Wapres JK minta kampus beri pemahaman antiradikalisme pada mahasiswa
Merdeka.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta agar perguruan tinggi memberikan pendidikan antiradikalisme. Hal itu menyusul penangkapan terduga teroris di Universitas Riau beberapa waktu lalu.
"Maka untuk mengurangi atau menghentikan radikalisme juga dengan pikiran yang benar. Jadi universitas harus memberikan pemahaman kepada seluruh mahasiswanya hal-hal yang benar dan sesuai," kata JK di Istana Wapres, Jl Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (5/6).
Dia menjelaskan, radikalisme muncul dari pikiran serta pengetahuan yang salah. Karena itu, kata JK, perlu ada ustaz atau dosen untuk mengatasi hal tersebut.
-
Bagaimana SAJAKA mengubah pola pikir? Program SAJAKA tidak hanya berfokus pada pemberian informasi, tetapi juga berupaya menciptakan perubahan pola pikir yang mendalam tentang pentingnya menggunakan antibiotik dengan bijak.
-
Siapa yang bisa dibantu dengan kata-kata? Palestina telah hidup dalam cengkeraman ketidakadilan dan penjajahan selama puluhan tahun. Konflik antara Palestina dan Israel telah menyebabkan penderitaan yang tak hitung bagi rakyat Palestina.
-
Siapa yang memberikan wejangan? Video seorang ibu yang memberikan wejangan kepada putrinya agar hidup hanya dengan suaminya dalam satu rumah mendadak viral di media sosial.
-
Apa itu Mental Ideologi? Mental ideologi adalah sikap dan cara berpikir yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar negara Indonesia, seperti Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
-
Siapa yang dapat dibantu dengan kata-kata bijak? Kata-kata bijak ini juga dapat memberikan motivasi dan semangat bagi setiap individu untuk terus berjuang dalam mencapai tujuan dan impian mereka.
-
Siapa yang beri saran itu? Laporan terbaru dari Tiongkok, salah satu pasar terbesar Apple, menyoroti kekhawatiran yang diajukan oleh beberapa toko resmi Apple.
"Kalau pakai dasar agama yang keliru, maka perlu juga ustaz atau dosen untuk mengatasi itu," papar JK.
Kemudian, JK juga menjelaskan keberadaan terduga teroris di Universitas Riau itu tak sepenuhnya menjadi kesalahan pihak kampus. Sebab yang ditangkap ternyata alumni kampus.
"Tapi ini dia bukan mahasiswa, ini alumni 10 tahun yang lalu memakai universitas menjadi tempat membuat agar dia merasa aman, kalau aman dikira laboratorium percobaan padahal bikin bom, atau seperti itu. Dia hanya memakai kampus sebagai tempat, kalau kita lihat ceritanya di Riau itu ya, mereka bukan mahasiswa," papar JK.
Diketahui sebelumnya, Sabtu (2/6) Detasemen Khusus 88 Antiteror membawa sejumlah barang dari Kampus Universitas Riau setelah melakukan penggeledahan. 4 Di antaranya adalah bom siap meledak yang dirakit tiga orang terduga teroris.
"Terduga teroris ada 3 orang, barang yang diamankan berupa 4 bom siap ledak. Yang merakit adalah alumni Universitas Riau jurusan pariwisata inisial Z," ujar Kapolda Riau Irjen Nandang saat konferensi pers di Mapolda Riau, Sabtu malam.
Nandang menyebutkan, ketiga terduga teroris adalah alumni Universitas Riau tahun 2002, 2004, 2005. Mereka inisial Z, B dan K. Inisial B dan K merupakan alumni jurusan Komunikasi dan Administasi Negara Fisip.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Untuk membentuk ketahanan ideologi masyarakat, salah satunya dengan mendekati dan memberi arahan kepada para takmir masjid.
Baca SelengkapnyaWakil BPIP Berpesan Pancasila tetap jadi pilar utama pendidikan di universitas.
Baca SelengkapnyaMusdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca SelengkapnyaWapres Ma'ruf mengingatkan pesantren merupakan tempat untuk mencetak seseorang menjadi berakhlak mulia.
Baca SelengkapnyaPerdebatan tentang urgensi mendirikan negara Islam sudah selesai ketika pendiri bangsa sepakat dengan format Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaPancasila menjadi penting dibumikan khususnya bagi para generasi muda guna mencegah intoleransi
Baca SelengkapnyaSelain penguasaan literasi yang baik, seorang ulama juga harus memiliki akhlak dan karakter yang santun, tenang, dan tidak mudah menghasut.
Baca Selengkapnya"Dulu ilmu pengetahuan sumbernya kita. Sekarang di Barat dan China," kata JK.
Baca SelengkapnyaSelain kasus kekerasan, kasus-kasus intoleransi di institusi pendidikan harus menjadi perhatian semua pihak.
Baca SelengkapnyaBerbagai program itu hadir untuk mewadahi generasi muda agar tidak terjadi kekosongan pengetahuan.
Baca SelengkapnyaSeluruh pihak termasuk pemerintah perlu memperkuat sosialisasi beragam jenis informasi kepada kalangan anak muda
Baca SelengkapnyaMenurut Mahfud, tindakan untuk mengajak sejumlah rektor menyatakan sikap seperti itu adalah perbuatan yang kurang sehat.
Baca Selengkapnya