5 Fakta cukong danai Pilpres Jokowi dan Prabowo versi ICW
Merdeka.com - Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis hasil kegiatan monitoring dan pemantauan Pilpres 2014 yang menyoroti masalah pengelolaan dana kampanye pilpres bagi masing-masing pasangan capres dan cawapres. ICW beranggapan, keberlangsungan proses demokrasi yang baik bisa dimulai dari penyelenggaraan pemilu yang transparan dan akuntabel dalam aspek pendanaannya.
ICW berhasil mengumpulkan data mengenai total dana kampanye kedua pasangan capres-cawapres pada pilpres 2014 lalu, di mana pendanaan kampanye pasangan Prabowo-Hatta mencapai total Rp 166,6 miliar, dan pasangan Jokowi-JK sekitar Rp 312 miliar.
Dalam temuannya, ICW mendapati sejumlah ketidakterbukaan sumber dana kampanye bagi masing-masing capres. ICW bahkan menjabarkan sejumlah data hasil temuan kajiannya, mengenai asal muasal sumber dana kampanye yang dimaksud tersebut.
-
Siapa yang menang Pilpres 2014? Hasil pilpres 2014 menunjukkan bahwa Joko Widodo dari PDIP memenangkan pemilu mengalahkan lawannya Prabowo Subianto.
-
Siapa yang ikut kampanye Prabowo? Pasangan capres-cawapres nomor 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka hari ini Sabtu 9 Desember 2023 berkampanye di sejumlah daerah.
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Apa kesepakatan Prabowo dengan KWI? 'Intinya semuanya adalah kesatuan dan di situ di bawah judul kesatuan itu ada sekian banyak hal, yaitu pemilu yang jujur, dikatakan oleh Bapak Prabowo sendiri, damai, adil, dan sebagainya,' kata Uskup Agung Jakarta Kardinal Suharyo dikutip Antara.
-
Apa yang diklaim Prabowo selama kampanye? Calon Presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto mengaku banyak mendapat nyinyiran dan ledekan bahwa hanya bisa menjual program-program Presiden Joko Widodo saat kampanye Pilpres 2024.
-
Apa yang dituduhkan ke Prabowo terkait Pilpres 2014? Prabowo terlibat dugaan korupsi dan penyuapan senilai USD 55,4 juta menurut isi pemberitaan tersebut dalam pembelian pesawat jet tempur Mirage bekas dengan pemerintah Qatar. Uang ini disebut yang dijadikan modal Prabowo dalam melenggang ke pilpres 2014.
Simak berita Prabowo Subianto selengkapnya di Liputan6.com
Berikut adalah lima fakta hasil temuan ICW mengenai kejanggalan sumber dan pengelolaan dana kampanye bagi masing-masing capres, pada pilpres 2014 yang lalu:
ICW temukan penyokong dana beridentitas fiktif
ICW menemukan data yang menunjukkan lebih dari 50 persen sumber dana kampanye kedua pasangan capres berasal dari pihak ketiga (perseorangan). Lalu berdasarkan 97 persen sampling dari kedua pasangan, ICW juga menemui sekitar 5,2 persen penyumbang dana fiktif yang tidak jelas identitasnya.Koordinator monitoring anggaran ICW, Firdaus Ilyas bahkan menyebut jumlah pihak yang dimaksud sebagai penyumbang fiktif bagi masing-masing capres-cawapres tersebut."Penyumbang dana kampanye yang fikif itu di antaranya adalah 2 pihak penyumbang bagi pasangan Prabowo-Hatta, dan 3 pihak penyumbang bagi pasangan Jokowi-JK," kata Firdaus dalam acara ICW di sebuah hotel di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (15/12).ICW menyesalkan hasil temuan ini, karena ternyata 2 kubu rival yang berkompetisi di dalam pilpres lalu tidak bisa memenuhi aspek transparansi dan akuntabilitas sumber dana kampanyenya masing-masing. Bahkan ICW berpendapat bahwa bisa saja ketidakterbukaan sumber aliran dana inilah salah satu penyebab bibit-bibit korupsi bagi pemerintahan yang terpilih, dan muncul di kemudian hari.ICW juga mengindikasikan bahwa para penyumbang dana beridentitas fiktif itu, merupakan pihak-pihak yang memiliki relasi dekat dengan pasangan kandidat.
Pendapatan belanja iklan kampanye yang janggal
Koordinator monitoring anggaran ICW, Firdaus Ilyas memaparkan hasil temuan sumber aliran dana kampanye pada pilpres 2014, dari masing-masing capres-cawapres. Menurutnya, pendapatan belanja iklan kampanye Prabowo-Hatta Rajasa tidak wajar, dan terdapat lebih banyak kejanggalan daripada sumber dana pasangan Jokowi-JK."Pendapatan belanja iklan pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta, dinilai tidak wajar dan berbeda dengan pasangan Jokowi-JK. Sejumlah temuan kami bahkan ada yang menunjukkan, bahwa identitas penyumbang dana kampanye bagi Prabowo-Hatta itu hampir semuanya berasal dari pihak yang berkantor di Midplaza 2," kata Firdaus di acara diskusi publik ICW, di sebuah hotel di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (15/12).Sementara untuk pasangan Jokowi-JK, ICW menemukan bahwa ada sumber dana belanja iklan kampanye yang janggal, di mana ada sekitar 72 penyumbang tidak melampirkan fotokopi KTP dan NPWP. Hal ini menjadi perhatian bagi ICW, karena jika ditelisik lebih jauh, jumlah sumbangan dari para penyumbang ini jelas berkorelasi dengan komitmen perpajakan dalam kaca mata negara.Bahkan, di antara sederetan nama penyumbang bagi kesuksesan kampanye Jokowi-JK, ada nama yang terkesan janggal yang ditemukan ICW, dengan nama donatur Nanang Supriyanto, yang tanpa kelengkapan data apapun tapi tercatat memberikan sumbangan sampai sebesar Rp 500 juta kepada pasangan Jokowi-JK.
Kejanggalan penyumbang dana kampanye dari perusahaan atau kelompok
ICW juga merilis data yang menunjukkan sederetan kejanggalan lainnya, berupa ketidaksesuaian antara penyumbang dan jumlah sumbangan. Hal ini diklasifikasikan oleh ICW dengan sejumlah modus, yang dibagi dalam kriteria; 1). Penyumbang Fiktif, 2). Ketidaksesuaian besaran sumbangan dan kemampuan ekonomi si penyumbang, 3). Penyumbang yang mengakui sumbangannya, 4). Penyumbang dengan bukti sumbangan, 5). Menyumbang sesuai nominal, 6). Menyumbang lebih dari sekali, dan 7). Penyumbang yang merupakan relasi bisnis dengan kandidat.Pasangan Prabowo-Hatta tercatat memiliki 2 data penyumbang fiktif, 2 data penyumbang yang ternyata tidak mempunyai kemampuan secara ekonomi, 3 data tanpa pengakuan dari si penyumbang, 1 data penyumbang tanpa bukti sumbangan, dan 9 data penyumbang yang merupakan relasi dekat dari Prabowo-Hatta.Sementara data dari pasangan Jokowi-JK, ICW mencatat 1 data penyumbang fiktif, 3 data penyumbang yang ternyata tidak mempunyai kemampuan secara ekonomi, 20 data tanpa pengakuan dari si penyumbang, 17 data penyumbang tanpa bukti sumbangan, 8 data sumbangan yang tak sesuai nominal, 8 data penyumbang yang menyumbang lebih dari sekali, dan 14 data penyumbang yang merupakan relasi dekat dengan Jokowi-JK.
Kejanggalan dana kampanye dan maksimum spot iklan
Selain aspek perolehan dana kampanye, ICW juga menelisik penggunaan dana-dana dari masing-masing tim sukses capres-cawapres tersebut. Dari situ, mereka bisa melihat aspek akuntabilitas dari masing-masing pihak yang menggunakan berbagai media terutama televisi, dalam menyiarkan ribuan janji dalam program-program kampanyenya.ICW menyebut pelanggaran dari pasangan Prabowo-Hatta, berupa batasan maksimum spot iklan, yang ditemui pada tanggal 24 Juni 2014. Pelanggaran itu dilakukan dengan menampilkan sebanyak 28 spot iklan, di salah satu tv swasta.Sementara untuk pasangan Jokowi-JK, pelanggaran akan batasan maksimum penayangan iklan kampanye, paling banyak terjadi pada tanggal 3 Juli 2014. Saat itu, 47 spot iklan ditayangkan oleh salah satu stasiun tv swasta, guna mendukung program kampanye Jokowi-JK.
Masing-masing capres diwarnai gratifikasi
ICW menemukan sejumlah data, yang menjelaskan bahwa penggunaan dana kampanye pasangan Prabowo-Hatta tidak realistis. Berdasarkan data dari KPU, ternyata Prabowo-Hatta mengaku hanya mengeluarkan dana sekitar Rp 90 miliar, sementara jumlah iklan televisi yang menayangkan kampanye mereka ditaksir lebih mahal dari jumlah tersebutICW mengindikasikan bahwa televisi yang berafiliasi dengan pasangan Prabowo-Hatta (VIVA Grup milik ARB, dan MNC grup milik HT), ternyata memberikan gratifikasi semacam harga khusus, yang menunjukkan dukungan mereka pada pasangan Prabowo-Hatta. Dari hal tersebut, ICW beranggapan bahwa laporan mengenai penggunaan dana kampanye oleh kubu Prabowo-Hatta, dinilai tidak realistis karena banyaknya ketidaktransparanan.Sementara itu, tim sukses dan kubu-kubu yang pro terhadap pasangan Jokowi-JK, diindikasi oleh ICW juga telah melakukan praktik gratifikasi, dari sebuah stasiun tv swasta (Metro tv) yang bos besarnya merupakan bagian dari kubu Jokowi-JK. Hal itu lah yang menyebabkan belanja iklan pada Metro tv, jauh lebih kecil dibandingkan dengan stasiun tv lain pada periode tersebut.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar-Mahfud menghabiskan dana paling besar selama Pilpres. Disusul Prabowo-Gibran dan Anies-Cak Imin.
Baca SelengkapnyaKomisi Pemilihan Umum (KPU) mengeluarkan laporan dana awal kampanye capres dan cawapres Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaINFOGRAFIS: Jokowi, Ganjar, dan Prabowo, Siapa Paling Besar Habiskan Dana Kampanye di Pilpres?
Baca SelengkapnyaPasangan calon nomor urut 02 sudah diketahui publik memiliki pendanaan cukup besar selama melakukan kampanye.
Baca SelengkapnyaKPU Jatim sudah membuat batas maksimal pengeluaran dana kampanye untuk Pilkada Jatim 2024 yakni sebesar Rp492.224.647.000.
Baca SelengkapnyaKPU telah mengatur batasan mengenai sumbangan dana kampanye di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaLantas, berapa kira-kira harta kekayaan para ketua umum partai tersebut?
Baca SelengkapnyaPDIP, Gerindra, PSI masuk dalam tiga besar partai kategori pengeluaran terbanyak selama Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaKPU Sumsel menetapkan jumlah dana kampanye para paslon tak lebih dari Rp226 miliar.
Baca SelengkapnyaPasangan capres AMIN saat ini masih fokus melakukan survei calon presiden di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaPelaksaan kampanye Pilkada Jakarta 2024 dimulai sejak 25 September dan bakal berakhir pada 23 November 2024.
Baca SelengkapnyaAkun Facebook Ganjar Pranowo tercatat telah memasang iklan di Meta sekitar Rp930 juta.
Baca Selengkapnya