Usir kawanan kera, petani Boyolali minta bantuan warga Suku Dayak
Merdeka.com - Serangan kawanan kera liar di sejumlah wilayah di Kabupaten Boyolali terus mengganas. Berbagai upaya dilakukan untuk mengusir kera agar tak menjarah lahan pertanian maupun permukiman penduduk. Termasuk di antaranya mendatangkan seratusan penembak jitu dari TNI/Polri maupun Perbakin.
Namun berbagai upaya yang dilakukan warga Karanggede dan Kemusu tersebut belum membuat jera kawanan kera. Mereka masih datang dan menjarah ladang serta pemukiman. Kini warga akan meminta bantuan warga Suku Dayak.
"Kami akan minta bantuan Suku Dayak. Saya yakin mereka memiliki keahlian khusus dalam menangani kawanan kera yang sudah meresahkan warga. Kami memilih Suku Dayak dipilih karena rekomendasi dari sejumlah daerah yang mengalami serbuan kera," ujar Kepala Desa Karanggede, Sukimin, Sabtu (5/8).
-
Kenapa kera ekor panjang serbu pemukiman? Kawanan monyet itu diduga turun dari gunung karena persediaan makanan di tempat mereka mulai menipis. Musim kemarau yang panjang menjadi penyebab persediaan makanan di hutan terus menyusut.
-
Bagaimana kera di hutan itu menyerang? 'Walaupun ada tanaman sebidang, kalau diserang sehari habis. Jadi pengamanan pertana lahan tanaman ini diberi pagar,' kata Pak Nurhadi terkait dengan serangan para kera ke lahan pertanian dia dan para penduduk lain.
-
Dimana kera ekor panjang menyerang? Di Desa Cikakak, Banyumas, sekelompok kera ekor panjang turun dari gunung dan menyerbu permukiman warga.
-
Bagaimana warga mengusir kera ekor panjang? Sebagian warga menggunakan letusan senapan angin untuk membuat para monyet ketakutan. Sedang warga lain memasang ban kendaraan agar monyet-monyet tidak mendekati rumah.
-
Siapa yang berusaha mencegah kera ekor panjang masuk ke pemukiman? Sementara itu Kepala Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Wonogiri, Sukatno, mengatakan bahwa pihaknya sudah berupaya mencegah hewan liar dari luar masuk ke pemukiman.
-
Apa yang dilakukan kera ekor panjang di pemukiman? Puluhan kera ekor panjang itu menyerbu pemukiman dan membuat warga resah. Mereka bertengger di atap-atap rumah warga untuk mencari makan. Selain merusak atap rumah, kawanan monyet ini juga menjarah makanan di warung-warung.
Sukimin mengatakan, pihaknya akan menyerahkan semuanya ke Suku Dayak tentang teknik pengusiran kawanan kera. Ia mengaku telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali untuk mendatangkan Suku Dayak ke desanya.
Sebelumnya, sejak Kamis (3/8) lalu, warga Karanggede dan Kemusu sudah mendatangkan puluhan penembak jitu untuk mengusir dan menangkap kera. Petugas dari TNI, Polri, Perbakin, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) bahkan telah membuka posko dan berjaga selama 24 jam
Namun, sampai saat ini mereka belum berhasil menangkap seekor pun kera. Selain keberadaan kawanan kera yang sulit diketahui, wilayah sebaran kera juga semakin meluas. Kawanan kera itu bisa datang kapanpun dan langsung menjarah ladang dan sawah.
"Kamu juga meminta bantuan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo untuk mendatangkan beberapa ekor kera kedini untuk memancing kedatangan kawanan kera. Kawanan kera nantinya akan dikurung kemudian diletakkan di tempat terbuka dengan harapan kawanan kera liar akan mendatanginya.
“Sebenarnya kalau muncul langsung didor. Tiga hari ini petugas sudah melihat beberapa kera yang muncul, tapi belum berhasil ditembak karena begitu mencium bau manusia mereka langsung lari,” imbuh Sukimin.
Slamet Sukeri dari BKSDA Jawa Tengah, memperkirakan kawanan kera masih akan turun gunung hingga musim kemarau berakhir. Pasalnya, pada musim kemarau hutan kekurangaan air dan makanan akibat rusaknya habitat kera.
"Untuk mengantisipasi kawanan kera masuk pemukiman, kami meminta warga mengandangkan ternaknya. Kami juga meminta agar warga tidak sendirian jika menggarap ladang dan sawah untuk menghindari serangan kera," katanya.
Slamet menambahkan, BKSDA sedang memikirkan solusi Jangka panjang agar serangan kera tak terjadi lagi. Ia mengatakan, habitat kera harus diperbaiki, salah satunya dengan cara menanam tanaman buah.
"Sebenarnya itu cara efektif dan aman, habitat akan terjaga dan kera-kera tidak punah karena ditembaki,” pungkas Slamet.
(mdk/msh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diduga mereka kekurangan makanan di tempat asalnya.
Baca SelengkapnyaSeorang warga bernama Rusli (62) meninggal dalam upaya penangkapan kera liar di Desa Wanakerta, Kecamatan Cibatu, Garut, Jawa Barat, Kamis (21/3) pagi.
Baca SelengkapnyaMenurut Atep, turunnya ratusan monyet dari bukit Tawilis diduga tidak ada makanan di habitatnya sehingga kemudian turun menyerang dan menjarah lahan warga.
Baca SelengkapnyaSerangan kawanan monyet itu membuat warga resah. Mereka juga menjarah makanan di warung-warung warga.
Baca SelengkapnyaBeberapa monyet ada yang masuk ke pemukiman desa bahkan ada yang mengambil makanan milik warga.
Baca SelengkapnyaSejak tahun lalu, sudah ada 12 rumah burung hantu yang disebar di empat kecamatan.
Baca SelengkapnyaKemunculan gajah di Muratara pertama kali dilaporkan warga Kelurahan Karya Makmur.
Baca SelengkapnyaTermasuk mengangkat isu Patung Yesus yang sebenarnya telah dibahas dan telah diselesaikan oleh unsur Forkopimda dan para tokoh di Intan Jaya.
Baca SelengkapnyaPara petani Rorotan lebih mengutamakan tali dan baju untuk menjaga padi yang akan dipanen agar terhindar dari seragan hama burung pipit.
Baca SelengkapnyaKejadian harimau masuk permukiman di Desa Sodong, Kabupaten Batang membuat resah warga.
Baca SelengkapnyaBeruntungnya tidak ada korban dalam upaya evakuasi ketiga ular tersebut.
Baca SelengkapnyaKawanan makhluk kecil muncul ke permukiman warga Depok.
Baca Selengkapnya