Yenny Wahid Sebut Huruf Arab Pegon Bentuk Perlawanan Terhadap Politik Aliran
Merdeka.com - Penggunaan huruf Arab pegon bertuliskan 'Tetap Jokowi' pada ikat kepala maupun kaos selama masa kampanye, bukan merupakan simbol dari politik aliran. Koordinator Rumah Pergerakan Gus Dur (RPGD) Yenny Wahid mengatakan, huruf pegon justru dipakai sebagai perlawanan terhadap penggunaan aksara Arab, yang selama ini dianggap simbol politik aliran atau politik identitas.
Yenny menyatakan hal itu untuk merespons pertanyaan seputar penggunaan huruf Arab pegon pada ikat kepala dan kaos, yang selama masa kampanye Pilpres 2019 sering dipakai relawan RPGD. Termasuk Yenny Wahid yang kerap tampil berkaos atau berjaket dengan ciri desain bertuliskan Arab pegon.
"Ada kesengajaan dari pihak-pihak tertentu yang menggunakan aksara Arab untuk memecah belah bangsa, bukan mempersatukan seperti asalnya. Atribut bertuliskan huruf Arab yang dibawa massa dipakai sebagai penunjuk politik aliran. Bahkan, persaingan kedua calon presiden pun dinilai dari identitas keislamannya," urai Yenny di sela Konser Putih BerSatu di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Sabtu (13/4). Dikutip dari Antara.
-
Kebaya apa yang Yura Yunita pakai di salah satu penampilannya? Kebaya Beskap yang Menawan Perhatian Yura Yunita kerap memukau penonton dengan kebaya modifikasi yang berbeda. Pada kesempatan ini, ia mengenakan kebaya beskap berwarna merah yang memberikan nuansa anggun dan menawan.
-
Kenapa Yura Yunita suka pakai kebaya? Bagi Yura, kebaya lebih dari sekadar pakaian; ia merupakan simbol identitas dan kekuatan perempuan Indonesia. Dengan mengenakan kebaya, Yura berusaha menunjukkan bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan, serta kebaya tetap relevan dan dapat diadaptasi dalam berbagai konteks.
-
Siapa yang sering memakai kebaya? Pakaian ini sering dipakai oleh wanita dalam berbagai acara formal seperti pernikahan, acara tradisional, atau acara resmi negara.
-
Siapa yang memakai tanda kepangkatan? Mengutip dari laman polisi.com, tanda kepangkatan Polri adalah daftar tanda pangkat yang dipakai oleh Kepolisian Negara Indonesia.
-
Kenapa Jukut Harsyan pakai kemenyan? Sejak itu pula bumbunya telah menggunakan kemenyan sebagai penyedap rasa.
-
Kenapa pelaku utama ikut Yasinan? 'IS ikut pada Yasinan malam pertama di kediaman korban agar tidak ada yang mencurigai atas perbuatan nya,' katanya, dilansir Antara, Kamis (5/9).
Padahal dalam sejarahnya, huruf atau aksara Arab adalah salah satu dari ribuan aksara dari berbagai bangsa di dunia yang oleh bangsa Arab digunakan tidak hanya untuk kepentingan agama. Tetapi juga keperluan ekonomi, politik dan urusan kehidupan lainnya.
Istilah Arab pegon itu sendiri, kata Yenny, berawal dari modifikasi huruf Arab untuk menuliskan bahasa Melayu, bahasa Jawa, bahasa Sunda, serta bahasa daerah lainnya. Tulisan ini berkembang setelah Islam menjadi agama mayoritas rakyat Nusantara.
"Sebelumnya suku-suku bangsa di kepulauan Nusantara menggunakan aksara Pallawa dari bahasa Sansekerta yang berasal dari India Selatan," ujar putri Presiden ke-3 RI, KH Abdurrahman Wahid ini.
Diakui Yenny, penggunaan ikat kepala dan kaos 'Tetap Jokowi' dalam huruf Arab pegon memang upaya untuk mengingatkan kembali pada sejarah yang hilang.
"Sejarah ketika banyak suku bangsa di Indonesia menggunakan huruf Arab untuk menuliskan bahasa daerahnya bagi keperluan sehari-hari. Masa sebelum huruf Latin diperkenalkan oleh penjajah Belanda seperti yang dipakai sampai sekarang," tuturnya.
Pada masanya, lanjut Yenny, huruf Arab pegon sempat dipakai meluas di kalangan pesantren, untuk menulis terjemahan Alquran, menulis naskah-naskah khutbah, hingga menulis adaptasi karya-karya sastra dari Persia, Arab maupun negara-negara Timur Tengah lainnya.
"Meskipun kegiatan literasi masih hidup di pesantren-pesantren, namun huruf Arab pegon sudah semakin jarang digunakan. Ini yang kemudian mengilhami teman-teman relawan RPGD untuk memakai Arab pegon, sekaligus sebagai kritik terhadap penggunaan aksara Arab yang keliru dan salah kaprah," tegas Yenny.
Dalam pemaknaan yang lebih luas, menurut Yenny, penggunaan Arab pegon dalam konteks kekinian tidak lepas dari upaya melestarikan kekayaan budaya Nusantara. "Kita dituntut sigap mengantisipasi perubahan cepat yang muncul sebagai dampak Revolusi Industri 4.0. Namun, kita tetap tidak boleh menanggalkan kearifan lokal, bahkan hingga ke tingkat penggunaan Arab pegon," ujarnya.
Yenny berpendapat, esensi dari Revolusi Industri 4.0 bukan sekadar revolusi teknologi. Tetapi juga revolusi budaya. Revolusi manusia dalam berbagai aspek kehidupan. "Revolusi yang membawa nilai dan norma baru dalam kehidupan sehari-hari, namun tetap memberi ruang bagi setiap upaya menjaga warisan budaya," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BPIP Yudian Wahyudi Kembali menjadi sorotan publik usai membuat aturan bagi Paskibraka putri yang beragama Islam melepas jilbab saat pengukuhan di IKN.
Baca SelengkapnyaYaqut menegaskan tak akan mencabut pernyataannya soal capres bermulut manis.
Baca SelengkapnyaDiakui Yenny, pembicaraan antara kubu 01 dan 03 masih di belakang layar dan belum formal.
Baca SelengkapnyaPutri dari presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini membagikan momen jajan di pinggiran jalan dengan gaya sederhananya.
Baca SelengkapnyaBerikut jejak kontroversi Kepala BPIP Yudian Wahyudi.
Baca SelengkapnyaEsensi dari debat sendiri sambung Yenny untuk menyampaikan program yang diusung para pasangan calon (paslon).
Baca SelengkapnyaYenny Wahid ditanya tentang peluang digandeng para Capres di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaPemasangan spanduk dan baliho tersebut merupakan bagian dari ikhtiar mereka dalam mendukung Hendi
Baca SelengkapnyaMenag menanggapi polemik soal aturan BPIP berkaitan penggunaan jilbab pada anggota Paskibraka 2024.
Baca SelengkapnyaYaqut terancam sanksi dari PKB, namun dia menegaskan tidak akan mengubah pernyataannya.
Baca SelengkapnyaBPIP memutuskan untuk menyeragamkan tata pakaian dan sikap tampang Paskibraka pada 2024
Baca SelengkapnyaKaia Abdul beralasan secara historis, Yenny Wahid memperjuangkan perjuangannya Gus Dur.
Baca Selengkapnya