5 Alasan efek Jokowi tak berpengaruh di pemilu legislatif 2014
Merdeka.com - Pencapresan Jokowi sebelum pemilu legislatif diyakini dapat menaikkan perolehan suara PDIP . Namun prediksi ini meleset, karena hasil hitung cepat yang menyatakan bahwa PDIP tak mampu melewati 20 persen suara nasional.
Bahkan sebelum penghitungan suara dimulai, PDIP sesumbar dan optimis bakal tembus hingga 27 persen suara karena pencapresan Jokowi ini. Hal ini membuktikan bahwa efek Jokowi capres tidak mempengaruhi perolehan suara partai di parlemen.
Beragam spekulasi muncul tentang efek Jokowi yang tidak berpengaruh ini. Salah satunya soal serangan politik yang gencar dilakukan untuk menjatuhkan citra Jokowi .
-
Apa hasil Quick Count Pilkada DKI 2017? Hasil quick count Pilkada DKI 2017 putaran kedua menunjukkan bahwa pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memperoleh dukungan sebesar 58,5%, sedangkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, mendapatkan dukungan sebesar 41,5%.
-
Siapa yang merilis hasil Quick Count? Beberapa lembaga survei mulai melansir pergerakan Quick Count Pilpres 2024.
-
Bagaimana PDIP memenangkan pemilu? Kemenangan ini menunjukkan bahwa citra dan program kerja yang ditawarkan oleh PDIP dapat diterima oleh masyarakat luas.Hal ini juga menegaskan bahwa visi dan misi partai ini sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat Indonesia.
-
Mengapa quick count penting dalam Pemilu? Quick count dapat memberikan gambaran awal tentang hasil pemilu sebelum real count selesai. Hal ini dapat membantu masyarakat untuk mengetahui perkembangan politik dan mengantisipasi kemungkinan konflik atau kontroversi.
-
Siapa yang menang Pilpres 2014? Hasil pilpres 2014 menunjukkan bahwa Joko Widodo dari PDIP memenangkan pemilu mengalahkan lawannya Prabowo Subianto.
-
Hasil quick count Pilkada DKI 2017, siapa yang menang? Hasil quick count Pilkada DKI 2017 putaran kedua menunjukkan bahwa pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memperoleh dukungan sebesar 58,5%, sedangkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, mendapatkan dukungan sebesar 41,5%.
Namun, Ketua Bappilu PDIP Puan Maharani masih menunggu hasil akhir yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum ( KPU ). Dia belum mau mengatakan bahwa efek Jokowi gagal mendongkrak suara PDIP di legislatif.
"Saya masih menunggu hasil akhir dari KPU . Berapa total suara yang kami dapatkan dan akan kami evaluasi. Apakah kemudian ada efek pencapresan Jokowi atau tidak, kami akan amati terus dan kami ucapkan terima kasih yang sudah berjuang untuk PDIP dalam memberikan dukungannya. Kami tidak saling menyalahkan siapapun. Hasil yang kita dapatkan saat ini adalah hasil dari kerja keras kita semua," ujar Puan di Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (9/4).
Berikut 5 alasan efek Jokowi tak berpengaruh di Pemilu 2014 yang dirangkum oleh merdeka.com:
Kasus bus Transjakarta dan dianggap ingkar janji
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengatakan, Efek Jokowi ternyata tak bertahan lama mendongkrak suara PDIP. Menurut dia, perkembangan suara PDIP setelah Jokowi mendeklarasikan diri sebagai capres hanya berkisar 3 persen saja."Ini era Jokowi mengalami penggembosan. Dan terbukti untuk pertama kalinya suara Jokowi turun," kata Denny di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (9/4).Denny mengklaim penurunan elektabilitas Jokowi dimulai pada Maret 2014 saat Gubernur DKI Jakarta itu mendeklarasikan diri siap menjadi capres dari PDIP. Sejak itu, opini publik terhadap Jokowi berubah, sehingga menimbulkan kampanye negatif."Ada dua penyebabnya, Jokowi dinilai mengingkari janji dan ada videonya. Kedua kasus pengadaan busway. Jadi Efek Jokowi tidak besar. Efeknya menurun karena negatif campaign. Dan baru pertama kali suaranya (Jokowi) turun," ujar Denny.
Jokowi diserang lawan politik
Pengamat Politik UI Andrinof Chaniago menilai efek Jokowi yang tak mampu membawa PDIP menang besar karena banyaknya serangan politik ke gubernur DKI Jakarta itu. Karena itu dia melihat wajar jika efek Jokowi tidak berpengaruh di pemilu legislatif."Dari partai besar lainnya saya lihat serangannya terarah, tiga partai terutama yang punya televisi," ujar Andrinof saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (9/4).
Jokowi diberitakan yang jelek
Pengamat Politik UI Andrinof menilai, serangan Jokowi yang cenderung masif ini bahkan menginstruksikan secara khusus kepada media yang dimiliki elite politik untuk tidak memberitakan Jokowi. Jika pun diberitakan, kata dia, hanya persoalan yang jelek saja."Ada yang memblok sama sekali berita Jokowi, Kalaupun ada PDIP diberitakan yang jeleknya saja. Kita tunggu saja nanti hasil riset media televisi (soal pemberitaan Jokowi)," tegas dia.
PDIP jual Puan bukan Jokowi
Selain serangan dari luar, menurut Andrinof, di internal PDIP juga tidak kondusif untuk benar-benar mencapreskan Jokowi di Pilpres pada Juli nanti. Hal itu terlihat dari tokoh PDIP yang ditonjolkan di iklan televisi justru Megawati dan putri bungsunya Puan Maharani."Saya melihat ada persoalan di internal PDIP, apa itu? kekuatan Jokowi tidak digunakan terhadang dengan memunculkan iklan Mega dan Puan," ujar dia."Jadi kita bisa lihat dari situ, saya tidak tahu apakah skenario bersama, karena takut sulit mengajak PDIP berkoalisi, ini analisis saya. Potensi tetap 30 persen PDIP di pileg, itu jelas. Tetapi ini soal permainan dan kecanggihan politik," pungkasnya.
PDIP terlena sosok Jokowi
Peneliti CSIS Philips J. Vermonte memberikan analisa singkat terkait fenomena PDIP yang mengandalkan Jokowi untuk mendongkrak PDIP. Dia mengatakan, angan-angan partai berlambang banteng bermoncong putih itu bakal mendulang suara hingga 30 persen, dengan cara mendeklarasikan Jokowi sebagai bakal calon presiden tak terbukti mendongkrak perolehan suara.Dia menilai, petinggi PDIP terlena karena menganggap pemilih akan dengan sendirinya beralih ke PDIP hanya dengan menjual sosok Jokowi."PDIP sepertinya terlena dengan hanya mengandalkan sosok Jokowi untuk meraup suara. Tetapi ternyata partai lain berusaha lebih keras buat menjaga dan memperoleh suara," kata Philips dalam jumpa pers hari ini.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PSI hanya menarik 3 persen dari pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi.
Baca SelengkapnyaNamun, hal itu berbanding terbalik dengan suara PDI Perjuangan yang tinggi pada Pemilu 2024 ini
Baca SelengkapnyaHasil hitung cepat atau quick count menunjukkan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tidak mencapai ambang batas parlemen 4%.
Baca Selengkapnya80 persen pemilih puas atas kinerja Presiden Joko Widodo
Baca SelengkapnyaPadahal pada masa kampanye, PSI seperti telah diendorse oleh Jokowi.
Baca SelengkapnyaElektabilitas PDI Perjuangan memang masih di paling atas dengan angka 19,1 persen, tetapi terus alami penurunan dari survei sebelumnya.
Baca SelengkapnyaNama-nama Caleg Terancam Gagal Dapat Kursi DPR Meski Dapat Ratusan Ribu
Baca SelengkapnyaAdapun syarat suara partai politik untuk lolos ke DPR harus mencapai 4 persen.
Baca SelengkapnyaDari Oktober 2023, elektabilitas PDI Perjuangan mengalami penurunan dari 20,8 persen, lalu 19,7 persen dan 19,1 persen di Desember 2023
Baca SelengkapnyaCak Imin pun optimistis Ridwan Kamil dan Ahmad Luthfi akan menang, usai Jokowi menyatakan dukungan dan turun kampanye.
Baca Selengkapnyadeklarasi pasangan Anies-Cak Imin (AMIN) terkesan diputuskan terlalu cepat dan mendadak.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto dinilai mendapatkan ‘Jokowi Effect’ yang membuat elektabilitasnya kian tinggi jelang Pilpres 2024.
Baca Selengkapnya