya moratorium pembukaan lahan di hutan primer dan gambut sejak 2011.
"Penanganan gambut, inpres moratorium pertama dikeluarin 2011 diperpanjang setiap 2 tahun 2013, 2015, 2017 dan 2019 setuju dipermanenkan artinya sejak 2019 kemarin tidak boleh ada izin baru di hutan primer dan lahan gambut," kata Siti di Istana Negara, Senin (6/7).
-
Apa yang dilakukan Oslo untuk mengurangi emisi karbon? Oslo segera menjadi kota pertama yang fasilitas transportasi publiknya 100 persen nihil emisi. Akhir 2023, transportasi publik Oslo seluruhnya menggunakan listrik.
-
Siapa yang terlibat dalam kerja sama? Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Dr Sandi Nugroho, mengatakan sebagai garda terdepan dalam mengelola dan menyampaikan informasi kepada masyarakat. Divisi Humas Polri berupaya menyesuaikan tren kekinian generasi milenial melalui peningkatan digitalisasi informasi, melalui aplikasi Portal Humas Presisi, yang merupakan rumah besar bagi seluruh aplikasi dan platform online yang dimiliki Divhumas Polri.
-
Siapa yang sepakat menurunkan emisi? Lebih dari 30 negara industri sepakat untuk menurunkan emisi gas rumah kaca mereka hingga 5% di bawah tingkat emisi gas rumah kaca pada tahun 1990.
-
Siapa yang terlibat dalam kerjasama ini? Bersama PT Cyberindo Aditama (CBN) dan Lippo Group melalui PT Tata Mandiri Daerah Lippo Karawaci (TMD Lippo Karawaci) telah menandatangani kesepakatan strategis.
-
Siapa yang mendapat penghargaan tokoh lingkungan? Mengutip ANTARA, baru-baru ini Pemerintah Kabupaten Cianjur memberikan penghargaan kepada Abah Jajang. Ia dianugerahi gelar sebagai tokoh lingkungan dan ekonomi karena menolak untuk menjual rumahnya.
-
Apa target ekonomi RI dengan menerapkan ekonomi hijau? Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh ke level 6,22 persen hingga tahun 2045 jika menerapkan ekonomi hijau.
Selain itu, ada penanganan kebakaran hutan dan lahan, deforestasi, dan penegakan hukum yang lebih meningkat dari sebelumnya. Ditambah, pengembangan energi terbarukan biodiesel.
"Ada juga energi angin di Sulawesi, electro mobility kita sudah mulai, biofuel b-20, akan b-30 dan bahkan sudah mengerahkan ke b-80 kalau mungkin b-100, prestasi lain juga kita develop sistem-sistem untuk mengontrol emisi gas rumah kaca monitoring dan lain lain," tuturnya.
Atas prestasi tersebut, Indonesia dan Norwegia sepakat soal insentif yang diberikan.
"Atas prestasi itu, 2 Juli sudah ada joint consultation group dari Indonesia Wamen LHK dan Wamenlu, dari Norwegia Dubes Norwegia dan stafsus iklim Norwegia, disepakati 11 juta ton atau senilai dana 56 juta dolar AS atau 800 miliar itu yang terkait pembayaran prestasi komitmen Indonesia terhadap gas rumah kaca," terangnya.
Untuk diketahui, Norwegia membayarkan hasil kerja penurunan emisi di Indonesia yang dipandang sukses. Hasilnya, Indonesia mendapat insentif 56 juta dollar AS atau setara 812 miliar dari Norwegia.
Pembayaran itu adalah hasil kerja sama berbasis hasil (Result Based Payment) sebagai hasil kerja sama Reduction of Emissions from Deforestation and Forest Degradation(REDD+). Duta Besar RI untuk Norwegia Todung Mulya Lubis mengapresiasi pihak pemerintah Norwegia.
"Kami menyambut baik pengumuman pembayaran berbasis hasil yang telah disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Iklim Norwegia Sveinung Rotevatn," ujar Dubes Todung dalam siaran pers yang diterbitkan KBRI Oslo, Minggu 5 Juli 2020.
Dubes Todung juga sempat bertemu Menteri Rotevatn. Kedutaan Besar Norwegia di Jakarta menyebut menteri muda berusia 33 tahun itu membahas upaya mengurangi emisi, deforestasi, dan degradasi hutan.
Dalam pertemuan pada 17 Juni 2020 lalu, Menteri Rotevatn menyampaikan Indonesia merupakan mitra penting dalam melawan perubahan iklim dan penurunan gas rumah kaca. Indonesia dipandang sebagai contoh sukses kerangka kerja sama tersebut.
Ia melanjutkan, kemitraan Indonesia-Norwegia dalam bidang lingkungan hidup sangat menguntungkan kedua belah pihak, dimana Norwegia tidak hanya memberikan dukungan pendanaan, namun juga dukungan teknis.
"Kita harapkan agar kerja sama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang," ucap Dubes Todung.
Pada tahun ini Indonesia-Norwegia memperingati 70 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara sekaligus 10 tahun kemitraan dalam kerangka kerja sama REDD+. Kemitraan ini telah membuahkan hasil yang positif bagi penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia.
Jumlah pembayaran berbasis hasil yang dilakukan oleh Norwegia merupakan pembayaran atas hasil penurunan emisi yang telah diraih Indonesia pada tahun 2016-2017. Angka penurunan emisi yang telah diverifikasi untuk tahun tersebut mencapai 11,2 juta ton CO2eq.
Dengan harga pasar karbon dunia sebesar USD 5 per ton, maka total pembayaran untuk penurunan emisi tersebut mencapai USD 56 juta.
Menteri Rotevatn juga menyampaikan pihaknya terus berkomitmen untuk melakukan pembayaran berbasis hasil atas penurunan emisi yang telah dicapai Indonesia pada tahun-tahun selanjutnya, sesuai komitmen yang disampaikan pada tahun 2010 yakni sebesar 6 miliar krona Norwegia.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Norwegia juga memberikan dukungan konkretnya dengan mengkontribusikan USD156 juta.
Baca SelengkapnyaPemerintah Indonesia mendapatkan suntikan dana Rp7,67 triliun dari PBB.
Baca SelengkapnyaJokowi dan Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia Andreas Bjelland Erikson bertemu di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (2/6).
Baca SelengkapnyaSri Mulyani berharap dalam forum REDD+ ini bisa menjadi wadah untuk saling bertukar wawasan dan pengalaman antar pimpinan dan pejabat.
Baca SelengkapnyaDitemani Menteri LHK, Jokowi Bertemu Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia Sore Ini
Baca SelengkapnyaIndonesia lebih awal menginisasi beberapa aksi pengendalian perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaPresiden memohon kepada Norwegia untuk memberi pemahaman dan persepsi yang tepat agar tidak terjadi diskriminasi terkait dengan sawit.
Baca SelengkapnyaPihak Inggris disebut telah menyiapkan dana segar sekitar Rp52,1 miliar sebagai dukungan penghitungan nilai ekonomi karbon di Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndonesia juga mempunyai komitmen terhadap pencapaian SDG’s agenda 2030.
Baca SelengkapnyaJokowi menjabarkan sejumlah upaya yang telah dilakukan Indonesia guna menurunkan emisi karbon
Baca SelengkapnyaKesepakatan tersebut ditandai dengan MoU yang ditandatangani Kepala Bappenas RI dan Menteri Pembangunan Inggris.
Baca SelengkapnyaMenteri ESDM Arifin Tasrif terus mengundang lebih banyak mitra internasional untuk mendukung percepatan program transisi energi
Baca Selengkapnya