Alasan Megawati Ogah PDIP Buru-Buru Bangun Poros Pilpres
Merdeka.com - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkap pengalaman Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam membangun kerjasama politik Pemilu 2024 pada pemilu sebelumnya. Hasto mengatakan, ada empat perspektif Megawati dalam membangun poros.
"Di dalam pengalaman pemilu-pemilu sebelumnya melihat bu Megawati perspektifnya jelas perspektif ideologis, perspektif historis, perspektif kerakyatan, perspektif masa depan Indonesia Raya," ujar Hasto di sela Rakernas II PDI Perjuangan di Sekolah Partai, Kamis (23/6).
Melalui perspektif itu, Megawati membangun poros Pemilu tidak melalui manuver politik. Manuver PDIP, kata Hasto, merupakan manuver untuk Indonesia.
-
Kenapa PDIP melobi PKB untuk Pilkada Jakarta? 'Atas dasar fakta itu, kami berniat menjalin kerja sama politik dengan PKB. Waktu itu kan PDIP belum bisa mengajukan calon sendiri sebab Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 60 yang membolehkan kami mengajukan calon sendiri belum ada,' tambah dia.
-
Siapa yang memimpin konsolidasi PDIP di Bali? 'Hari ini Ibu Megawati akan memimpin langsung konsolidasi PDIP di Bali, di mana seluruh kader partai dihadirkan untuk mengompakkan suatu semangat juang dan kita lihat Bali ini militansinya sangat tinggi.'
-
Kenapa hubungan Jokowi dan PDIP merenggang? Diketahui, hubungan Jokowi dengan partai Pimpinan Megawati Soekarnoputri itu merenggang saat keduanya beda pilihan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
-
Mengapa PDIP siap menjadi oposisi? Sebab, dia menyebut PDIP sudah terbiasa bertahan dalam berbagai iklim dan dinamika politik Tanah Air.
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
"Dari empat hal itu bu Mega ini sosok pemimpin yang sebenarnya tidak banyak manuver-manuvernya. Manuvernya untuk Indonesia Raya itu yang dilakukan oleh bu Mega," kata Hasto.
PDIP Tak Merasa Ditinggal
PDIP tidak terburu-buru melakukan safari politik untuk membangun kerjasama. PDIP tidak merasa ditinggal meski partai-partai lain sudah bergerak membangun koalisi.
Hasto menuturkan, akan ada saatnya komunikasi intens dilakukan untuk mengusung pasangan calon presiden.
"Akan tiba saatnya komunikasi intens kerja sama politik dalam kaitan untuk mengusung paslon itu dilakukan melalui pendekatan yang jauh lebih intens disertai pembahasan agenda strategis bagi kemajuan negara besar seperti Indonesia," tegas Hasto.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Djarot memastikan komunikasi antara Partai Demokrat dengan PDIP tetap terjalin
Baca SelengkapnyaPDIP telah berkomunikasi sebelum Demokrat merapat ke koalisi Prabowo
Baca SelengkapnyaMenanggapi hal itu, Ketua DPP PDIP, Said Abdullah, menegaskan partainya tidak haus dengan kekuasaan.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDIP, MH Said Abdullah, mengatakan pertemuan Megawati dengan Prabowo masih menunggu momen yang tepat.
Baca SelengkapnyaPDIP menilai masyarakat akan menguji gagasan bukan seberapa banyak partai gabung koalisi
Baca SelengkapnyaDia menyebut, penyusunan kabinet merupakan hak prerogatif Prabowo sebagai presiden.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto mengaku tak mengerti siapa yang ditinggal atau meninggalkan PDIP.
Baca SelengkapnyaEriko menegaskan PDIP tidak mengenal terminologi koalisi dan oposisi dalam konteks ketatanegaraan.
Baca SelengkapnyaPDIP sampai hari ini masih terus membuka pintu bagi partai manapun termasuk Golkar untuk berkoalisi.
Baca SelengkapnyaHasto Kristiyanto memastikan PDIP membuka peluang bekerja sama dengan partai lain
Baca SelengkapnyaMegawati memiliki hak prerogatif untuk menentukan arah politik PDIP ke depan.
Baca SelengkapnyaPDIP menjadikan energi kekecewaan itu menjadi semangat untuk memenangkan Ganjar-Mahfud.
Baca Selengkapnya