Warga adat Bonokeling rayakan Idul Adha 14 September
Merdeka.com - Bila masyarakat muslim telah merayakan Idul Adha pada Jumat (1/9), masyarakat adat Bonokeling di Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, baru akan merayakan Idul Adha pada Kamis (14/9) mendatang. Perbedaan waktu dua pekan itu, dikarenakan masyarakat adat Bonokeling berpegangan pada perhitungan waktu sendiri yakni kalender Alif Rebo Wage (Aboge).
Tahun ini dalam penanggalan Aboge, merupakan tahun Za. Idul Adha yang mereka sebut Bada Perlon jatuh pada Kamis Pahing tanggal 21 Jawa Aboge atau dalam kalender masehi bertepatan 14 September.
Juru Bicara Masyarakat Adat Bonokeling, Sumitro mengatakan penghitungan jatuhnya Idul Adha di Bonokeling memakai hari bukan tanggal. Sebagaimana umumnya perayaan idul adha, anak putu (trah-red) Bonokeling menggelar ritual pemotongan hewan kurban. Mereka nantinya juga akan melakukan pembagian daging hewan kurban ke masyarakat di wilayah desa Pekuncen.
-
Kapan masyarakat Islam Aboge merayakan Idulfitri? Berbeda dari umat muslim pada umumnya, biasanya ribuan penganut Islam Aboge yang tersebar di Kabupaten Banyumas dan Cilacap baru merayakan Lebaran sehari lebih lambat dari ketetapan pemerintah.
-
Kapan orang Batak menentukan kalender? Setiap tanggal 15 pertengahan bulan, para Guru dan Datu Batak menyadari jika terjadi Bulan Purnama.
-
Kenapa Idul Adha ada dua tanggal? Terkadang, terdapat perbedaan penetapan tanggal antara Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah.
-
Siapa yang menentukan tanggal Idulfitri di komunitas Islam Aboge? Juru bicara Komunitas Adat Banokeling, Sumitro, mengatakan bahwa masyarakat adat menggunakan kalender Alif Rebo Wage atau Aboge untuk menentukan jatuhnya hari besar Islam.
-
Apa yang menjadi ciri khas ritual Idulfitri di komunitas Islam Aboge? Sama seperti komunitas Islam Aboge di Cikakak, komunitas Adat Banokeling di Desa Pakuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas juga melaksanakan Lebaran lebih lambat dari ketetapan pemerintah.
-
Bagaimana orang Batak menandai hari? Dalam praktiknya, orang Batak menghitung hari dengan cara melihat pola-pola benda langit seperti bulan, matahari, dan bintang.
Di perayaan Idul Adha nantinya, Bonokeling punya tradisi bersih kubur atau berziarah ke makam Kyai Gunung, yang terletak di area makam Panembahan Bonokeling, Pekuncen.
Selain itu ada pula rangkaian bersih kubur dan bekten (kebaktian) ke panembahan Kyai Bonokeling yang dilakukan pada Jumat Kliwon.
"Di area makam akan dilaksanakan muji atau berdoa. Tiap tahun Idul Adha atau Perlon memang jatuh di hari yang berbeda. Tahun ini yang merupakan tahun Za jatuh di hari Kamis Pahing," kata Sumitro, Selasa (5/9).
Sumitro menegaskan meski masyarakat adat Bonokeling kerap menggelar perayaan hari raya baik idul fitri maupun idul adha berbeda waktu dengan umat muslim, ia berharap perbedaan tak perlu dipermasalahkan. Semua kelompok masyarakat ia katakan harus mengedepan keguyuban, rukun dan kedamian dalam kebhinekaan.
Masyarakat adat Bonokeling sendiri, dijelaskan dalam buku Islam Kejawen, Sistem Keyakinan dan ritual anak cucuk Ki Bonokeling (2008) yang ditulis Suwito Ns dkk merupakan komunitas Islam Kejawen.
Perkembangan komunitas ini bermula dari tokoh spiritual bernama Ki Bonokeling yang membuka hutan dan mengembangkan pertanian di desa Pekuncen yang berarti suci. Anak cucu ki Bonokeling lantas menyebar ke berbagai wilayah baik di Cilacap maupun Banyumas.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perbedaan hari Lebaran tidak pernah mereka permasalahkan.
Baca SelengkapnyaPada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca SelengkapnyaSuasana guyub rukun terasa saat masyarakat Bonokeling merayakan perlon besar.
Baca SelengkapnyaJemaah Aolia lebaran hari ini pada Jumat (5/4). Mereka telah menjalani salat Ied.
Baca SelengkapnyaTradisi Unan-unan dirayakan oleh semua orang Tengger baik yang beragama Hindu, Islam, hingga Kristen.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Tegal menyakini bahwa pada hari Rabu terakhir pada bulan Safar, akan banyak bencana dan malapetaka yang menghantui.
Baca SelengkapnyaPenetapan 1 Ramadhan 1445 hijriah berdasarkan perhitungan/hisab dengan menggunakan kalender tua.
Baca SelengkapnyaSuku Batak tidak hanya memilik kalender kuno yang digunakan oleh leluhur.
Baca SelengkapnyaKawasan Bromo Tengger Semeru tidak hanya memiliki pesona alam yang indah, masyarakat lokalnya juga memiliki kebudayaan yang memesona.
Baca SelengkapnyaGelar Salat Idulfitri Hari Ini, Pimpinan An Nadzir Gowa: Junjung Tinggi Toleransi
Baca SelengkapnyaSebuah ritual doa kepada Tuhan sebagai ritual tolak bala yang dilaksanakan setiap bulan Sya'far atau setiap hari Rabu terakhir pada penanggalan Hijriah.
Baca SelengkapnyaDoa Rabu Wekasan diamalkan pada Rabu terakhir di bulan Safar. Tahun ini, doa Rabu Wekasan bisa dipanjatkan pada 4 September 2024.
Baca Selengkapnya