Unik, nyamuk Aedes Aegypti ini bisa mencegah DBD hingga Virus Zika
Merdeka.com - Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Namun uniknya, nyamuk Aedes Aegypti yang satu ini justru dapat mencegah penyakit demam berdarah, cikungunya bahkan virus zika. Hal ini karena nyamuk Aedes Aegypti sudah diinjeksi kandungan bakteri Wolbachia.
Seorang peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Adi Utarini menjelaskan nyamuk ber-Wolbachia yang satu ini untuk pertama kalinya dikenalkan di Indonesia pada tahun 2016.
"Proses injeksi nyamuk Aedes Aegypti ini dilakukan di Australia lalu di bawa ke Indonesia untuk mencegah demam berdarah, cikungunya, dan virus zika," ujar Adi Utarini, Rabu (31/8), di Yogyakarta.
-
Bagaimana nyamuk berkembang biak? Telur nyamuk dapat bertahan dalam keadaan tidak menetas selama delapan bulan, dan setelah mendapat cukup air, telur-telur tersebut akan menetas.
-
Di mana nyamuk berkembang biak? Nyamuk berkembang biak di air yang menggenang, jadi pastikan tidak ada genangan air di sekitar rumah. Tutup wadah yang bisa menampung air dan bersihkan area yang mungkin menjadi tempat genangan.
-
Mengapa nyamuk wolbachia digunakan? Nyamuk wolbachia dilepaskan ke alam untuk kawin dengan nyamuk demam berdarah yang ada di sekitarnya, sehingga menurunkan kemampuan nyamuk untuk menularkan penyakit.
-
Bagaimana nyamuk menyebarkan penyakit? Terutama nyamuk betina yang banyak menggigit, menjadikannya paling berbahaya. Ancaman nyamuk sangatlah serius melalui penyakit mematikannya.
-
Bagaimana nyamuk wolbachia bekerja? Bakteri wolbachia diekstraksi dari lalat buah dan dimasukkan ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti di laboratorium. Wolbachia akan berkompetisi berebut makanan dengan virus demam berdarah di dalam tubuh nyamuk, sehingga virus tidak memiliki energi yang cukup untuk bereplikasi. Dengan menekan replikasi virus, wolbachia akan mengeliminasi virus demam berdarah di dalam tubuh nyamuk, sehingga nyamuk tidak dapat menularkan penyakit ke manusia.
-
Apa dampak program nyamuk ber-Wolbachia di Yogyakarta? Teknologi ini efektif mengurangi 77 persen kasus Dengue dan 86 persen rawat inap karena Dengue.
Adi Utarini menjelaskan bahwa organisasi kesehatan dunia (WHO) pada Maret 2016 lalu telah menyatakan nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia aman digunakan untuk mencegah demam berdarah, cikungunya, dan virus zika.
Peletakan pertama telur Aedes Aegypti sudah diinjeksi kandungan bakteri Wolbachia ©2016 Merdeka.com"Untuk pertama kali di Indonesia nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia ini dikenalkan dan diterapkan di Provinsi DIY. Teknologi ini juga akan diterapkan di kota Rio Dejenerio, Brazil," ujar Adi Utarini.
Bakteri Wolbachia merupakan bakteri alami yang dapat mencegah virus dengue. Bakteri tersebut diinjeksikan sejak dini pada telur nyamuk.
Nyamuk yang sudah mengandung Wolbachia tersebut nantinya akan kawin dengan nyamuk pada umumnya. Selanjutnya akan lahir generasi baru nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia.
Pada Agustus 2016 lalu, sejumlah menteri Indonesia telah melirik nyamuk ber-Wolbachia tersebut di antaranya Menko Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
"Ke depannya nyamuk ber-Wolbachia ini akan diterapkan di seluruh DIY," pungkasnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penggunaan bakteri Wolbachia adalah upaya untuk mengurangi kasus demam berdarah. Dengan cara alami ini, nyamuk akan sulit untuk berkembang biak.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersiap menempatkan sebanyak 1.400 ember berisi telur-telur nyamuk aedes aegypti mengandung bakteri wolbachia.
Baca SelengkapnyaNyamuk wolbachia sudah diuji coba di sembilan negara.
Baca SelengkapnyaNyamuk wolbachia adalah nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi oleh bakteri wolbachia, yang dapat menghambat perkembangan virus demam berdarah.
Baca SelengkapnyaPenggunaan nyamuk wolbachia diklaim lebih efektif dibandingkan dengan penanganan DBD melalui pengasapan.
Baca SelengkapnyaNyamuk berbakteri wolbachia atau biasa dikenal ‘Nyamuk Bill Gates’ disebut bukan nyamuk dari hasil rekayasa genetika.
Baca SelengkapnyaMenurut Nadia, hasil penelitian menunjukkan bakteri wolbachia tidak menginfeksi manusia atau vertebrata lain.
Baca SelengkapnyaNyamuk mengandung bakteri wolbachia mulai disebar ke lima kota di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPeneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Adi Utarini atau akrab disapa Uut buka-bukaan terkait nyamuk wolbachia.
Baca SelengkapnyaKhusus nyamuk dari Salatiga, disebar atau diuji coba di Bandung dan Bontang.
Baca SelengkapnyaPeneliti menegaskan, nyamuk wolbachia tidak berubah menjadi bionik atau transgenik.
Baca SelengkapnyaEfektivitas pemanfaatan teknologi wolbachia untuk menurunkan kejadian demam berdarah juga sudah dibuktikan di 13 negara.
Baca Selengkapnya