UNS Ciptakan Ventilator untuk Bantu Pernapasan Pasien Covid-19
Merdeka.com - Program Studi (Prodi) Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berhasil menciptakan ventilator yang didesain khusus untuk membantu pernapasan pasien Covid-19.
Pengembangan ventilator tersebut sangat diperlukan untuk mengantisipasi dampak buruk Covid-19. Seperti yang terjadi dibeberapa negara di Eropa dan Amerika, terutama terkait dengan kurangnya ventilator untuk pasien Covid-19.
Dengan latar belakang tersebut, Dr. Ahmad Marzuki dan timnya dari Laboratorium Optik & Fotonika FMIPA UNS sejak awal Maret lalu mencoba menciptakan ventilator untuk membantu pernapasan bagi pasien Covid-19. Menurut Marzuki, dengan tingkat kepadatan penduduk serta mobilitas penduduknya yang tinggi, Indonesia memiliki potensi yang cukup tinggi (mengkhawatirkan) untuk terjadinya penularan Covid-19 secara cepat.
-
Siapa yang mengembangkan alat ini? 'Kami bekerja selama bertahun-tahun dalam bidang fisika di balik proses desalinasi, namun mewujudkan semua kemajuan tersebut, membangun sistem, dan mendemonstrasikannya di laut…adalah pengalaman yang sangat berarti dan bermanfaat bagi saya,' kata penulis senior Jongyoon Han, seorang profesor teknik elektro dan ilmu komputer dan teknik biologi, dan anggota Laboratorium Penelitian Elektronika (RLE).
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa yang diciptakan oleh para peneliti? Mereka menggunakan model muskuloskeletal – yang dikendalikan oleh metode kontrol refleks yang mencerminkan sistem saraf manusia.
-
Siapa yang menciptakan alat ini? Alat penyiksaan banteng perunggu tersebut dibuat oleh pematung yang dipekerjakan Phalaris, yaitu Perilaus.
-
Siapa yang terlibat dalam penemuan ini? Mengutip Indy100, Selasa (24/9), penemuan ini dimulai ketika para astronom mendeteksi radiasi sinar-X yang dipancarkan dari cakram akresi, yakni lingkaran plasma superpanas yang mengelilingi lubang hitam saat ia menyedot materi di sekitarnya.
-
Siapa yang terlibat dalam kolaborasi ini? Kolaborasi ini turut disambut baik oleh Astrid Tampubolon, Vice President of Payment and Fintech Tokopedia.
"Di Italia dan Amerika Serikat, Covid-19 menular sangat cepat. Laju pertambahan warga yang terinfeksi Covid-19 di kedua negara in jauh di atas laju pertambahan pasien yang yang sembuh. Akibatnya rumah sakit kewalahan," ujar Marzuki, Sabtu (25/4).
Kondisi tersebut, lanjut Marzuki, masih diperparah dengan jumlah kamar perawatan yang tidak mencukupi. Hal lain adalah rumah sakit kekurangan ventilator yaitu alat bantu pernapasan yang sangat dibutuhkan oleh pasien akut terpapar Covid-19.
"Untuk itu, kami berinisiatif membuat alat ventilator. Tujuannya supaya jika sewaktu-waktu negara kita ada dalam keadaan sangat membutuhkan ventilator dalam jumlah besar, kita siap untuk membantunya. Namun kita berdoa semoga kita tidak sampai ada pada kondisi yang demikian" katanya.
Marzuki menerangkan, alat bantu pernapasan yang sifatnya darurat ini tidak hanya dikembangkan oleh UNS. Menurutnya, banyak perguruan tinggi baik di dalam negeri maupun luar negeri yang telah ikut serta mengembangkan alat ini. Seperti Tim dari MIT, Oxford University, Rice University, ITB dan lain-lain.
Menurut dia, ada perbedaan ventilator yang dikembangkan di UNS ini dengan yang lain. Ventilator buatannya didesain untuk meminimalkan peluang tercampurnya kembali udara kotor yang dikeluarkan dari paru-paru pasien dengan udara bersih yang akan dimasukkan ke paru-paru pasien.
"Ventilator versi UNS ini dilengkapi dengan sistem kontrol yang memungkinkan operator dapat mengatur kerja ventilator untuk disesuaikan dengan keadaan pasien yang meliputi volume tidal, laju pernapasan, kadar O2 dan sebagainya. Hal ini yang menjadi kelebihan ventilator buatan FMIPA UNS dibanding ventilator lainnya," imbuhnya.
Untuk versi pertama ventilator buatan UNS ini, lanjut dia, harganya sangat terjangkau. Namun tetap dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dunia medis.
"Tim dari Prodi Fisika FMIPA UNS telah melakukan konsultasi ke Rumah Sakit (RS) UNS untuk masalah-masalah terkait dengan fungsi alat ini dan spesifikasi yang pas untuk standar medis," katanya.
Lebih lanjut Marzuki menyampaikan, pihaknya akan terus mengembangkan ventilator pernapasan ini hingga ke standar medis dan tersertifikasi SNI. Dalam waktu yang tidak lama, tim akan menerima pesanan alat pernapasan ini jika terdapat klinik atau RS yang membutuhkan.
Dekan FMIPA UNS, Harjana, Ph.D menambahkan, hadirnya ventilator pernapasan untuk pasien Covid-19 dari Prodi Fisika ini merupakan bagian dari inovasi yang dilakukan untuk membantu penanganan Covid-19 di Indonesia.
"Tim dari Laboratorium Optik & Fotonika FMIPA UNS akan terus mengembangkan alat ini," pungkas dia.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Achmad Syafiuddin juga memiliki hobi yang terus ia pupuk. Sejak belia, ia merupakan seorang Bonek.
Baca SelengkapnyaKedua pihak akan melakukan penelitian, kolaborasi, dan pendidikan tentang pengurangan bahaya merokok di kawasan Asia Pasifik.
Baca SelengkapnyaPameran Hakteknas 2023 digelar untuk memperkenalkan hasil inovasi perguruan tinggi secara lebih dekat kepada masyarakat.
Baca SelengkapnyaFakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara (USU) punya alat canggih pembuat gigi tiruan dalam waktu sehari saja.
Baca SelengkapnyaSeminar internasional ini sekaligus menjadi agenda rutin tahunan Fakultas Sains dan Teknologi (FST).
Baca SelengkapnyaKampus ini merupakan Perguruan Tinggi Negeri ketiga di Indonesia setelah UI dan UGM
Baca SelengkapnyaKecerdikan Sardjito dalam membuat ransum melahirkan inovasi bernama 'Biskuti Sardjito'.
Baca SelengkapnyaIa diganjar dengan gelar doktor kehormatan lantaran 78 penemuannya.
Baca SelengkapnyaSembilan orang dosen dan peneliti Universitas Indonesia (UI) masuk dalam 2% Scientist Worldwide 2023
Baca SelengkapnyaAryanto menemukan ratusan alat-alat canggih yang membuat ia dilirik oleh mancanegara.
Baca SelengkapnyaPemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Pusat melalui Bagian Umum dan Protokol (Umprot) membuat alat yang bisa menangkap polutan di udara.
Baca SelengkapnyaKampus UNU berdiri di lahan 7.478 meter persegi, dan mampu menampung 3.774 mahasiswa dan 151 dosen.
Baca Selengkapnya