4 Kali pemilu, publik masih percaya watak satria anggota TNI-Polri
Merdeka.com - Tiga perwira tinggi Polri dan dua jenderal TNI memutuskan ikut ambil bagian dalam Pilkada serentak 2018. Lembaga Studi & Advokasi Masyarakat (Elsam), Wahyudi Djafar menilai, ini bentuk kegagalan kaderisasi partai politik untuk menciptakan figur pemimpin.
"Kelambatan kita dalam proses konsolidasi demokrasi, sudah empat kali pemilu tapi publik masih mempercayai watak-watak satria yang tertanam di sosok TNI dan Polri," kata Wahyudi dalam diskusi di Kantor KontraS, Jakarta Pusat, Selasa (9/1).
Wahyudi juga mengatakan, jalan pintas yang diambil Parpol dengan meminang perwira TNI dan Polri, salah satunya disumbang oleh faktor masyarakat Indonesia yang masih memuji lulusan TNI atau Polri sebagai pemimpin yang berkharisma.
-
Apa yang dilakukan TNI menjelang Pilkada? Pangdam mengatakan TNI tidak boleh terlibat baik secara langsung dengan mendukung salah satu pasangan calon pada pilkada, maupun juga menggunakan fasilitas TNI.
-
Siapa saja yang dipilih dalam Pilkada? Pilkada memilih beberapa posisi penting yang mencakup: 1. Gubernur dan Wakil Gubernur, 2. Bupati dan Wakil Bupati, 3. Wali Kota dan Wakil Wali Kota.
-
Bagaimana proses pemilihan Panglima TNI? 'Nama nanti akan disampaikan Ibu Ketua DPR ya. Calon tunggal sesuai amanah UU,' imbuhnya.
-
Siapa saja yang terlibat dalam Pilkada? Selain itu, Pilkada juga merupakan ujian bagi penyelenggara pemilu, partai politik, dan para calon kepala daerah dalam menjalankan proses demokrasi yang jujur dan adil.
-
Siapa yang terlibat dalam Pemilu? Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu mekanisme fundamental dalam sistem demokrasi yang memungkinkan warga negara untuk secara langsung atau tidak langsung memilih para pemimpin dan wakilnya.
-
Siapa yang berperan dalam Pemilu? Penyelenggaraan Pemilu harus dilakukan secara mandiri oleh lembaga penyelenggara, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
"Sebagian masyarakat masih menempatkan bahwa perwira militer dan Polri adalah satria yang layak menduduki jabatan-jabatan sipil," ujar dia.
"Periode 5 tahun ke depan adalah penentuan, apakah kita akan tetap melanjutkan proses demokratisasi atau memberi ruang besar lagi bagi TNI dan Polri," sambung dia.
koalisi masyarakat sipil diskusi maraknya anggota TNI dan Polri maju pilkada ©2018 Merdeka.com/SyifaPeneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Fadil Ramadhani juga mengatakan, ini bentuk kegagalan kaderisasi Partai Politik karena tidak menyiapkan kader yang miliki jiwa pemimpin.
"Kedua gagal melakukan pendidikan politik terhadap kader pun perwira yang mendaftar," ujar Fadil.
Sebelum Partai Politik yang mengusung para perwira, kata Fadil, terlebih dahulu memastikan jika para perwira benar-benar secara resmi mengundurkan diri dari institusinya.
Lanjutnya, kalau terlibat dalam politik praktis itu diharamkan untuk anggota TNI dan Polri. Perlu dilihat ulang oleh TNI dan polri bahwa anggota yang sudah menyatakan minat berpolitik harusnya mundur, letakkan senjata dan lepas seragamnya.
Ini diatur dalam Undang-Undang No.34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia dan Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisan Negara Republik Indonesia sangat jelas TNI dan Polri aktif tidak boleh berpolitik.
"Parpol pasti paham UU ini, jika ada perwira aktif yang daftar sudah seharusnya parpol memastikan dulu status mundurnya anggota. Tapi ini tidak, yang dilakukan justru menerima pendaftaran, sosialisasi, konsolidasi, membentuk simpul pendukung secara terbuka. Ini menunjukkan lemahnya pengawasan internal di TNI dan polri," katanya.
Diketahui tiga Pati dan satu Pamen yang ikut dalam Pilkada serentak 2018. Misalnya, Kepala Korps Brimob Irjen Pol Murad Ismail di Pilgub Maluku, Kapolda Kalimantan Timur Irjen Pol Safaruddin di Pilgub Kaltim, Wakalemdiklat Polri Irjen Pol Anton Charliyan di Pilgub Jawa Barat. Satu lagi, Kapolres Manggarai Polda NTT, AKBP Marselis Sarimin sebagai Calon Bupati Manggarai Timur, NTT.
Sementara di tubuh TNI, ada Letjen TNI Edy Rahmayadi yang maju sebagai calon gubernur Sumatera Utara. Satu lagi yakniBrigadir Jenderal Edy Natar yang maju sebagai calon wakil gubernur Riau.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Secara perorangan maupun kelompok ada yang bergabung dengan tiga kubu bakal capres. Dukungan purnawirawan TNI-Polri terbelah.
Baca SelengkapnyaTim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran ini dipimpin Rosan Roeslani.
Baca SelengkapnyaDudung juga menyinggung ada purnawirawan yang mendukung salah satu peserta Pemilu.
Baca SelengkapnyaPara jenderal ini ikut bersaing dengan nama-nama tersohor Tanah Air untuk memperebutkan kursi DPR
Baca SelengkapnyaApalagi keempat partai politik (parpol) ini merupakan korban kecurangan Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaMaruli mengatakan, setiap Purnawirawan baik dari TNI dan Polri punya hak untuk ikut dalam Pilkada.
Baca SelengkapnyaLima purnawirawan TNI memberikan dukungan kepada Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Mereka menilai, PSI adalah partai nasionalis sejati.
Baca SelengkapnyaMenurut Maruli, sejak awal pihaknya telah menegaskan semua jajaran untuk tetap netral selama kontestasi pemilu.
Baca SelengkapnyaEtika Jokowi sebagai presiden dipertanyakan PDI Perjuangan.
Baca SelengkapnyaMenurut Ganjar, para jenderal ini tidak satu kata antara pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Baca SelengkapnyaPDIP tidak hanya mengandalkan kekuatan kolektif semata
Baca SelengkapnyaMereka berharap jangan sampai kontestasi Pilpres 2024 membodohi masyarakat.
Baca Selengkapnya