Veronica Koman Heran Pemerintah Banyak Turunkan Aparat, Tetapi KKB Masih Ada
Merdeka.com - Pengacara sekaligus Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Veronica Koman, menyebut eskalasi konflik di Papua semakin meningkat. Padahal dia menilai, aparat yang diterjunkan ke Papua semakin banyak di era pemerintahan Joko Widodo.
"Di masa Jokowi ini justru makin banyak militer diturunkan ke Papua, terutama eskalasi ini udah jadi konflik di Papua, ini udah meningkat jadi konflik bersenjata sesuai hukum humaniter," katanya dalam dialog Stop Pelanggaran HAM, Papua Damai yang disiarkan GAMKI, Rabu (5/5).
Tetapi, dirinya merasa heran. Mengapa di saat pemerintah mengirimkan begitu banyak pasukan ke Papua. Di sisi lain kelompok bersenjata di bumi Cendrawasih makin kuat.
-
Mengapa kekerasan di Papua meningkat? Sekretaris Gugus Tugas Papua UGM Arie Ruhyanto mengatakan bahwa angka kekerasan di Papua meningkat di tengah gencarnya proses pembangunan oleh pemerintah.
-
Apa yang menjadi masalah akar konflik Papua? Peneliti dari Yayasan Bentala Rakyat, Laksmi Adriani Savitri mengatakan bahwa salah satu akar masalah dari konflik Papua adalah dorongan modernisasi yang dipaksakan.
-
Siapa yang terlibat dalam konflik Papua? Gerakan Papua Merdeka semakin terorganisir melalui budaya, sosial, politik luar negeri, senjata, bahkan berhasil menarik perhatian aktivis NGO.
-
Bagaimana solusi penyelesaian konflik Papua? Semua itu dilakukan melalui pendekatan pengakuan hak sipil politik, ekonomi sosial budaya, memperkuat pendidikan untuk kesadaran hak, dan memperkuat kualitas SDM anak muda dengan pendidikan adat dan pendidikan nasional.
-
Apa yang Jokowi ajak untuk ditanggulangi? 'Selain itu kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga ilegal unregulated unreported IUU Fishing,'
-
Kenapa TNI butuh pasukan besar di Papua? Butuh ada satu pasukan besar yang diterjunkan serentak untuk mengikat pasukan Belanda di wilayah Merauke.
"Pertanyaannya kenapa ketika 2,5 tahun terakhir ini, di mana pemerintah Indonesia mengirimkan begitu banyak aparat tambahan tapi kenapa di saat yang sama TNPPB (Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat) makin kuat," ucapnya.
"Itu pertanyaannya, itu kan berarti pendekatannya sudah salah dan gagal, itu sudah gagal tapi kenapa di ulang terus, sehingga makin banyak lagi yang meninggal meninggal terus," ujarnya.
Veronica menilai, pelabelan teroris terhadap kelompok bersenjata di Papua bukan menyelesaikan tapi justru menambah masalah baru di Papua.
"Kemudian pelabelan teroris ini bentuk keputus asaan, tapi ini membuat masalah baru," jelas dia.
Berharap Jokowi Suarakan Papua Seperti Konsensus Myanmar
Dalam kesempatan yang sama, Veronica sebenarnya sangat mengapresiasi Presiden Joko Widodo ketika menyuarakan konsensus untuk kedamaian di negara Myanmar. Tetapi, ia mempertanyakan kenapa Presiden tidak terlalu banyak bersuara untuk Papua sehingga bisa tercipta kedamaian.
"Pak Jokowi mengumumkan lima konsensus untuk Myanmar itu, yang mana itu adalah yang masyarakat sipil suarakan selama ini untuk Papua, Jokowi bisa bicara begitu untuk Myanmar, tapi kenapa tidak bisa untuk orang Papua sendiri," katanya.
Mestinya, kata dia, Jokowi menyuarakan Papua seperti halnya untuk Myanmar. Kemudian, mengajak Papua untuk berdialog damai.
"Misalnya bebaskan tahanan politik, kemudian deeskalasi kekuatan militer, kemudian tempuh dialog damai, itu yang kami minta selama ini, jadi mohon Pak Jokowi bisa seperti itu keluar, mengapa tidak bisa begitu juga untuk ke dalam," ujarnya.
Menurutnya, pemerintah jangan sensitif ketika negara lain menyoroti isu HAM di Papua. Sebab, di Papua sendiri masih terjadi kekerasan.
"Saya apresiasi langkah pemerintah Indonesia untuk berani leading untuk perdamaian di Myanmar, itu sangat bagus sekali. Sebenarnya itu contoh, jadi negara jangan sensi ketika negara lain bicara soal HAM Papua, karena Indonesia sebenarnya juga mempratikkan itu," pungkasnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
KKB terus menebar teror. Termasuk pilot Susi Air yang disandera masih mereka tawan. Penyanderaan sudah dilakukan hampir lima bulan.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi I DPR Bobby Rizaldi meminta pemerintah satu sikap dalam melabeli penyebutan Kelompok bersenjata di Papua.
Baca SelengkapnyaTerkait pernyataan Panglima TNI tersebut, nampaknya dinilai bukan untuk menyelesaikan masalah, melainkan memperpanjang konflik di Papua.
Baca SelengkapnyaMenurut Panglima TNI, aksi teror pihak separatis di Papua harus segera diberantas.
Baca SelengkapnyaPenggantian nama KKB menjadi OPM itu berdasarkan Surat Telegram (ST) Nomor : STR/41/2024.
Baca SelengkapnyaBuntut kejadian itu, belasan prajurit dari satuan Batalion Infanteri Raider 300/Braja Wijaya jalani pemeriksaan internal
Baca Selengkapnya"Polri tetap menyebut KKB,” kata Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz AKBO Bayu
Baca SelengkapnyaKebijakan Panglima TNI mengubah penyebutan nama KKB menjadi OPM berdampak pada kinerja TNI.
Baca SelengkapnyaPenyebutan istilah KKB menjadi OPM memiliki dampak politis serta konsekuensi pada cara menyelesaikan.
Baca SelengkapnyaSampai saat ini, Polri masih menyebut kelompok kriminal di Papua sebagai KKB.
Baca SelengkapnyaKomisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menilai situasi konflik dan kekerasan di Papua semakin mencederai HAM.
Baca SelengkapnyaDalam lawatannya ke Tanah Papua, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengatakan mengutamakan pendekatan lembut
Baca Selengkapnya