Warga Banjar Adat Kertasari Denpasar Diwajibkan Tanam Pohon saat Menikah
Merdeka.com - Warga di Banjar Adat Kertasari, Kelurahan Panjer, Denpasar, Bali, memiliki konsep menarik dan unik, ialah seluruh petugas di TPS 17 Banjar Kertasari seluruhnya perempuan sebagai penyelenggara pemilu Pilkada 2020 di TPS tersebut.
Hal tersebut, membuat Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPP) I Gusti Ayu Bintang Darmawati Puspayoga melakukan kunjungan ke TPS tersebut, Rabu (9/12).
Namun tak hanya itu, di lingkungan Banjar Kertasari rupanya memiliki sebuah awig-awig atau aturan unik yang diberlakukan kepada warganya. Di mana setiap warga yang menikah baik perempuan maupun laki-laki wajib menanam pohon di lingkungan Banjar.
-
Apa itu pernikahan ramah lingkungan? Pernikahan ramah lingkungan adalah konsep pernikahan yang mencoba untuk meminimalkan jumlah limbah selama acara dengan menggunakan elemen-elemen ramah lingkungan dan anti polusi.
-
Dimana pernikahan tersebut? Acara pernikahan yang diadakan di Bali ini mengusung tema Bollywood.
-
Dimana pernikahan tersebut digelar? Diketahui pernikahan tersebut digelar di Palembang.
-
Kenapa memilih pernikahan ramah lingkungan? Ini membuat pernikahan semakin bermakna karena turut menghadirkan unsur kelestarian alam.
-
Siapa yang merayakan pernikahan di bulan Syawal? Dengan menikah di bulan yang sama dengan hari raya Idulfitri, pasangan dapat merayakan momen bahagia mereka bersama dengan keluarga dan teman-teman yang hadir dalam suasana penuh kegembiraan dan kebersamaan.
-
Dimana pernikahan tersebut berlangsung? Acara pernikahan mereka, yang berlangsung di Qaracosh, dekat kota Mosul, berubah menjadi malapetaka ketika api melalap tempat gedung acara.
"Iya, sudah mulai tanggal 31 Oktober 2020. Pengantin yang dari Banjar sini diwajibkan (menanam pohon) menurut awig-awig itu," kata I Gede Sulusi selaku Kelian Banjar Kertasari.
Sulusi menerangkan, awig-awig itu berkaitan dengan pelestarian lingkungan di wilayah Banjar dan sudah diresmikan pada tanggal 31 Oktober 2020 lalu. Warga wajib menanam pohon setelah menikah untuk semua kalangan, walaupun mereka menikah ke luar Banjar.
"Ada yang sudah (melakukannya) baru dua yang menikah di sini. Ada yang ditanam di depan rumahnya ada yang ditanam di lingkungan sekitar sini," imbuhnya.
Dia menyampaikan, untuk pohon yang ditanam dan berapa jumlahnya terserah para pengantin. Namun, diharapkan yang ditanam adalah pohon buah sehingga nantinya bisa dinikmati.
"Kalau pohonnya diharapkan yang bisa berbuah jadi perindang dan kalau berbuah bisa dinikmati. Selain itu, tujuannya untuk menjaga lingkungan rumah sendiri dan desa. Kita tau, sekarang pemanasan global," ungkapnya.
Namun, bagi warga di sana yang tidak melakukannya awig-awig tersebut memang tidak ada sanksinya. Namun, pihaknya akan datang ke warga tersebut untuk mendekatinya sehingga melakukan kewajiban menanam pohon itu.
"Kita dekati ke rumahnya dan harus wajib itu. Kalau sanksinya belum ada," tutup Sulisi.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengantin wanita ini menunjukkan komitmennya sebagai anggota KPPS
Baca SelengkapnyaPasangan suami istri asal Banyuwangi, Kohar dan Pipit hadir dalam upacara HUT ke-78 RI di Istana Merdeka mengenakan busana pengantin Mupus Braen Blambangan.
Baca SelengkapnyaPernikahan mereka mengusung konsep pesta kebun yang dapat dihadiri masyarakat umum.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sebagai bentuk keresahan atas keresahan alam yang merajarela
Baca SelengkapnyaGerakan ini berawal dari sumber mata air yang dulunya asyik dipakai mandi atau sekadar bermain air, kini banyak yang kering
Baca SelengkapnyaRitual adat Kebo-keboan Alas Malang yang digelar masyarakat Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Minggu (30/7), berlangsung meriah.
Baca SelengkapnyaMelihat tradisi unik kebo-keboan yang ada di Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaMandi Besimbur merupakan ritual adat mandi yang dilakukan oleh kedua mempelai yang baru saja melangsungkan pernikahan.
Baca SelengkapnyaKeberadaan Telaga Buret membuat sejumlah desa di Tulungagung tak pernah alami kekeringan.
Baca SelengkapnyaSebuah kegiatan upacara adat yang dilakukan oleh Kerajaan Adat Marusu sebagai simbol bahwa musim tanam di Kabupaten Maros akan segera tiba.
Baca SelengkapnyaKedua kuda yang membawa pasangan pengantin biasanya akan mengikuti irama musik tanjidor atau gamelan ajeng yang khas.
Baca SelengkapnyaSekitar 800 orang turut menyaksikan kegiatan Ekspedisi Batanghari yang terdiri dari tokoh masyarakat, pelajar, pemuka adat, dan warga.
Baca Selengkapnya