Vaksinasi Covid-19 di Sumbar Baru Capai Angka 17,5 Persen
Merdeka.com - Angka persentase vaksinasi Covid-19 di Sumatera Barat (Sumbar) baru mencapai 17,56 persen. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sumbar Jasman Rizal menyebutkan, berdasarkan data yang diperoleh, angka vaksinasi Covid-19 baru mencapai 17,56 persen.
Untuk yang terendah berada pada dua daerah, yakni Kabupaten Agam 6,9 persen dan Kabupaten Pasaman Barat 7,5 persen.
“Sementara untuk vaksinasi tertinggi di Kota Padang Panjang 48,1 persen, kemudian Kota Bukittinggi mencapai 41,4 persen,” kata Jasman di Padang, Kamis (9/9).
-
Kenapa negara termiskin kesulitan beli vaksin? Ini terlepas fakta bahwa negara termiskin juga berjuang untuk membeli dan meluncurkan vaksin COVID-19 untuk melawan pandemi.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Kenapa vaksin DBD penting untuk Sumut? Vaksin DBD, bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan virus dengue, sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi lebih lanjut.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
Menurutnya, masih rendahnya angka vaksinasi di Sumbar karena diperkirakan strategi vaksinasi yang kurang tepat. Padahal stok vaksin dalam keadaan cukup.
“Kalau untuk stok vaksin, kita cukup, (mungkin) hanya strategi vaksin kita belum tepat, belum sesuai arahan pak Gubernur,” jelas Jasman.
Pihaknya berharap pemerintah masing-masing Kabupaten dan Kota lebih menggencar vaksinasi Covid-19. “Kita berharap kabupaten dan kota agar mengebut pencapaian vaksinasinya,” kata Jasman.
Dia menguraikan hingga data 7 September 2021 lalu, total vaksinasi Covid-19 untuk dosis pertama di Sumbar mencapai 17,56 persen atau 777.780 orang yang baru divaksinasi.
“Untuk target sasaran kita itu diangka 4.408.509, jadi memang masih jauh. Sedangkan untuk dosis kedua, baru 9,80 persen,” kata Jasman.
Sementara itu, per tanggal 7 September 2021 lalu, total stok vaksin Covid-19 di Gudang Vaksin Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbar mencapai 198.588 dosis.
“Kalau stok ini terdiri dari 41.900 dosis Sinovac, 2.550 dosis Astrazeneca, 8.658 dosis Moderna, 145.570 dosis Coronavac. Tidak hanya stok di Dinkes Sumbar, juga terdapat stok dosis vaksin yang sudah kita distribusikan ke masing-masing Kabupaten dan Kota mencapai 1.705.712 dosis,” jelas Jasman.
Selain itu, menurutnya, minat masyarakat untuk vaksinasi di Sumbar sangat tinggi. Namun, belum terlalu dipacu. “Kalau melihat minat masyarakat, sangat tinggi, terbukti, kita lihat setiap lokasi vaksinasi selalu ramai masyarakat,” kata Jasman.
Untuk mendongkrak angka vaksinasi Covid-19 di Sumbar, pihaknya dalam waktu dekat berencana akan mengeluarkan surat edaran tentang akselerasi pelaksanaan vaksinasi Covid-19.
“Kita pertegas dengan himbauan, untuk peningkatan vaksinasi di daerah, (diperkirakan) dalam waktu dekat, pak Gubernur secara resmi akan terbitkan surat edaran (akselerasi pelaksanaan vaksinasi Covid-19) di Sumbar,” pungkas Jasman.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaData ini berdasarkan informasi yang dikumpulkan sejak 2018 sampai 2023.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaMulai Januari 2024, vaksinasi Covid-19 tidak lagi gratis alias berbayar.
Baca SelengkapnyaRencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca Selengkapnya