Warga anggap pertikaian Ahok vs DPRD Bekasi mirip anak kecil
Merdeka.com - Sejumlah warga Bekasi menilai perseteruan antara DPRD Bekasi dengan Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau kerap disapa Ahok, tidak mencerminkan kedewasaan pemimpin. Malah menurut mereka, ketegangan antara keduanya lebih mirip sikap anak-anak.
"Saling ancam sudah seperti anak kecil saja. Orang-orang cerdas seperti itu enggak bisa menyelesaikan persoalan yang terjadi," kata warga Rawalumbu, Mamat (30), Jumat (23/10).
Menurut Mamat, yang membuat Ahok tersinggung adalah DPRD Bekasi akan memanggilnya. Penyebabnya, Jakarta dituding melakukan pelanggaran dalam nota kesepahaman soal pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah Bantargebang.
-
Siapa yang bilang Ahok dukung Ganjar gak ngaruh? 'Itu menurut saya too little too late, atau bahkan enggak ngaruh sama sekali,' ujar Habiburokhman di Media Center TKN, Jakarta Selatan, Senin (5/2).
-
Bagaimana Anies meminta agar masyarakat tidak menghukumnya? Oleh karena itu, Anies meminta agar masyarakat tidak menghukumnya dengan janji-janji pemimpin lain yang tidak dipenuhi.
-
Kenapa Anies meminta masyarakat agar tidak menghukumnya? Oleh karena itu, Anies meminta agar masyarakat tidak menghukumnya dengan janji-janji pemimpin lain yang tidak dipenuhi.
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
-
Kenapa Ahok ingin jadi pejabat? Pesan Sang Ayah Pengalaman sering diperas oknum pejabat membuatnya terobsesi ingin menjadi pejabat. Ditambah pesan dari sang ayah sebelum meninggal. Pesan ini juga mendorongnya untuk jadi pejabat yang jujur dan membawa perubahan positif.
-
Siapa yang setuju dengan Ahok tentang korupsi? Perbincangan kedua tokoh tersebut turut menuai beragam tanggapan dari publik.
"Ahok tersinggung, gara-gara akan dipanggil. Kata-kata panggil ini yang membuat tersinggung, konotasinya kasar, seolah-olah pelaku pelanggaran berat. Kecuali, DPRD undang Ahok, kalau pakai kata undang, mungkin Ahok enggak tersinggung," ujar Mamat.
Merespon rencana pemanggilan itu, Ahok menjadi geram. Namun, Ahok malah menebar ancaman, mulai dari tantangan penutupan TPST Bantargebang hingga melarang warga Bekasi kerja di Jakarta, meskipun belakangan dia malah meralatnya.
Mendapatkan ancaman itu, DPRD Bekasi pun juga naik pitam. Mereka malah menantang balik Ahok dan memintanya tak banyak bicara.
Salah satu tokoh masyarakat di Bekasi, Suhendi mengatakan, sebaiknya persoalan sampah diselesaikan dengan kepala dingin. Dia meminta kedua belah pihak duduk bersama memecahkan persoalan.
"Jangan bawa-bawa nama warga, jangan dijadikan warga sebagai tameng. Apalagi jumlah penduduk warga Bekasi kini sekitar 2,4 juta. Terkesannya politis," kata warga asal Jatiasih ini.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Habiburokhman yakin rakyat lebih memihak Jokowi dibanding Ahok.
Baca SelengkapnyaApdesi Kabupaten Tangerang menyebut pilkada lewat Parpol hanya membuat kades melayani kepentingan parpol.
Baca SelengkapnyaPantauan mata di lokasi, ada sosok anak kecil yang duduk di barisan penonton.
Baca SelengkapnyaPesan Pilkada Damai muncul di tengah kesederhanaan sebuah gubuk bambu Desa Air Hitam, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan.
Baca SelengkapnyaSetelah sempat demo di DPR, Joko Anwar juga ikut berunjuk rasa di depan Gedung MK.
Baca SelengkapnyaKubu Prabowo Gibran saat ini tengah mempersiapkan diri untuk pencoblosan 14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaGerakan itu diduga muncul sebagai bentuk kekecewaan pendukung Anies Baswedan lantaran jagoannya tidak maju di Pilkada Jakarta.
Baca SelengkapnyaPeringatan darurat dengan gambar burung garuda berlatar biru menggema di media sosial. Gambar tersebut juga membanjir berbagai lini masa.
Baca SelengkapnyaAda indikasi mobilisasi anak-anak sekolah ini dilakukan pada sore hari di batas waktu pelarangan demo dengan pola yang mirip.
Baca SelengkapnyaSecara aturan anak-anak tidak dibolehkan ikut debat Pilkada Jakarta. Alasannya, anak-anak termasuk dalam kategori bukan pemilih dalam tahapan kampanye.
Baca SelengkapnyaSebaliknya, persepsi publik yang tak mengkhawatirkan isu politik dinasti terjadi peningkatan. Jika semula 33,7 persen, kini menjadi 42,9 persen.
Baca SelengkapnyaUsulan hak angket itu tidak serius dan hanya meramaikan dinamika politik tiga bulan ke depan.
Baca Selengkapnya