Analisa di balik gagalnya lobi PDIP usung Ridwan Kamil
Merdeka.com - Usai rapat di kediaman Ketum Megawati Soekarnoputri, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta, 5 Januari lalu, PDIP memutuskan untuk bergabung dengan koalisi pendukung Ridwan Kamil di Pilgub Jawa Barat. Namun hanya selang satu hari, Sabtu malam PDIP memutuskan mengalihkan dukungan kepada TB Hasanuddin dan Anton Charliyan.
Pengamat politik dari Universitas Padjajaran Bandung, Firman Manan menganalisa, gagalnya PDIP dan Ridwan Kamil bersatu karena keduanya memiliki kepentingan yang berbeda. Sehingga akhirnya tak bisa bersama bertarung di Pilgub Jabar.
Firman melihat bahwa Ridwan Kamil hanya menjadikan PDIP sebagai opsi kedua. Pria yang akrab disapa Emil itu diyakini akan maju lewat PDIP jika partai koalisinya yakni NasDem, Hanura, PPP dan PKB tak mencapai sepakat soal calon wakilnya.
-
Bagaimana cara PKB melawan Ridwan Kamil di Pilgub Jabar? PKB sudah lama berkomitmen mengambil poros yang berlawanan dengan Ridwan Kamil. Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PKB Syaiful Huda membeberkan bahwa partainya berkomitmen untuk selalu memilih poros yang berlawanan dari Ridwan Kamil.
-
Kenapa PKB ingin melawan Ridwan Kamil di Pilgub Jabar? 'Kita kan sudah lama sudah sampaikan begitu, kita akan bikin poros di luar Kang RK,' tegasnya lagi. Kemudian Huda menjelaskan bahwa Pilkada Jabar akan lebih baik bila diisi dengan 3 poros atau 3 pasangan calon dari kubu yang berbeda demi menawarkan pilihan yang variatif bagi masyarakat.
-
Mengapa Ridwan Kamil ditolak? Dikutip lewat akun X @MurtadhaOne1, disebut-sebut penolakan tersebut karena tidak ada izin yang disampaikan kepada warga setempat. Mereka merasa tidak dilibatkan dalam acara Gerakan Membangun (Gerbang) Betawi.
-
Siapa yang akan melawan Ridwan Kamil di Pilgub Jabar? Kami belum ada obrolan sama sekali menyangkut soal sosok Kang Ridwan Kamil gitu, tapi yang sudah ada obrolan malah di Jabar. Kalau Kang RK maju di Jabar kami akan bikin poros di luar Kang RK kan gitu,' tutur Huda.
-
Siapa yang mendukung Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta? Pasangan Ridwan Kamil dan Suswono menerima dukungan dari sopir angkutan umum di Jakarta Utara yang merupakan anggota Koperasi Wahana Kalpika (KWK).
-
Bagaimana PPP merespon opsi Ganjar-Ridwan Kamil? PPP merespons menguatnya opsi Ridwan Kamil sebagai cawapres pendamping capres yang mereka usung, Ganjar Pranowo. Partai berlambang Kakbah yakin nama yang muncul akan lebih dulu dimusyawarahkan dalam koalisi.
"Itu terjadi di saat Golkar keluar, Kang Emil sulit mencari cawagub, PPP ingin Uu Ruzhanul, tapi PKB tidak mau, nah PPP akan keluar jika tidak Uu. Kang Emil dalam posisi sulit, dia tidak bisa running, sehingga cari alternatif tentu yang paling realistis adalah PDIP, karena bisa maju sendiri," kata Firman saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (8/1).
Firman melihat, PDIP juga punya kepentingan untuk mengusung Ridwan Kamil. Sebab, di Jawa Barat, PDIP sudah berkali-kali kalah, di samping itu juga partai besutan Megawati Soekarnoputri ini tidak memiliki kader yang memiliki elektabilitas tinggi. Sayang, niatan PDIP usung Emil gagal karena partai koalisi sepakat dengan nama Uu Ruzhanul.
"Akhirnya di menit terakhir mencapai kesepakatan antara PPP, PKB, NasDem dan Hanura untuk mencawagubkan Pak Uu, selesai sudah, tidak ada lagi kepentingan untuk bergabung dengan PDIP karena sudah dapat pasangan calon. Koalisinya sudah memenuhi persyaratan," kata Firman.
Di samping itu, PDIP juga tidak mau hanya mendukung pasangan Emil-Uu tanpa memajukan kadernya sebagai cagub ataupun cawagub. Oleh sebab itu, Firman mengatakan, PDIP akhirnya maju sendiri tanpa rekan koalisi di Pilgub Jabar.
"Ini soal psikologis partai, marwah partai, PDIP masa bisa maju sendiri tapi cuma jadi partai pendukung," kata Firman.
Oleh karena itu, kata Firman, akhirnya antara Emil dan PDIP tidak jadi bersatu. Bahkan menurut dia, Emil lebih memilih partai koalisinya ketimbang PDIP.
"Bagi Kang Emil, pilihan maju lewat PDIP bukan prioritas, yang utama adalah lewat NasDem, PKB, PPP dan Hanura," kata dia.
Persoalan lain yakni mengenai deal politik antara Emil dan PDIP. Salah satunya terkait dengan nama wakil yang diajukan PDIP adalah mantan Kapolda Jabar Anton Charliyan. Menurut dia, Emil berhitung jika maju diduetkan dengan Anton Charliyan.
Firman menjelaskan, karakter pemilih di Jabar adalah tradisional dan religius. Dengan kata lain, popularitas dan tingkat keislaman akan sangat berpengaruh terhadap pilihan warga Jawa Barat di Pilgub nantinya.
"Jadi faktor penentu kalau bicara karakter pemilih religius bagaimana Pak Uu punya nilai plus dibandingkan siapapun, bukan hanya Pak Anton yang jadi kandidat, kita tidak melihat ada yang bisa memunculkan citra Islam. Persoalannya Kang Emil lebih dipersepsikan sebagai figur nasional, nah tindakan tertentu perlu didampingi Cawagub yang merepresntasikan religius, itu ada pada Pak Uu," kata Firman.
Sementara itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menceritakan kenapa PDIP akhirnya memilih mengusung nama sendiri di Pilgub Jawa Barat. Kala itu saat menghadiri pernikahan anak Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Hasto bercerita bertemu Ketua Umum PPP Romahurmuziy (Romi) dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak imin.
"Di situ meja bundar bersama mas Romi, ada Cak Imin kemudian ada aspirasi dari beliau-beliau bagaimana di Jawa Barat, PPP mengusung Pak Uu Ruzhanul Ulum untuk diusung untuk mendampingi Ridwal Kamil," kata Hasto usai pengumuman calon pasangan 6 provinsi di DPP PDIP Lenteng Agung, Minggu (7/1).
Lanjutnya, di meja bundar itulah terdapat diskusi yang menyatakan Ridwan Kamil akan berpasangan bersama dengan Uu Ruzhanul Ulum maju di Pilgub Jabar.
"Di situlah kita bermusyawarah. Mak kemudian ada proses yang berlangsung sebelumnya cukup panjang antara RK dengan pak UU, maka disepakati bersama antara PPP bahwa pak UU diusung sebagai calon wagub dari RK," jelasnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Maruarar menyampaikan bahwa sepertinya PDIP tidak hanya melihat calon dari elektabilitasnya saja
Baca SelengkapnyaKader PKS ungkap alasan partainya batal mengusung Anies Baswedan maju di Pilkada Jakarta 2024.
Baca SelengkapnyaGerindra siap memberi dukungan ke Ridwan Kamil, apalagi ia menilai warga Jakarta ingin ada sosok baru selain Anies Baswedan.
Baca SelengkapnyaKepastian Partai Keadilan Sejahtera mengusung pasangan Anies Baswedan-Sohibul Iman (AMAN) menemukan jalan buntu.
Baca SelengkapnyaMenurut Ribka, banyak calon Kepala daerah PDI Perjuangan ditinggalkan partai politik.
Baca SelengkapnyaJazilul mengatakan, pembahasan soal pilgub Jawa Barat masih pada tahap awal.
Baca SelengkapnyaPolitikus Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Deddy Yevry Sitorus mengungkapkan Ridwan Kamil digoda Capres lain agar tidak berpasangan dengan Ganjar.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil masuk radar bacawapres Ganjar dan Prabowo
Baca SelengkapnyaEddy mengakui dinternal KIM belum menemui titik temu apakah akan memajukan RK di Jawa Barat ataukah di Jakarta.
Baca SelengkapnyaWaketum Partai Golkar Melchias Markus Mekeng masih meyakini jika Ridwan Kamil bakal terpilih menjadi cawapres Ganjar.
Baca SelengkapnyaRK sebagai calon tunggal untuk penugasan di Jabar. Sementara di Jakarta, RK bersama Ahmad Zaki Iskandar dan Erwin Aksa
Baca SelengkapnyaSandi mengatakan bahwa PPP sudah menjalin komunikasi dengan partai-partai lain secara informal mengenai pilkada.
Baca Selengkapnya