Warga Desa Suger di Jember Rayakan Idulfitri Hari Ini
Merdeka.com - Sebagian umat Islam di beberapa wilayah Indonesia sudah merayakan Idulfitri pada Minggu (1/5). Warga dan santri Pondok Pesantren Mahfilud Durror di Desa Suger, Kecamatan Jelbuk, Jember, termasuk di antaranya.
Pelaksanaan salat Id dilaksanakan pada tiga masjid di desa yang berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso itu.
Warga Desa Suger memang melaksanakan ibadah puasa Ramadan dan Idulfitri lebih awal sehari dari ketetapan pemerintah berdasarkan keputusan Pondok Pesantren Mahfilud Durror. "Sudah sejak tahun 1911, saat kakek saya mendirikan pesantren ini," ujar KH Ali Wafa (62), pimpinan Ponpes Mahfilud Durror.
-
Apa yang dirayakan di Idulfitri? IdulfitriBergema dalam ketundukan mengagungkan nama–MuSemua napas hanyut dalam menyebut nama–MuSemua larut dalam kemenangan yang hakikiIdulfitriSemua bertasbih untuk Mu Alam raya memuji keagungan-MuTunduk dan patuh dalam koridor-MuIdulfitriMenjadi magnet tersendiriSemua umat Muslim menikmatiBetapa indahnya dalam keberagaman yang begitu nyataIdulfitri Akankah kita berjumpa lagiMenikmati hari kemenangan yang sangat berartiTanpa paksaan dalam hatiMelekat sampai jiwa iniTerbawa sampai jasad tidak menyatu lagi
-
Di mana komunitas Islam Aboge merayakan Idulfitri? Salah satu komunitas Islam Aboge terdapat di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas.
-
Bagaimana umat Islam di Jateng merayakan 1 Muharram? Peringatan 1 Muharram bukan hanya sekadar pergantian tahun dalam kalender Islam, tetapi juga momen untuk refleksi spiritual dan introspeksi diri bagi umat Muslim.
-
Kapan Idulfitri dirayakan? Hari Raya Idulfitri, yang lebih dikenal sebagai Hari Lebaran, adalah momen yang akrab bagi seluruh umat Muslim di seluruh dunia. Ini menandai akhir dari bulan puasa Ramadan, dan jatuh pada tanggal 1 Syawal dalam kalender Islam.
-
Kapan masyarakat Islam Aboge merayakan Idulfitri? Berbeda dari umat muslim pada umumnya, biasanya ribuan penganut Islam Aboge yang tersebar di Kabupaten Banyumas dan Cilacap baru merayakan Lebaran sehari lebih lambat dari ketetapan pemerintah.
Gunakan Metode Hisab
Sang kakek, KH M Sholeh yang merupakan pendatang dari Madura, memperkenalkan metode penetapan awal Ramadan dan Syawal dengan merujuk kitab klasik Nazhatul Majalis yang ditulis Syaikh Abdurrohman as-Sufuri as-Syafii. Dalam kitab itu, penentuan awal puasa dilakukan dengan metode hisab atau penghitungan. Hal ini berbeda dengan cara yang dilakukan oleh pemerintah dan juga NU, yakni melalui sidang itsbat dengan berdasarkan rukyatul hilal (melihat bulan).
"Lima hari awal Ramadan tahun ini, menjadi awal Ramadan yang akan datang (tahun berikutnya), " papar KH Ali Wafa.
Metode hisab yang dilakukan pesantren ini seperti yang dilakukan ormas Muhammadiyah dalam menetapkan awal puasa dan Idul Fitri. Meski demikian, secara kultural pesantren ini lebih dekat pada tradisi keagamaan maupun jalur keilmuan di Nahdlatul Ulama (NU).
"Kitab ini diajarkan oleh guru kakek saya, KH Hamid dari pesantren Batu Anyar Madura. Saya dulu waktu masih kecil awalnya juga tidak tahu, hanya ikut-ikut saja. Tetapi setelah remaja, saya menjadi santri di Ponpes Mambaul Ulum, Bata-Bata Madura, saya temukan kitab ini," ujar KH Ali Wafa yang menjadi generasi ketiga pengasuh Ponpes Mahfilud Durror.
Tidak Selalu Berbeda dengan Pemerintah
Karena melalui proses penghitungan, penetapan awal puasa dan lebaran bisa dihitung sejak jauh-jauh hari. "Saya biasanya melakukan ijtihad, yakni menghitung dengan seksama awal puasa dan Idulfitri maupun Iduladha sekaligus untuk jangka waktu delapan tahun," papar KH Ali Wafa.
Hasil penghitungan yang dilakukan KH Ali Wafa berdasarkan kitab Nazhatul Majalis tidak selalu berbeda dengan ketetapan pemerintah. Dalam jangka waktu 5 tahun misalnya, ada 2 hingga 3 kali yang bersamaan dengan pemerintah. Saat perhitungan pesantren Mahfilud Durror berbeda, selisihnya tidak lebih satu hari dari ketetapan pemerintah.
"Warga di sini sering minta ke saya, kalau bisa jangan sampai sama (dengan pemerintah). Biar dua kali lebaran. Tapi ya tidak bisa, karena ini kan penghitungan yang ada dalilnya, " papar KH Ali Wafa dengan tertawa.
Warga di Desa Suger dan sekitarnya sudah terbiasa dengan perbedaan awal Ramadan dan Syawal. "Karena perbedaan di kalangan ulama bisa membawa rahmat," pungkas KH Ali Wafa.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ali Wafa menegaskan, penetapan 1 Syawal memiliki landasan ilmiah berdasarkan dalil hukum Islam yang kuat.
Baca SelengkapnyaUmat Islam merayakan Idul Fitri 1445 Hijriah setelah pemerintah menetapkan 1 Syawal 1445 Hijriah jatuh pada Rabu (10/4/2024).
Baca SelengkapnyaJemaah Aolia lebaran hari ini pada Jumat (5/4). Mereka telah menjalani salat Ied.
Baca SelengkapnyaKegiatan silaturahmi ini merupakan sebuah harmoni kerukunan antara yang satu dengan yang lain.
Baca SelengkapnyaPenetapan 1 Ramadhan 1445 hijriah berdasarkan perhitungan/hisab dengan menggunakan kalender tua.
Baca SelengkapnyaTradisi ngirab selalu dilaksanakan untuk memperingati hari Rebo Wekasan.
Baca SelengkapnyaTak sekedar menyambut Tahun Baru Islam, tradisi Malam 1 Suro ini juga sebagai bentuk pelestarian budaya yang sudah mengakar di masyarakat.
Baca SelengkapnyaRibuan umat Islam tumpah ruah melaksanakan salat Idul Fitri di Jatinegara, Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaBagi umat Islam, tanggal 10 Muharram dianggap sebagai hari spesial. Banyak peristiwa besar yang terjadi pada tanggal itu.
Baca SelengkapnyaAda sejumlah alasan orang-orang di Cirebon menantikan dan merasa bergembira di tanggal tersebut.
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaMeski di tengah guyuran hujan, prosesi Kirab Dudgeran Kota Semarang tetap berlangsung semarak dan meriah.
Baca Selengkapnya