5 Orang ini sebut GBHN zaman Soeharto layak dihidupkan
Merdeka.com - Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) adalah haluan negara tentang penyelenggaraan negara dalam garis-garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu. GBHN ditetapkan oleh MPR untuk jangka waktu 5 tahun.
GBHN merupakan paduan pada era Presiden Soeharto , namun dengan adanya Amandemen UUD 1945 di mana terjadi perubahan peran MPR dan presiden, GBHN tidak berlaku lagi. Sebagai gantinya, UU No. 25/2004 mengatur tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menyatakan bahwa penjabaran dari tujuan dibentuknya Republik Indonesia seperti dimuat dalam Pembukaan UUD 1945, dituangkan dalam bentuk RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang).
Skala waktu RPJP adalah 20 tahun, yang kemudian dijabarkan dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), yaitu perencanaan dengan skala waktu 5 tahun, yang memuat visi, misi dan program pembangunan dari presiden terpilih, dengan berpedoman pada RPJP. Di tingkat daerah, Pemda harus menyusun sendiri RPJP dan RPJM Daerah, dengan merujuk kepada RPJP Nasional.
-
Bagaimana cara Mr. Soepomo menyusun rumusan dasar negara nya? Mr. Soepomo mengajukan konsep dasar negara pada 31 Mei 1945. Ia menekankan pentingnya integrasi nasional, dengan konsep negara yang bersifat organik atau integralistik, di mana seluruh elemen masyarakat bekerja bersama untuk kepentingan negara.
-
Apa yang ada di dalam contoh RPP? RPP umumnya berisi tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode pengajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian.
-
Bagaimana membuat RPP yang baik? Contoh buat RPP yang baik dan benar wajib diketahui dan dipahami oleh para pendidik atau guru.
-
Kenapa RPP dibutuhkan? RPP digunakan sebagai alat bantu bagi guru untuk merinci rencana pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode pengajaran, strategi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, serta penilaian yang akan dilakukan selama periode tertentu, biasanya satu atau beberapa pertemuan.
-
Bagaimana DPR memastikan target RPJMN tercapai? Hal ini tentu berimplikasi pada intervensi yang perlu dilakukan, terutama indikator mana saja yang perlu extra effort untuk mencapainya,' kata Puteri.
-
Kenapa penting membentuk KPPS? KPPS dibentuk oleh PPS untuk menyelenggarakan pemungutan dan perhitungan suara.
Berikut lima orang yang setuju GBHN zaman Soeharto dihidupkan kembali:
BJ Habibie
Mantan Presiden Baharuddin Jusuf (BJ) Habibie menginginkan penerapan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dapat dihidupkan kembali sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. GBHN pernah diterapkan dalam era pemerintahan Presiden Soeharto."Saya meminta agar Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang pernah diterapkan pada era pemerintahan Presiden Soeharto agar dihidupkan kembali," kata BJ Habibie dalam siaran pers yang diterima merdeka.com, Minggu (26/1).
Politikus Gerindra Martin Hutabarat
Pra era reformasi bergulir, setiap bangsa Indonesia pasti diingatkan dengan yang namanya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai panduan arahan kebijakan berjalannya sebuah negara bernama Indonesia. Namun, pasca reformasi, GBHN seperti tenggelam sama 'nasib'nya dengan Pancasila yang seperti terlupakan.Menurut Ketua Fraksi Gerindra MPR RI Martin Hutabarat, masalah bangsa ini salah satu yang terbesar memang tidak adanya panduan ke arah mana bangsa ini akan bertuju. Tidak ada haluan baku untuk memandu berjalannya negara ini secara konsisten sampai kepada cita-citanya."Miris, kita sudah menghilangkan GBHN dan hanya menggantinya dengan program calon Presiden dalam kampanye itulah yang dijalankan selama lima tahun jika Presiden terpilih. Sedangkan masa 'berlaku' jabatan Presiden hanya lima tahun saja. Faktanya yang dibutuhkan Indonesia adalah program pembangunan bangsa yang bisa berlaku panjang 25 tahun atau 30 tahun ke depan, bukan hanya sebatas lima tahun saja," ujarnya, dalam diskusi '4 Pilar Goes To Campus', di Auditorium Universitas Negeri Medan (Unimed), Medan, Sumatera Utara seperti dilansir Antara, Senin (4/3).
Ketua MPR Sidarto Danusubroto
Ketua MPR Sidarto Danusubroto menyarankan agar Garis Besar Haluan Negara (GBHN) kembali diberlakukan di Indonesia. Sebab, pasca-Reformasi, dia menilai, tidak ada evaluasi yang jelas atas hal yang telah dicapai oleh pemerintah."Dulu presiden selalu ada laporan pertanggungjawaban ke MPR, sekarang nggak ada. Padahal dari RT RW saja ada laporan pertanggungjawaban, masak yang menjalankan pemerintahan tidak ada pertanggungjawaban?" kata Sidarto usai menghadiri upacara HUT PDIP di sekretariat PDIP DI Yogyakarta, Jumat (10/01).Sidarto mengkritik pemerintah yang selalu berganti-ganti kebijakan tanpa ada satu tujuan yang jelas. "Begitu ganti pemerintahan, ganti arah lagi kita jadi tidak bisa melihat bagaimana 20 sampai 100 tahun ke depan bangsa ini," jelasnya.
Anggota DPD RI, GKR Hemas
Anggota DPD RI, GKR Hemas menyampaikan mengembalikan GBHN menjadi agenda prioritas yang perlu segara dilaksanakan. Sebab, dengan dihilangkannya GBHN, pemerintahan cenderung berjalan sesuai dengan selera partai yang berkuasa."Sepuluh tahun ini tidak tolak ukur keberhasilan pemerintah, tidak ada evaluasi sejauh mana pemerintah sudah melangkah untuk memajukan Indonesia," pungkas GKR Hemas saat menggelar konferensi pers di Kraton Kilen.Menurut istri Sultan HB X ini, DPD RI bekerja sama dengan MPR RI kini tengah menggodok rencana untuk mengembalikan GBHN sebagai pedoman berjalannya pemerintahan dalam jangka panjang."Semoga setelah tahun ini kita bisa kembali menerapkan GBHN," ujarnya.
Prof Dr Sofian Effendi
Penghapusan tugas Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam menentukan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dinilai sebagai kesalahan fatal. Jika kesalahan tersebut tidak segera dikoreksi, cita-cita bangsa menjadi ekonomi ketiga Asia diyakini hanya sebatas mimpi semata.Sejumlah pakar yang tergabung dalam Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS) mengusulkan agar GBHN dihidupkan kembali. Sebab, tanpa pedoman jangka panjang, pembangunan Indonesia sulit diharapkan dapat berkesinambungan.Ketua HIPIIS yang juga Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Dr Sofian Effendi meminta agar penghapusan GBHN dikoreksi kembali. Karena, dia menilai, GBHN mampu menjadi jalan keluar terhadap ancaman di masa yang akan datang."Jika tidak dikoreksi, Indonesia akan menghadapi ancaman yang sangat besar yakni masuk dalam jebakan negara pendapatan menengah," ujar dia seusai mengikuti Seminar dan Kongres ke-9 organisasi tersebut di Solo, Jawa Tengah, Rabu (23/10).
Baca juga:Detik-detik meninggalnya Pak Harto 6 tahun laluMalari, perlawanan terhebat pertama terhadap Orde BaruYayasan milik Soeharto jadi noda hitam pemberantasan korupsiDefisit neraca perdagangan terjadi sejak zaman SoehartoPara 'pangeran' titisan Orba yang masih perkasa (mdk/did)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menilai seharus gubernur dan wakil gubernur Jakarta dipilih oleh rakyat, usai tak menjadi ibu kota
Baca SelengkapnyaBamsoet mengatakan, Soeharto layak dipertimbangkan untuk mendapatkan gelar pahlawan karena beberapa hal
Baca SelengkapnyaCalon Presiden Ganjar Pranowo memberikan penilaian 5 dalam penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia era kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin.
Baca SelengkapnyaMenurut Bamsoet, ketiga bekas presiden itu layak mendapatkan penghargaan sesuai undang-undang.
Baca SelengkapnyaKeberhasilan pada era Presiden Soeharto, yang membuat Indonesia dijuluki ‘Macan Asia’ merupakan hasil dari perencanaan yang matang.
Baca SelengkapnyaRencana untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta tersebut urung terwujud di era Presiden Soekarno.
Baca SelengkapnyaGanjar menyebut jeblok dan memberikan rapor lima kepada Jokowi soal penegakan hukum dan HAM.
Baca SelengkapnyaAhok mengungkapkan peniadaan Pilgub merupakan wacana yang sudah lama ia ketahui.
Baca SelengkapnyaMantan Gubernur Jawa Timur ini punya tujuan hidup membuat orang lain tertawa.
Baca SelengkapnyaGanjar bercerita kerap dipanggil dan berdiskusi dengan Megawati Soekarnoputri.
Baca SelengkapnyaSoeharto, lanjut Moestar, telah sangat berjasa dalam pembangunan bangsa Indonesia.
Baca SelengkapnyaCalon presiden dan wakil presiden harus menyusun visi, misi, dan program prioritas dengan mengacu pada Rancangan Teknokratik RPJMN 2025-2029.
Baca Selengkapnya