Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Waspadai Maraknya Info Hoaks dan Intoleransi di Media Sosial

Waspadai Maraknya Info Hoaks dan Intoleransi di Media Sosial Ilustrasi Media Sosial. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Kebebasan berekspresi semestinya mendorong lahirnya pengakuan hak bagi sesama warga negara untuk bersuara. Namun kebebasan ini seperti kebablasan sehingga melahirkan praktik intoleransi karena menyerang orang lain yang dianggap berbeda.

"Biasanya karena intoleransi itu lahir dari rasa ketidaksukaan terhadap sesuatu atau orang lain, maka kemudian mereka ini menolak hak-hak dasar yang dijamin oleh konstitusi. Lalu, kalau kemudian dari intoleransi dia mendukung kekerasan itu sudah bentuk radikal," ujar Peneliti senior di Wahid Foundation Alamsyah M. Djafar dalam keterangannya, Rabu (13/11).

Lebih lanjut, Alamsyah menyampaikan, ada ciri-ciri tertentu kelompok yang memiliki paham intoleransi. Karena tidak setiap kelompok yang berbeda atau eksklusif termasuk dalam kelompok berpaham intoleransi.

Menurutnya, intoleransi bisa muncul semata-mata bukan karena adanya perbedaan, tetapi lebih kepada adanya politisasi kebencian. Ada situasi di mana ada praktik politisasi kebencian terhadap kelompok tertentu.

"Yang sebetulnya menjadi masalah adalah adanya praktik politisasi, ada kelompok atau pihak yang menggunakan isu-isu ketidaksukaan terhadap kelompok yang lain, bisa macam-macam seperti LGBT, Yahudi dan sebagainya sehingga berkembang intoleransi di masyarakat," katanya.

Dia mengatakan kalau mau mengurangi intoleransi seharusnya mengurangi politisasi kebencian. Karena itu, Alamsyah berpendapat pentingnya mengurangi kebencian di antara masyarakat sehingga tidak ada lagi intoleransi atau membenci orang yang dianggap berbeda. Dan untuk hal ini tentunya sangat berkaitan dengan media sosial.

"Jadi ketika media sosial banyak menginformasikan berita-berita berisi kebencian, berisi hoaks, berisi intoleransi, maka hal itu dapat mempengaruhi atau berpotensi mempengaruhi orang untuk membenci kelompok lain berdasarkan informasi yang ada. Artinya kalau kita mau mengurangi maka kita harus bisa membatasi informasinya, terutama yang mengandung kebencian dan kekerasan, karena itu melanggar hukum," jelasnya.

Alumni Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengatakan sudah semestinya masyarakat harus memperkuat persatuan dengan perbedaan yang ada. Dirinya pun meminta masyarakat harus berpikiran lebih terbuka ketika menyikapi adanya perbedaan.

"Yang perlu kita atasi itu bukan pada perbedaannya, tapi bagaimana mengelola perasaan atau sikap tidak suka tersebut. Berpikir lebih jernih ketika menemui pandangan-pandangan yang dia tidak suka, bahkan dia tentang itu," tuturnya.

Untuk itulah Alamsyah mengatakan bahwa masyarakat harus diberikan informasi yang lebih beragam sehingga mereka tidak hanya menerima informasi dari satu pihak.

"Jadi bukan hanya terpapar yang kiri saja, tetapi ada yang tengah dan ada yang kanan. Kalau ada informasi baru dia bisa respons lagi. Itu juga salah satu cara menangkal intoleransi di media sosial," tandasnya.

(mdk/did)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jadikan Perbedaan Kekuatan Cegah Masuknya Paham Radikal Intoleran
Jadikan Perbedaan Kekuatan Cegah Masuknya Paham Radikal Intoleran

Masyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.

Baca Selengkapnya
Masyarakat Diajak Bijak dan Kritis Hadapi Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024
Masyarakat Diajak Bijak dan Kritis Hadapi Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024

Masyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.

Baca Selengkapnya
Perkuat Literasi Digital, Cara Cegah Hoaks dan SARA Jelang Pemilu
Perkuat Literasi Digital, Cara Cegah Hoaks dan SARA Jelang Pemilu

Hoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.

Baca Selengkapnya
Jangan Termakan Hasutan Kelompok Intoleran Jelang Nataru
Jangan Termakan Hasutan Kelompok Intoleran Jelang Nataru

Jangan sampai dimanfaatkan untuk menyebarkan narasi intoleransi, bahkan mengarah pada aksi radikal terorisme.

Baca Selengkapnya
Waspadai Cara Kerja Kelompok Intoleran dan Radikal Bikin Narasi di Dunia Maya
Waspadai Cara Kerja Kelompok Intoleran dan Radikal Bikin Narasi di Dunia Maya

Generasi muda Indonesia seringkali dihadapkan pada perdebatan yang tidak produktif di dunia maya.

Baca Selengkapnya
Bahaya Berita Bohong Ancam Keutuhan Bangsa, Harus Dihentikan!
Bahaya Berita Bohong Ancam Keutuhan Bangsa, Harus Dihentikan!

Konten negatif berupa berita bohong dan intoleransi dapat merusak keutuhan bangsa.

Baca Selengkapnya
Waspadai Kelompok Tebar Narasi Kebencian buat Ciptakan Kegaduhan di Tanah Air
Waspadai Kelompok Tebar Narasi Kebencian buat Ciptakan Kegaduhan di Tanah Air

Pentingnya menghormati kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial dalam menjaga kehidupan plural di Indonesia

Baca Selengkapnya
Pentingnya Tata Krama di Media Sosial untuk Membangun Generasi Muda Bijak Berdigital
Pentingnya Tata Krama di Media Sosial untuk Membangun Generasi Muda Bijak Berdigital

Perilaku yang beradab, tidak hanya wajib dilakukan di dunia nyata, tapi diperlukan untuk membangun generasi penerus yang bijak berdigital.

Baca Selengkapnya
Diskusi Koalisi Cek Fakta: Media Terjebak Hoaks Jika Tak Patuhi Elemen Kerja Jurnalisme
Diskusi Koalisi Cek Fakta: Media Terjebak Hoaks Jika Tak Patuhi Elemen Kerja Jurnalisme

Disinformasi yang bersumber dari platform media sosial merembes ke forum-forum personal seperti whatsapp group.

Baca Selengkapnya
Gencarkan Narasi Damai, Perbedaan Jangan Dianggap Permusuhan
Gencarkan Narasi Damai, Perbedaan Jangan Dianggap Permusuhan

Narasi-narasi provokatif dapat memicu perpecahan harus dihindari terlebih di tahun politik.

Baca Selengkapnya
Polresta Pekanbaru Ingatkan Warga Waspada Hoaks Menggunakan AI
Polresta Pekanbaru Ingatkan Warga Waspada Hoaks Menggunakan AI

Menurut Bery, hoaks menggunakan kecerdasan buatan memang sudah cukup meresahkan.

Baca Selengkapnya
Akademisi Nilai Menjatuhkan Calon Lain Malah Jadi Budaya Dibanding Tonjolkan yang Didukung
Akademisi Nilai Menjatuhkan Calon Lain Malah Jadi Budaya Dibanding Tonjolkan yang Didukung

Hal ini bisa dilihat langsung di media sosial, banyak yang melakukan framing pihak lawan dengan citra negatif.

Baca Selengkapnya