Akbar Tandjung ragu Akom mampu jadi Ketum Golkar sekaligus ketua DPR
Merdeka.com - Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung meragukan ketua umum Golkar berikutnya bisa bekerja maksimal jika rangkap jabatan. Sebab, tugas Golkar ke depan dianggap lebih berat karena Pemilu yang digelar serentak antara legislatif dan presiden.
Secara khusus, Akbar bahkan telah bertemu langsung dengan Ketua DPR Ade Komarudin untuk membahas hal ini. Ade ikut mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum Partai Golkar di Munaslub yang akan digelar 15 - 17 Mei mendatang di Nusa Dua, Bali.
"Saya pernah bicara dengan Ade terkait hal ini, apakah dia bisa sukses melaksanan misi sebagai ketua umum yang adalah jabatan strategis dan pada saat yang sama dia memenang jabatan strategis lainnya sebagai ketua DPR? Publik juga berharap supaya Ade bisa fokus menjadi ketua DPR karena kemerosotan DPR saat ini. Ini tugas yang berat dan apakah mungkin bisa berhasil dan sukses? Dia bilang bisa dan akan turun ke daerah pada setiap Sabtu dan Minggu seperti saya dulu," ujar Akbar ketika dihubungi, Senin (9/5).
-
Siapa Ketua Umum Partai Golkar? Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto bersilaturahmi dengan pimpinan ormas Hasta Karya atau pendiri, ormas yang didirikan, dan organisasi sayap partai berlambang pohon beringin, Minggu (6/8/2023).
-
Siapa ketua umum Partai Golkar saat ini? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Siapa yang memimpin Golkar? Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendampingi Presiden Joko Widodo yang memimpin jalannya KTT di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Rabu (6/9).
-
Siapa yang akan menjadi pemimpin Golkar di masa depan? Selanjutnya Menko Airlangga mengatakan bahwa calon ASN yang direkrut tentu bisa mengisi posisi kunci sebagai future leaders dan memegang jabatan kritikal yang akan menjalankan birokrasi berkelas dunia dalam Visi Indonesia Maju 2045.
-
Kapan Golkar akan bergerak? “Saya instruksikan kepada seluruh partai Golkar di Indonesia. Sekarang sedang disusun berdasarkan nomor urut dan pemilu sudah system terbuka, sehingga dengan demikian sudah waktunya sekarang untuk langsung bergerak, konsolidasi di akar rumput, rebut hati rakyat,“ katanya.
Menurut Akbar, situasi dan kondisi saat ini berbeda dengan saat dirinya menjadi ketua umum Golkar sekaligus ketua DPR. Dia menjelaskan, awalnya menjadi ketum Golkar baru menjadi ketua DPR dipilih oleh DPR melalui voting. Saat itu, bahkan PDIP pun karena kedekatan dan juga melihat pengalaman Akbar dalam mempertahankan Golkar ikut mendukugnya.
"Dulu saya sudah mampu melewati situasi yang amat berat, amat kritis dan menentukan keberlangsung hidup Golkar. Saat itu Golkar dihina, diminta dibubarkan dan terancam tidak bisa ikut pemilu. Kami mampu bertahan dan partai lolos dalam pemilu dan bahkan mendapatkan suara nomer dua terbanyak, PDIP dapat 150 kursi dan kami 120. Ini di luar dugaan banyak orang dan bahkan banyak pengamat yang ektrem. Mereka mengatakan suara Golkar tidak akan mencapai 5 persen dan kami berhasil meraih lebih dari 20 persen. Situasi ini sekarang berbeda," tambahnya.
Proses pemilihan pimpinan DPR setelah pemilu pun berbeda dengan saat ini. Semua pimpinan DPR dan MPR dipilih secara langsung oleh anggota.
"Saat itu mayoritas fraksi maunya aklamasi memilih saya. Tapi saya ingat Almarhum Hartono Mardjono dari PBB mengatakan untuk tidak lagi menggunakan cara-cara orba dengan pemilihan model aklmasi. Dia bilang bukan tidak suka saya, dia pun akan memilih saya, tapi prosesnya jangan seperti itu. Rapat membahas itu pun berjalan sampai larut malam dan saya akhirnya menerima proses agar dipilih melalui voting. Saya pun menjadi ketua DPR karena mayoritas suara memilih saya," jelasnya.
Ihwal beberapa waktu lalu beredar surat perjanjian Ade Komarudin tak akan maju lagi jadi calon ketum saat dipilih menjadi Ketua DPR, Akbar tak mau ikut berpolemik. Akbar mempersilakan dewan etik di Munaslub untuk melakukan tugasnya.
"Ade kan mengatakan dia tetap akan maju karena dirinya mengaku dia tidak tahu dan tidak membaca isi surat perjanjian itu. Dia mengaku bahwa dirinya berjanji untuk tidak menginisasi Munaslub. Tapi kan kalau dia membaca di situ jelas tertulis bahwa perjanjian itu bukan masalah persiapan munas, tapi masalah pemilihan ketua umum baru," tegasnya.
Ketika ditanya soal jagonya di Munaslub nanti, Akbar juga tak menjawab secara tegas. Dia hanya berharap, Golkar ke depan dipimpin oleh orang berasal dari Jawa.
"Sudah saatnya Partai Golkar kembali dipimpin oleh orang Jawa," tutur dia.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Internal Golkar kembali panas jelang Munas pemilihan ketua umum
Baca Selengkapnya"Kita punya kuda hitam baru, Pak Erwin Aksa kemarin nyaleg di Jakarta Barat dan Jakarta Utara banyak suaranya. Itulah nanti kita lihat," kata Sekjen Golkar
Baca SelengkapnyaPunya banyak 'kursi', Golkar menginginkan mitra koalisi yang setara.
Baca SelengkapnyaJK sebut Golkar telat dalam menentukan arah koalisi pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Baca SelengkapnyaGolkar dan Partai Gerindra sudah memberikan tiket untuk Ridwan Kamil berlaga di Pilkada Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaMaman menegaskan Partai Golkar solid mendukung Airlangga Hartarto kembali memimpin Partai Golkar.
Baca SelengkapnyaAgung Laksono menyindir sejumlah pengurus Partai Golkar yang merangkap jabatan.
Baca SelengkapnyaDukungan akan diberikan apabila hasil survei Raffi Ahmad meraih suara tinggi.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil sudah bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto membahas peluang menjadi Cawapres Ganjar.
Baca SelengkapnyaIsu Jokowi masuk dalam bursa ketua umum Partai Golkar semakin kencang. Jokowi akhirnya merespons isu tersebut.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil tetap menjadi prioritas karena peluang menangnya dianggap Golkar sangat besar dibandingkan maju di DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaKetua DPD Ace Hasan Syadzily menginginkan agar Ridwan Kamil maju Pilkada Jabar.
Baca Selengkapnya