Warga Sleman menolak nyamuk UGM
Merdeka.com - Warga Dusun Karangtengah, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta resah. Mereka dapat surat edaran dari peneliti Eliminate Dengue Project/EDP Yogyakarta yang merupakan kerjasama Fakultas Kedokteran UGM dengan Yayasan Tahija dan Universitas Monash Australia. Isi edaran tersebut, pada 22 Januari, 29 Januari, hingga beberapa minggu ke depan, akan dilakukan pelepasan nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia pada lingkungan warga di Karangtengah.
Atas edaran tersebut, masyarakat menjadi resah dan terteror karena di kampung ini ada warga yang menyetujui pelepasan tersebut dan tidak sedikit warga yang menolak pelepasan dengan berbagai argumentasi masing-masing.
Merespons edaran pemberitahuan tersebut, maka beberapa warga telah melakukan 2 kali rembug kampung, dimana dihadiri oleh beberapa tokoh warga, seperti RT, RW, dan tokoh warga, termasuk individu warga yang menolak. Pertemuan dilakukan di Musala Karangtengah pada Selasa malam (21/1) dengan memutuskan meminta pelepasan nyamuk di lingkungan warga RW 10 dan RW 11 Karangtengah, Nogotirto ditunda.
-
Apa yang bikin warga resah? Momen teror suara ketuk puntu rumah yang terekam di kamera CCTV ini bikin warga sekitar resah.
-
Kenapa warga resah? Momen teror suara ketuk puntu rumah yang terekam di kamera CCTV ini bikin warga sekitar resah.
-
Mengapa masyarakat diminta waspada? BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga yang ditetapkan sejak November 2020.
-
Kenapa orang mudah uring-uringan? Ketidakpastian dan pengalaman duka dalam beberapa tahun terakhir mungkin telah meningkatkan tingkat ketegangan dalam diri kita.
-
Siapa yang merasa marah? Jordi Onsu, pamannya, merasa marah. Jordi menegaskan bahwa Betrand Peto telah diberi kasih sayang penuh oleh keluarga Ruben Onsu dan tidak pernah dianggap sebagai anak angkat, tetapi sebagai bagian dari keluarga.
-
Mengapa orang merasa kecewa? Kecewa adalah puncak dari kemarahan yang sudah tidak bisa lagi dilampiaskan melalui emosi yang meluap-luap.
"Belum ada kesepakatan hitam di atas putih (tertulis) antara warga dengan pihak EDP tentang masalah dampak nyamuk yang akan dilepas EDP. Dalam hal ini, warga minta jaminan tertulis tentang penanggungan oleh pihak EDP atas semua rIsiko apabila terjadi dampak negatif dari pelepasan nyamuk tersebut," ujar salah satu warga Karangtengah, Ahmad Ma'ruf dalam rilis yang diterima merdeka.com, Rabu (22/1).
Dia mengatakan, belum ada sosialisasi pada semua warga sebagaimana dijanjikan oleh pihak EDP sebelum dilakukan pelepasan nyamuk. Dalam pertemuan ini, pak RW 11 kaget kalau ada informasi bahwa hari ini akan dilakukan pelepasan nyamuk. Padahal pada salah satu pertemuan warga beberapa waktu lalu, warga meminta dilakukan sosialisasi terlebih dahulu yang menghadirkan semua warga dalam satu forum terbuka, namun hal ini tidak dilakukan oleh pihak EDP.
Dari pertemuan tersebut, selain meminta menunda pelepasan nyamuk, warga juga minta dilakukan sosialisasi ulang dengan mengundang semua warga dalam satu forum bersama, yang didampingi oleh dinas kesehatan dan aparat desa. Selain itu, penundaan ini tetap mempertimbangkan dan menghormati warga yang menolak.
Pada pertemuan warga tadi malam, terungkap bahwa dari mayoritas warga yang telah menandatangani surat pernyataan persetujuan dilakukan dalam kondisi yang belum paham atas EDP ini dan merasa risih karena didatangi oleh tim EDP berkali-kali sehingga dengan asal menandatangani surat tersebut. Artinya, persetujuan warga masih bersifat semu, dan bahkan warga yang sudah terlanjur menyetujui banyak yang memilih sikap menolak.
Penolakan ini selain ada yang khawatir dengan adanya pertambahan nyamuk yang dilepas dan tentu akan berkembangbiak sehingga nyamuk di lingkungannya semakin banyak, yang mengakibatkan menimbulkan rasa tidak nyaman. Dengan nyamuk yang ada sekarang saja sudah tidak nyaman, apalagi dengan pelepasan dan berkembangbiaknya nyamuk UGM tersebut maka populasi nyamuk akan semakin bertambah. Tentu ini menambah ketidaknyamanan warga.
Ada warga yang sangsi juga apakah penelitian ini benar-benar berhasil, karena untuk konteks Indonesia penelitian ini termasuk awal dan belum teruji. Warga tidak mau jadi kelinci percobaan yang memiliki risiko.
Selain itu, apabila nyamuk tetap dilepas pada lingkungan warga yang menyetujui, tidak ada jaminan bahwa nyamuk tersebut tidak akan terbang pada rumah warga yang menolak. Apalagi jarak tiap titik pelepasan sekitar 25m, padahal nyamuk tersebut mampu terbang hingga 100m, sehingga persetujuan warga ini juga berpotensi menimbulkan konflik antar warga yang menolak dan yang menyetujui.
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nyamuk Wolbachia diyakini bisa mencega penyebaran DBD
Baca SelengkapnyaSejumlah elemen masyarakat menolak penyebaran nyamuk Wolbachia di Gedung Bappenas.
Baca SelengkapnyaBappenas akan turut andil untuk menengahi kebijakan Kemenkes dan keresahan masyarakat.
Baca SelengkapnyaSejumlah warga Rempang mengusir petugas yang hendak menawarkan relokasi.
Baca SelengkapnyaAksi demonstrasi itu dilakukan di Jalan Ir. H. Juanda, Depok.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi Gunadi Sadikin rapat dengan DPR membahas implementasi teknologi nyamuk Wolbachia.
Baca SelengkapnyaSelama enam bulan nanti nyamuk Aedes Aegypti yang sudah Berwolbachia itu akan menyebar ke masyarakat.
Baca SelengkapnyaUkuran panjang ular-ular tersebut pun bervariasi, mulai dari 30 cm hingga 4 meter dengan berat mencapai sekitar 20 kg.
Baca SelengkapnyaAksi tolak Rocky Gerung ramai di sejumlah daerah. Ini yang terjadi di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaCalon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo batal menyampaikan kuliah umum di Universitas Cendrawasih (Uncen) menyusul penolakan mahasiswa.
Baca SelengkapnyaBudi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir
Baca Selengkapnya"kita sudah dapat SK calon penghuni, sudah dapat nomor unit, terus mau ngapain di pindahkan ke Nagrak? terus kampung susun yang sudah jadi buat apa?”
Baca Selengkapnya