4 Ramalan peta koalisi Pilpres 2014
Merdeka.com - Hasil quick count Pemilu 2014 menghasilkan peta persaingan pemilihan presiden yang sulit ditebak. Sejauh ini, tidak ada partai yang bisa langsung mencalonkan presiden tanpa berkoalisi.
Partai-partai menengah mendapatkan suara merata. Mereka semua akan menjadi barang seksi yang diperebutkan. Berikut ini peta ramalan koalisi pilpres 2014 dari para pengamat dan praktisi lembaga survei:
Hanya ada 3 capres
-
Bagaimana Partai Demokrat meraih suara? Partai Demokrat yang lahir sebelum Pemilu 2004 merupakan partai yang mampu menarik suara dengan mengandalkan popularitas seorang tokoh, yakni Susilo Bambang Yudhoyono.
-
Siapa yang terlibat dalam Pemilu? Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu mekanisme fundamental dalam sistem demokrasi yang memungkinkan warga negara untuk secara langsung atau tidak langsung memilih para pemimpin dan wakilnya.
-
Siapa yang menang Pilpres 2014? Hasil pilpres 2014 menunjukkan bahwa Joko Widodo dari PDIP memenangkan pemilu mengalahkan lawannya Prabowo Subianto.
-
Apa partai pemenang pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Bagaimana pengaruh caleg terhadap elektabilitas partai? 'Kemudian soal calegnya. Caleg kan sebagai vote gathers, seberapa kuat atau tidaknya ketokohan para caleg juga mempengaruhi dukungan terhadap partai,' tambah Hanggoro.
-
Apa itu koalisi di bidang politik? Penggunaan istilah 'koalisi' dalam bidang politik ini ternyata dapat merujuk pada sebuah strategi khusus guna meraih kedudukan dalam pemerintahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah 'koalisi' memiliki arti kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara dalam parlemen.
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, memprediksi akan ada tiga calon pasangan presiden pada 9 Juli 2014 mendatang. Menurut Denny, calon presiden dari PDIP, dan Partai Golkar akan maju pada Pilpres nanti. Sedangkan sisanya akan diperebutkan antara Prabowo, Wiranto, dan peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat nantinya."Capres nanti dari 2009, hanya ada tiga pasangan. Yang pertama dapat tiket pasti Jokowi dengan PDIP dan partai koalisinya, ARB dan Golkar dengan koalisinya, sisanya Prabowo, Wiranto, peserta konvensi Partai Demokrat, dan koalisi Partai Islam. Itu yang belum bisa dipastikan, siapa calon ketiga ini nantinya," kata Denny, kepada wartawan, Rabu (9/4).Menurut Denny, peluang terbesar capres ketiga nantinya adalah akan diisi oleh Prabowo Subianto sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Namun demikian, mantan danjen Kopassus tersebut memerlukan koalisi dengan partai lain untuk tembus 20 persen suara."Kans terbesar, saya rasa Prabowo yang akan maju di Pilpres nanti. Tetapi perlu dukungan minimal 20 persen suara, dia pasti berkoalisi dengan partai lain," jelasnya.Denny melanjutkan, tidak menutup kemungkinan jika kekuatan tiap calon presiden nantinya akan diusung oleh empat partai koalisi. Hal itu terlihat dari hasil prediksi perolehan suara di mana PDIP dan Golkar akan memimpin koalisi.
Ketat seperti Liga Inggris
Melihat perolehan suara quick count, PDIP menduduki posisi teratas diikuti Golkar serta Gerindra. Sementara Demokrat dan PKB saling bersusulan. Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi melihat tiga partai besar masing-masing PDIP, Golkar dan Gerindra pasti akan mengamankan raihan suara untuk mendapatkan tiket pencapresan. Masing-masing parpol belum di posisi aman karena raihan suaranya yang kurang dari batas suara pencapresan."Ini yang membuat peta persaingan capres-cawapres di 2014 serumit peta pertarungan sepakbola di klasemen Liga Primer Inggris," ujar Ari Junaedi kepada merdeka.com, Jakarta, Rabu (9/4).Pengajar Program Pascasarjana di Universitas Indonesia (UI) itu yakin bila PDIP akan tetap fight mencapreskan Jokowi karena sedikit banyak raihan suara PDIP di Pemilu 2014 melejit ketimbang 2009 karena faktor Jokowi.Sementara Golkar harus berkoalisi dengan parpol lain namun sosok ARB yang 'kurang laku' membuat parpol lain memilih aman dengan berkoalisi dengan PDIP atau Gerindra."Khusus untuk Gerindra, faktor Prabowo yang laris manis, membuat parpol lain juga tertarik merapat," kata Ari.Lebih jauh, Ari berpendapat, secara chemistry PDIP baiknya berkoalisi dengan partai papan tengah seperti PKB, Nasdem, dan PAN. Sedangkan Golkar mau tidak mau harus merevisi pencapresan Ical dan harus realistis berkoalisi dengan parpol lain yang tentu keberatan dengan sosok ARB.Teman Golkar yang pas untuk diajak koalisi, kata dia, tentu saja seperti Partai Demokrat. Sedangkan Partai Gerindra, harus merangkul partai-partai lainnya seperti PPP, PKS, Hanura, PBB dan PKPI."Saya justru melihat peran partai papan tengah akan sangat menentukan peta koalisi nanti. Raihan suara mereka yang cukup untuk menggenapi kekurangan raihan suara PDIP, Golkar dan Gerindra menjadi sangat seksi untuk diperebutkan," jelas Ari."Tetapi jangan dilupakan, walau tergolong mini dalam raihan suara namun dalam realitas politik permintaan mereka sangat "maksi". Posisi tawar mereka sangat sombong bahkan tergolong arogan. Sebaiknya partai besar macam PDIP belajar dari pengalaman pemilu lalu yang berkoalisi dengan Gerindra," tandasnya.
Peta koalisi rumit
Central Strategic and International Studies yang bekerjasama dengan Cyrus Network merilis hasil jajak pendapat exit poll pemilihan umum legislatif 2014. Dari hasil itu, mereka menyatakan dari hasil itu, didapat pertarungan partai politik ketat, dilihat dari selisih suara.Menurut peneliti CSIS, Philip J. Vermonte, tiga partai masih menguasai posisi tiga besar dalam exit poll. Mereka adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, dan Partai Gerindra."Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mendapat 19,26 persen, Partai Golkar 12,86, dan Partai Gerindra 10,26 persen," kata Philip dalam jumpa pers di Pakarti Centre, Jakarta, Rabu (9/4).Sementara itu, lanjut Philip, di lapis kedua ada enam partai bersaing ketat. Antara lain Partai Nasdem (4,64 persen), Partai Kebangkitan Bangsa (6,44 persen), Partai Keadilan Sejahtera (4,82 persen), Partai Demokrat (7,70 persen), Partai Amanat Nasional (4,43 persen), Partai Persatuan Pembangunan (4,28 persen), dan Partai Hanura (4,72 persen). Sementara di urutan buncit persaingan hanya diramaikan oleh Partai Bulan Bintang (0,77 persen) dan Partai Keadilan Persatuan Indonesia (0,44 persen).Philip mengatakan, jika kondisi itu terus terjadi, maka bisa dipastikan peta koalisi bakal lebih rumit dari perkiraan sebelumnya. Sebab, selisih suara di lapis pertama dan kedua sangat tipis."Selisih suara tiga partai teratas relatif tidak terlalu jauh. Maka dari itu, perolehan kursi di DPR akan menentukan arah baru koalisi berbeda dari yang selama ini diperkirakan," ujar Philips.
Ditentukan 4 Parpol
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan bila beberapa hasil penghitungan cepat atau 'quick count' tepat, maka di tangan empat parpol yakni PDIP, Golkar, Gerindra dan Demokrat, nasib Indonesia lima tahun ke depan ditentukan."Empat partai tersebut akan menjadi partai dengan perolehan di atas 10 persen," kata Hendri di Jakarta, Rabu.Dikatakannya, baik PDIP maupun Golkar sebagai calon kuat pemenang pemilu legislatif sudah seharusnya merapatkan barisan menyambut Pilpres Juli 2014 mendatang.Ia mengatakan, walaupun Gerindra berada di peringkat tiga atau empat, namun Prabowo sudah punya 'boarding pass' menuju kompetisi capres."Sebagai salah satu kandidat terkuat penantang Jokowi, koalisi Partai Gerindra pasti akan mengusung dirinya," katanya.Menurut Hendri, Demokrat bila ingin menjagokan capres konvensi pasti akan mengumumkan jagonya, namun posisi cawapres yang paling memungkinkan."Posisi Cawapres adalah paling realistis. Kemungkinan Demokrat akan memilih di antara Dahlan Iskan, Anies Baswedan, Gita Wirjawan atau Pramono Edhie Wibowo," kata Hendri.
(mdk/gib)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Ini de Javu gitu pengulangan pada 2014 ketika pak Jokowi dikeroyok oleh partai politik koalisi besar melawan koalisi kecil gitu,"
Baca SelengkapnyaTernyata, fenomena koalisi ‘gemuk’ di Pilkada Jakarta pernah terjadi pada 2007 lalu.
Baca SelengkapnyaKhusus Pileg 2024 di Sumatera Barat (Sumbar), ada 14 caleg yang lolos ke DPR RI.
Baca SelengkapnyaMenurut Demokrat, besarnya koalisi tidak menjamin kemenangan.
Baca SelengkapnyaDeretan nama caleg yang berhasil lolos parlemen untuk Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah didapat berdasarkan penghitungan lewat metode Sainte Lague.
Baca SelengkapnyaSebanyak 17 calon legislatif terpilih untuk DPR RI asal daerah pemilihan Sumatera Selatan
Baca SelengkapnyaMeutya optimis partainya dapat menduduki posisi Ketua DPR.
Baca SelengkapnyaSebuah pengalaman bagi PKS pada Pilpres 2024 untuk memenangan Anies Baswedan menjadi Presiden
Baca SelengkapnyaKeempat daerah itu adalah Kabupaten Musi Rawas, Empat Lawang, Ogan Ilir, dan Ogan Komering Ulu Timur.
Baca SelengkapnyaAda lima surat suara yang akan diterima pemilih saat mencoblos pada 14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaMetode konversi suara legislatif yang digunakan di Indonesia adalah Sainte Lague
Baca SelengkapnyaPDIP tidak masalah menghadapi koalisi besar di Pilpres.
Baca Selengkapnya