5 Hal yang luput dibahas Jokowi dan Prabowo saat debat capres
Merdeka.com - Debat calon presiden dan wakil presiden yang digelar sebanyak lima kali oleh Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) berakhir Sabtu (5/7) lalu. Namun sayang, beberapa hal penting tak disinggung kedua pasangan capres cawapres dalam debat lima putaran tersebut.
Padahal lima hal vital tersebut sangat ditunggu oleh rakyat untuk mendengar pernyataan calon yang akan dipilihnya. Tetapi keduanya lebih sibuk menyerang kelemahan rivalnya, seperti yang terbaru soal Hatta Rajasa yang keliru Kalpataru dan Adipura.
Berikut lima hal yang luput dibahas Jokowi dan Prabowo dalam debat capres lima putaran:
-
Apa tema debat cawapres? Adapun tema debat kedua yang akan disampaikan cawapres meliputi ekonomi (ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital), keuangan, investasi, pajak, perdagangan, pengelolaan APBN-APBD, infrastruktur dan perkotaan.
-
Tema debat capres pertama? 1. Tema debat pertama (Capres)Pemerintahan, Hukum, HAM, Pemberantasan Korupsi, Penguatan Demokrasi, Peningkatan Layanan Publik dan Kerukunan Warga.
-
Apa yang dibahas Prabowo dan Jokowi? 'Koordinasi seperti biasa terkait pemerintahan,' kata Dahnil saat dikonfirmasi, Senin (8/7). Dia menjelaskan, koordinasi tugas tersebut mencakup Prabowo sebagai Menteri Pertahanan maupun sebagai Presiden terpilih 2024-2029. 'Baik tugas-tugas saat ini, beliau sebagai Menhan maupun tugas-tugas kepresidenan Pak Prabowo nanti,' jelas dia.
-
Apa tema debat capres? Debat kali ini hanya diperuntukkan bagi capres dengan tema pertahanan, keamanan, hubungan internasional dan geopolitik.
-
Kapan debat cawapres berlangsung? Diketahui, Jumat (22/12) malam ini akan menjadi panggung untuk debat cawapres.
Dua capres luput bahas isu BBM subsidi
Dalam debat calon presiden dan wakil presiden, Sabtu (5/7), kedua pasang kandidat luput menyinggung persoalan utama dalam ketahanan energi nasional. Debat penutup masa kampanye itu tidak dimanfaatkan oleh kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk menguraikan strategi masing-masing dalam mengatasi konsumsi BBM subsidi yang terus melonjak."Sayang tidak ada yang menyinggung mengenai penghematan energi, itu masih bisa dilakukan dengan memenuhi kebutuhan transportasi massal, misal bangun MRT meskipun butuh waktu 5 tahun. Terus, membatasi penggunaan di dalam kota," ujar Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Rofiky Dwi Putrohari kepada merdeka.com, Minggu (6/7).Dia menyebut kedua pasang kandidat memiliki visi-misi di sektor energi yang realistis. Namun, butuh waktu untuk menunaikannya.Semisal, pasangan Prabowo-Hatta mengusung ide mengembangkan energi terbarukan dari minyak nabati. Namun, menurut Rofiky butuh waktu sepuluh tahun untuk menyukseskan itu.Meskipun teknologi sudah tersedia, pengembangan minyak nabati masih terkendala harganya yang sangat mahal. Untuk itu, butuh insentif dari pemerintah."Memang eksplorasi itu bener tapi butuh waktu 10 tahun paling tidak. Ya baru bisa dinikmati setelah 2020," ucapnya.Rofiky membenarkan bahwa produksi minyak nasional bisa meningkat pada tahun mendatang seiring ditemukannya lapangan baru. Namun, itu bukan berarti impor minyak bakal berkurang."Iya memang produksi akan naik dengan adanya sumber- sumber baru, tapi pasti kebutuhan juga meningkat. Ini tentunya tidak mengurangi impor," kata dia.Dia juga menyoroti ide milik pasangan Jokowi-JK yang bakal mengutamakan konversi minyak ke gas. Menurutnya, pengalihan itu membutuhkan waktu untuk pembangunan infrastruktur."Untuk gas itu dari sisi upstream plant mahal, seperti pengeboran untuk lapangan gas. Dan untuk downstream plant seperti transmisi dan distribusi tidak sampai triliunan tapi ratusan miliar saja," katanya.
Dua capres tak sentuh isu utama di pertanian
Pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla dinilai tidak menyentuh persoalan fundamental di sektor pangan dan pertanian. Padahal, kedua pasangan tersebut sama-sama berambisi mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.Pengamat Pertanian Khudori melihat perdebatan semalam hanya seputar persoalan cetak sawah, impor sapi, dan pembangunan irigasi."Debat semalam enggak jelas, tidak menggambarkan program-programnya seperti apa. Padahal banyak aspek fundamental pangan dan pertanian tidak tersentuh. Bahkan, saya juga baca di visi misi mereka juga tidak dibahas sama sekali," ujar Khudori di Jakarta, Minggu (6/7).Aspek fundamental yang dimaksud Khudori adalah terkait kontrol petani terhadap berbagai sumber daya. Diantaranya, lahan, air, benih, teknologi, pupuk, dan pasar. "Semalam tidak ada yang membahas itu," ucapnya.Selain itu, cara melindungi petani dari musibah bencana, anomali iklim yang menyebabkan kemelaratan pun tidak terbahas. Padahal, undang-undang perlindungan dan pemberdayaan petani yang terbit pada 2013 sudah mengamanatkan untuk membentuk asuransi pertanian. Dan beleid itu memerintahkan pemerintah untuk memfasilitasinya"Kemarin itu, ada satu pertanyaan dari moderator yang bagus yakni bagaimana cara melindungi petani dari liberalisasi pasar, tapi keduanya justru tidak bisa menjawab," jelasnya.Secara khusus, Khudori mengkritik misi kedua pasang kandidat yang ingin mencetak sawah baru. Prabowo-Hatta berjanji cetak dua juta hektar sawah baru, Jokowi-JK satu juta hektar sawah."Tapi masalahnya, percetakan lahan baru itu untuk siapa kan tidak clear. Apa untuk petani atau untuk investor baru atau jangan-jangan malah untuk asing. Kalau ternyata bukan untuk petani ya sama saja itu menjadikan petani sebagai buruh," ujar Khudori.
Jokowi dan Prabowo tidak lirik telekomunikasi
Banyak hal yang diungkapkan, dipublikasikan atau juga diperdebatkan dalam acara Debat Capres atau Debat Cawapres mulai dari yang edisi pertama sampai yang terakhir, Sabtu (05/07), kemarin.Mulai dari pemberdayaan sumber daya alam, ketahanan nasional, iptek sampai dengan hal-hal lain yang berkaitan dengan dalam negeri. Namun ada satu hal yang tidak dilirik oleh baik capres ataupun cawapres dalam acara debat itu, yaitu masalah telekomunikasi.Ketua Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel) Mas Wigrantoro Roes Setiyadi menyesalkan tidak satu pun dari pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang membahas sektor telekomunikasi baik saat kampanye atau juga pada saat acara debat berlangsung."Kedua capres sama sekali tidak menyinggung soal telekomunikasi, mungkin bagi mereka ini tidak penting. Sepertinya mereka tidak ada ketertarikan sama sekali," kata Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, seperti dikutip dari Antara (05/07).
Jokowi dan Prabowo hindari debat soal pajak
Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Fuad Rahmany merasa debat calon presiden digelar Komisi Pemilihan Umum akhir pekan lalu tidak menyinggung beberapa persoalan krusial di bidang perekonomian.Baik Prabowo Subianto maupun Joko Widodo banyak membahas belanja negara, tapi tak menyinggung sedikitpun sektor penerimaan negara yang 75 persen berasal dari uang pajak."Harusnya itu menjadi topik pembicaraan, tapi dalam tanya jawab juga tidak ada, tidak ada yang bertanya," ujarnya di Kantor Pusat Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (17/6).Program-program kedua capres, kata Fuad, sebetulnya cukup baik. Masing-masing punya rencana membangun infrastruktur, mengurangi pengangguran, serta meningkatkan sumber daya manusia melalui jaminan sosial.Masalahnya, Prabowo dan Jokowi tidak menjelaskan dari mana sumber dana mereka menjalankan semua janji kampanye tersebut, seandainya nanti terpilih."Kalau enggak ada uang pajak ya gimana," kata Fuad.
Prabowo dan Jokowi kurang peduli soal kesehatan
Pasangan capres dan cawapres diharapkan lebih banyak menyinggung soal program dasar masyarakat, terutama kesehatan. Kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla dianggap belum banyak memaparkan visi terkait pendanaan dan perluasan fungsi Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) yang sudah beroperasi sejak awal 2014.Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Hasbullah Thabran mendesak pasangan capres dan cawapres harus lebih memperhatikan masalah kesehatan. Karena isu itu pilar penting bagi kesejahteraan masyarakat."Visi misi kedua capres dan cawapres belum begitu banyak menyinggung masalah kesehatan. Selain minim juga tidak ada inovasi baru yang disampaikan," ujarnya dalam diskusi di Jakarta, Minggu (15/6), seperti dikutip dari Antara.Saat ini, pasangan Jokowi-JK yang banyak menyinggung program perlindungan kesehatan masyarakat. Calon disokong Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu bahkan ingin membuat tandingan BPJS, disebut Kartu Indonesia Sehat (KIS). Itu perluasan dari program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang sudah diimplementasikan Jokowi sejak menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2012.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar Pranowo dinilai lebih siap saat debat kedua capres.
Baca SelengkapnyaSejumlah catatan muncul setelah debat pertama capres yang berlangsung pada Selasa (12/12).
Baca SelengkapnyaJokowi mengingatkan tidak semua data keamanan negara bisa dibuka sembarangan.
Baca SelengkapnyaJokowi nilai debat capres ketiga justru serang pribadi tak bahas substansi
Baca SelengkapnyaMahfud Md tak sepakat dengan pernyataan Presiden Jokowi tentang debat capres berisi serangan personal.
Baca SelengkapnyaCapres nomor urut 2, Prabowo Subianto mendapat gempuran bertubi-tubi dari dua capres lainnya yakni Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo di Debat Capres ketiga..
Baca Selengkapnya"Narasi yang disampaikan oleh paslon yang lain menurut saya mereka datanya banyak yang salah, keliru," tutur Prabowo.
Baca SelengkapnyaDebat merupakan sarana capres-cawapres mempertahankan visi-misi dan program dari pertanyaan dan kritik yang muncul dari lawan debat.
Baca SelengkapnyaSebagai mantan Menteri Pertahanan, Mahfud mengetahui apa apa saja yang menjadi rahasia dan tidak.
Baca SelengkapnyaGanjar menegaskan, bahwa dirinya dan Mahfud MD siap mengikuti debat yang diselenggarakan oleh KPU dengan format dan komposisi apapun.
Baca SelengkapnyaPrabowo merasa disudutkan karena tidak memiliki banyak waktu untuk membuka data sebenarnya
Baca SelengkapnyaDebat capres ketiga tersebut mengusung tema Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik.
Baca Selengkapnya