Usai dicubit guru, SS pindah sekolah
Merdeka.com - Kejadian pencubitan dilakukan seorang guru SMP Raden Rachmat di wilayah Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, yang diperkarakan membetot perhatian. Siswa yang menjadi korban, kini sudah mulai berangsur kembali membaik.
Korban SS yang dicubit oleh gurunya, Muhammad Samhudi, akan kembali bersekolah di tahun ajaran baru. Namun, SS memilih hengkang dari di SMP Raden Rachmat.
"Anak saya sudah sekarang sudah pindah sekolah di Persit Kartika Surabaya. Sekolah yang kebanyakan dari anak tentara," kata orang tua SS, Yuni Kurniawan, Kamis (14/7).
-
Kenapa anak itu trauma? Tak hanya luka bakar yang tak kunjung sembuh, kini korban mengalami trauma atas kejadian yang menimpanya “Aku kan biasanya buka jendela kalau pagi-pagi. Terus dia takut, 'jangan dibuka, aku takut kalau dibakar. Itu ada orangnya.' Jadi dia kayak trauma gitu“
-
Apa yang membuat anak terluka? 'Sayangku, ibu minta maaf jika ucapan dan tindakan ibu sebelumnya membuat hatimu terluka. Ibu ingin kamu tahu bahwa ibu selalu mencintaimu tanpa syarat, dan ibu berjanji akan berusaha lebih baik lagi untuk memahami perasaanmu.'
-
Apa yang dilakukan guru terhadap murid? Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang,' jelasnya.
-
Apa yang dilakukan orang tua murid ke anak Andika? Sang putra, mendapat makian dari salah satu orangtua siswa karena masalah sepele terkait mainan.
-
Kenapa anak korban merasa sedih? 'Ma? Cepet banget perginya? Yeyen Nakal ya? Yeyen minta maaf ya ma sudah jadi anak yang kurang baik. Mama enggak perlu mikirin Yen lagi ya, di sini Yen baik. Mama baik di sana ya, Yen sayang banget sama mama,' tutur dia.
-
Siapa yang mengalami stres traumatis? Stres traumatis bisa muncul akibat peristiwa traumatis seperti bencana alam, serangan, atau kehilangan orang tercinta.
Menurut Yuni, alasan dia memindahkan anaknya karena tidak ingin SS trauma. Dia berharap di tempat baru SS benar-benar dan aman tidak terganggu ketika belajar. Sebab, setelah dicubit gurunya, SS lebih cenderung menyendiri dan malah tidak mau lepas darinya.
"Apa pun akan saya lakukan untuk anak. Lihat sendiri, anaknya tidak berani dan tidak mau lepas dari saya. Dia ini masih trauma," ujar Yuni.
Yuni yang merupakan anggota TNI Angkatan Darat dari kesatuan Intel Kodim 0817 Gresik, dengan pangkat Serka, hanya menginginkan penyelesaian. dia menyatakan tidak mencari kemenangan ataupun memperuncing masalah.
"Saya inginkan hanya penyelesaiannya itu seperti yang terjadi beberapa hari lalu, waktu sebelum lebaran. Ada penyelesaian, dilakukan dari wakil Bupati Sidoarjo dan Dandim Sidoarjo sebagai saksi, yang berkenan menyelesaikan perkara anak saya," ucap Yuni.
Dalam kesepakatan itu ada empat poin disetujui antara Muhammad Samhudi dengan keluarga Yuni Kurniawan.
Pertama mereka mengakui kejadian pencubitan itu wajar dan akan mengambil hikmahnya. Kedua belah pihak juga sepakat berdamai dan mencabut perkara disidangkan di Pengadilan Negeri Sidoarjo. Samhudi juga berjanji tidak akan menuntut balik Yuni.
Perkara hukum itu berawal saat SS dicubit oleh Samhudi, pada 3 Februari lalu, karena tidak ikut menjalankan Salat Dhuha. Setelah SS didesak bercerita soal luka di lengannya, akhirnya dia mengaku karena dicubit oleh gurunya.
Mendengar pengakuan itu, Yuni melapor ke Polsek Balongbendo, hingga akhirnya kasus sampai di meja hijau.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejak kasus pelemparan kayu yang mengakibatkan kepala bocor, korban menyatakan tidak mau sekolah di tempatnya bersekolah dulu.
Baca SelengkapnyaSupriyani akan menghadapi persidangan pada Kamis (24/10) besok. Namun, sejak semalam penahanannya ditangguhkan.
Baca SelengkapnyaKorban mengalami perundungan sejak pertama kali masuk SMPN 4 Makassar.
Baca SelengkapnyaPengakuan kepala sekolah itu terungkap dalam sidang lanjutan digelar majelis hakim di Pengadilan Negeri Andoolo.
Baca SelengkapnyaKasus ini viral usai pihak kejaksaan melakukan penahanan terhadap Supriyani di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kendar
Baca SelengkapnyaHingga akhirnya, keluarga melaporkan kasus tersebut ke polisi.
Baca SelengkapnyaDampak kejadian itu, aktivitas belajar mengajar di sekolah untuk sementara waktu diliburkan.
Baca SelengkapnyaPengakuan korban dan luka-luka di tubuhnya direkam guru menggunakan kamera ponsel. Videonya pun viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaSelain berunjuk rasa mengawal perkara guru honorer Supriyani, PGRI Baito ramai-ramai menolak siswa D dan saksi kembali bersekolah.
Baca SelengkapnyaKondisi psikis itu diketahui usai KPAI bertemu korban di kantor P2TP2A Tangerang Selatan.
Baca SelengkapnyaHasil pemeriksaaan, EL mengalami patah tulang dan sendi bahu bergeser.
Baca SelengkapnyaSebelum meninggal dunia, anaknya sempat merasa bahagia setelah kelulusan.
Baca Selengkapnya