Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ambang Batas Presiden Hanya Membuat Partai Bangun Koalisi Pastikan Menang

Ambang Batas Presiden Hanya Membuat Partai Bangun Koalisi Pastikan Menang Ilustrasi Pemilu. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Pakar Hukum Tata Negara Feri Amsari menegaskan bahwa ketentuan terkait ambang batas presiden alias presidential threshold tidak ada dalam UUD 1945. Hal inilah yang seharusnya menjadi titik tolak ketika membicarakan ambang batas.

"Dari sudut konstitusi pasal 6a ayat 2 UUD tidak ada persentase. Seluruh partai menurut UUD dapat atau gabungan partai politik dapat mengajukan calon presiden dan calon wakil presidennya. Jadi pasal-pasal itu tiba-tiba muncul di dalam UU Pemilu," tegasnya, ketika dihubungi merdeka.com, Senin (8/6).

Ambang batas presiden, kata dia, menimbulkan problem bagi masyarakat. Sebab tidak memberikan alternatif pilihan kepada masyarakat. Hal inilah yang terjadi dalam dua pemilu terakhir.

Orang lain juga bertanya?

"Karena partai akan membangun Koalisi besar untuk memastikan kemenangan" ungkap dia.

Masih dari kasus dua pemilu terakhir, hadirnya dua paslon saja mengakibatkan keterbelahan dalam masyarakat menjadi sangat nyata dalam dua kelompok. Hal itu terjadi hingga ke tataran akar rumput.

"Kalau dibaca dua pemilu belakangan kita kehilangan pilihan-pilihan alternatif akibatnya dengan munculnya dua friksi yang muncul itu, pecah sampai ke bawah. Jadi sebenarnya kalau kemudian partai-partai mematuhi UUD sistem pemilu kita tertolong, publik kita tertolong, partai juga tertolong," ujar dia.

Partai politik bakal tertolong karena diberikan kesempatan untuk memunculkan calon alternatif bagi masyarakat. Selebihnya tinggal membangun upaya untuk meyakinkan masyarakat untuk memilih calon yang diusung partai.

"Partai bisa saja membangun relasi atau bangunan lain, alternatif lain antara pemilih dan partainya. Kalau timbul pilihan alternatif yang lebih cerdas, lebih bisa mendekatkan hati masyarakat ke calon mereka siapa tahu presiden mereka terpilih," ujar dia.

Dia pun membantah adanya pandangan yang menyatakan jika ambang batas presiden tidak diatur, maka akan muncul banyak paslon yang akan bertarung di pilpres. "Nggak juga. Partai-partai kan tidak bodoh. Mereka kan cari calon yang bisa menang. Bukan hanya sekedar bertarung. tidak mungkin juga akan lebih dari empat," terang Feri.

parliamentary Threshold

Sementara untuk ambang batas parlemen atau parliamentary threshold, menurut dia, sebaiknya tetap 4 persen. Lagipula penyederhanaan jumlah partai yang masuk ke parlemen terus terjadi hingga sekarang hanya menyisakan 9 partai.

"Kalau kemudian preferensi publik melihat partai lebih konsisten maka dia akan dengan sendirinya partai-partai yang tidak konsisten membela pilihan publik akan tersingkir di parlemen."

Menaikkan ambang batas parlemen sama dengan 'memenggal' relasi antara partai dengan pemilihnya. Sebab, tidak tertutup kemungkinan bahwa partai yang ada saat ini tidak muncul lagi di parlemen pada 2024 nanti.

"Jadi misalnya 7 persen di parliamentary threshold. Tiba-tiba langsung itu partai hilang namanya di parlemen di 2024 dan itu tidak bagus. Mestinya pemilih yang menentukan mereka duduk atau tidak di parlemen," ujar dia.

"(ambang batas parlemen) 4 persen juga sudah tinggi kok. Sulit capai itu. Kalau ditingkatkan lagi beberapa partai menengah bisa hancur," imbuh dia.

Dia pun sepakat, ambang batas presiden maupun ambang batas parlemen merupakan strategi yang dipakai oleh partai-partai besar untuk menyisihkan pesaingnya. "Memang itu tujuannya. untuk tidak menimbulkan alternatif, artinya partai-partai pesaing. Itu semestinya tidak boleh terjadi di ranah demokrasi karena siapapun berhak."

Jika menilik praktik di negara demokratis lain, lanjut dia, jika di negara tersebut dengan jumlah partainya sedikit, maka hal tersebut tidak berarti negara itu tidak memiliki banyak partai. "Banyak partai tapi yang mampu bersaing di parlemen sedikit. Karena pemilih yang menentukannya. Bukan sebaliknya kita memenggal paksa partai-partai itu," urai dia.

"Amerika itu banyak partainya tidak hanya Republik dan Demokrat saja. Ada partai Hijau, ada Konservatif, ada partai Sosialis. Bukan hanya jumlah partai. Bahkan jumlah calon presiden di negeri paman Sam itu pun juga banyak. Hanya saja memang tidak semua berhasil maju dalam pertarungan.

"Calon presiden itu saja banyak di Amerika. Dulu zaman Obama, calon presiden 10. Cuma tidak mengemuka, karena yang lain itu tidak mungkin menang, tapi tidak dilarang maju. Calon presiden independen saja ada. Jadi kalau belajar dari sistem presidensial yang baik sebenarnya malah membuka ruang untuk orang calon (mencalonkan diri sebagai presiden)," tandas dia.

(mdk/eko)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kotak Kosong Menang di Dua Daerah Pilkada, Ini Perolehan Suaranya Versi Real Count Sementara
Kotak Kosong Menang di Dua Daerah Pilkada, Ini Perolehan Suaranya Versi Real Count Sementara

Kotak kosong menang melawan calon tunggal terjadi di dua daerah, yakni Pilkada Pangkalpinang dan Bangka.

Baca Selengkapnya
Beratnya Jadi Partai Oposisi di Indonesia
Beratnya Jadi Partai Oposisi di Indonesia

Alih-alih didukung rakyat, suaranya malah turun di Pemilu.

Baca Selengkapnya
Begini Putusan Baru MK soal Pilkada, Syarat Calon Kepala Daerah
Begini Putusan Baru MK soal Pilkada, Syarat Calon Kepala Daerah

Putusan ini menjadi polemik karena dibacakan beberapa hari jelang pendaftaran calon kepala daereah 27 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya
Ini Penyebab Banyaknya Calon Tunggal di Pilkada Serentak 2024
Ini Penyebab Banyaknya Calon Tunggal di Pilkada Serentak 2024

Terdapat 41 daerah yang hanya memiliki satu pasangan calon kepala daerah atau calon tunggal pada Pilkada Serentak 2024 berdasarkan data per Rabu (4/9).

Baca Selengkapnya
Partai Gelora Dorong Keputusan MK soal Ambang Batas Parlemen Cepat Diterapkan
Partai Gelora Dorong Keputusan MK soal Ambang Batas Parlemen Cepat Diterapkan

Adanya treshold selama ini menyebabkan antara pilihan rakyat dan calon.

Baca Selengkapnya
Calon Parpol Tidak Sesuai Keinginan Publik, Kotak Kosong Diminta Dihadirkan di Pilkada
Calon Parpol Tidak Sesuai Keinginan Publik, Kotak Kosong Diminta Dihadirkan di Pilkada

Poses kandidasi yang telah terjadi dalam Pilkada 2024 dinilai sangat jauh dari prinsip-prinsip demokrasi.

Baca Selengkapnya
Golkar soal Putusan MK: Ubah Peta Politik dan Pencalonan Pilkada
Golkar soal Putusan MK: Ubah Peta Politik dan Pencalonan Pilkada

"Hampir di semua tempat provinsi, kabupaten kota akan bisa mengubah peta ya, peta politik pencalonan nanti," kata Waketum Golkar.

Baca Selengkapnya
Tito Sebut Pilkada Langsung Hambat Pembangunan, Ini Respons Demokrat
Tito Sebut Pilkada Langsung Hambat Pembangunan, Ini Respons Demokrat

Dengan pilkada langsung, Demokrat menilai masyarakat bisa memilih pemimpin yang dekat dengan rakyat

Baca Selengkapnya
PDIP Tegaskan Putusan Baleg Soal Syarat Pencalonan Kepala Daerah Bertentangan dengan Keputusan MK
PDIP Tegaskan Putusan Baleg Soal Syarat Pencalonan Kepala Daerah Bertentangan dengan Keputusan MK

Fraksi PDIP akan terus memperjuangan agar keputusan MK dapat diakomodir.

Baca Selengkapnya
Senyum Lebar Sekjen PDIP Hasto Saat Dengar MK Ubah Aturan Pilkada
Senyum Lebar Sekjen PDIP Hasto Saat Dengar MK Ubah Aturan Pilkada

Sekjen PDIP Hasto menyampaikan terima kasih kepada MK.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Deddy PDIP
VIDEO: Deddy PDIP "MK Dulu Dibajak Mahkamah Keluarga, Sekarang Kembali pada Kewarasan!"

MK menyatakan partai politik yang tidak mendapatkan kursi di DPRD bisa mencalonkan pasangan calon

Baca Selengkapnya
Partai Gelora Sebut Putusan MK Soal Syarat Usung Calon Kepala Daerah Tak Sesuai Permohonan Uji Materi
Partai Gelora Sebut Putusan MK Soal Syarat Usung Calon Kepala Daerah Tak Sesuai Permohonan Uji Materi

MK membuat norma pengaturan baru tentang syarat pencalonan berdasarkan jumlah penduduk dan prosentase suara sah partai.

Baca Selengkapnya