Ulama An Nadzir Gowa Sulsel Tutup Usia Saat Azan Subuh Berkumandang

Merdeka.com - Ulama kelompok jemaah An Nadzir yang berada di Kabupaten Gowa, Sulsel, Ustaz Ir Lukman Asli Bakti meninggal dunia subuh tadi, Jumat (24/5). Ustaz Ir Lukman Asli Bakti menghembuskan napas terakhir pada usia 49 tahun di rumahnya, Kelurahan Romang Lompoa, Kecamatan Bonto Marannu, Kabupaten Gowa.

"Ustaz meninggal dunia subuh tadi pukul 04.48 wita, tepat mulai terdengar azan," kata sang istri, Fatmawati Azis saat ditemui di rumah duka.

Fatmawati Azis menuturkan, sudah lama suaminya sakit stroke dan diabetes. Pada Maret lalu, suaminya sempat dirawat di RS Syekh Yusuf Gowa selama 13 hari. Kemudian April dilarikan lagi ke RS Syekh Yusuf dan sempat dirawat selama 11 hari.

"Tapi kemudian kita rawat di rumah, di sini juga pakai infus. Sebelum hembuskan napas terakhir, ustaz tidak sadarkan diri selama tiga hari," tutur Fatmawati Azis, yang masih kerabat dekat ustaz Abdul Azis Qohhar Mudzakkar, eks senator DPD RI asal Sulsel.

Di mata istrinya, pria asal Kota Palopo, Sulsel ini dikenal teguh memegang prinsip. Kepada anak-anaknya, ustaz Lukman Asli Bakti selalu berpesan agar senantiasa jadi anak yang soleh dan soleha. Kepada anak-anaknya dan juga kepada jemaah, dia selalu mengingatkan untuk menegakkan hukum Islam.

"Saat ini jemaah ada 100 KK, masing-masing keluarga ada 4 orang anak jadi kurang lebih 400 jiwa. Usai pemakaman, tidak ada ritual lagi tapi nanti kalau ada keluarga yang datang melayat dan mau gelar dzikir, tetap dipersilakan," kata Fatmawati Azis.

Pantauan Merdeka.com, bukan hanya kerabat dan jemaah An Nadzir, warga sekitar turut mengantar jenazah ke pemakaman. Diantar dengan berjalan kaki. Di halaman rumah, karangan bunga ucapan belasungkawa datang dari Bupati dan Wakil Bupati Gowa.

Kelompok jemaah An Nadzir ini cukup dikenal khususnya oleh masyarakat Sulsel. Meski keputusannya terkadang berbeda dengan masyarakat umum dan pemerintah, mereka tetap diterima baik. Salah satunya terkait penentuan 1 Syawal. Terkadang jemaah ini Lebaran lebih dulu satu hari dari yang ditetapkan pemerintah.

Mereka memutuskan 1 Syawal hasil pengamatan yang diyakini melalui metode hisab dan rukyat, terlihat bulan terbit sekitar pukul 13.00 WITA, sehingga untuk menentukan perpindahan bulan dari Ramadan ke Syawal dilakukan peneropongan bulan dan melihat tanda-tanda alam seperti pasang air laut.