Analisa kenapa koalisi Prabowo tak solid
Merdeka.com - Hubungan Partai Gerindra dan Demokrat memanas. Pemicunya, Wasekjen Demokrat Andi Arief sebut Prabowo Subianto jenderal kardus. Lebih mementingkan uang ketimbang koalisi bersama rakyat.
Andi juga menuding, Sandiaga Uno memberikan uang kepada PKS dan PAN untuk mengamankan kursi cawapres, kalahkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), jago dari Demokrat.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lili Romli menilai, wajar koalisi penantang Jokowi ribut soal cawapres. Sebab, kursi orang nomor dua itu bisa mengamankan perolehan suara partai politiknya masing-masing.
-
Siapa yang diusung Golkar sebagai Cawapres Prabowo? Partai Golkar resmi mengusung Gibran Rakabuming sebagai Cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
-
Siapa yang menilai Jokowi layak jadi Wantimpres? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menilai, Presiden Joko Widodo (Jokowi) layak untuk menjadi bagian dari Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia di pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
-
Siapa yang Golkar usung jadi cawapres Prabowo? Ia mengatakan, Golkar akan menyodorkan kader terbaiknya Airlangga Hartarto untuk mendampingi Prabowo.
-
Apa peran Golkar dalam koalisi Prabowo? Golkar dan PAN yang menjadi partai pengusung teranyar juga memiliki kandidat yang bisa diusulkan ke Prabowo.
-
Bagaimana Prabowo melihat perbedaan koalisi? Prabowo tak mempermasalahkan jika rekan satu koalisi harus bersebrangan saat Pilkada.
-
Apa itu koalisi di bidang politik? Penggunaan istilah 'koalisi' dalam bidang politik ini ternyata dapat merujuk pada sebuah strategi khusus guna meraih kedudukan dalam pemerintahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah 'koalisi' memiliki arti kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara dalam parlemen.
"Kubu penantang Jokowi ini enggak solid dari awal karena mereka takut kalah. Mereka sadar sulitnya mengalahkan Jokowi yang petahana," kata Lili, kepada wartawan, di Jakarta, Kamis (9/8).
Lili menyampaikan, Partai Gerindra, PKS, PAN dan Partai Demokrat sadar tidak memiliki figur yang mampu mengimbangi elektabilitas Jokowi.
"Maka kubu penantang, pasti mikirnya, dari pada kalah enggak dapat apa-apa, mending ngotot ngajuin figur untuk cawapres. Semua mengajukan nama, jadinya alot," ujar Lili.
Dengan mendapatkan posisi cawapres, kata Lili, partai politik berharap mendapat cottail effect, atau peningkatan perolehan suara pada Pileg 2019 demi memastikan partainya mendapat kursi di parlemen.
"Ini realistis, dari pada pilpres kalah terus partai enggak masuk parlemen, kan kayak sudah jatuh tertimpa tangga. Makanya mereka minta cawapres demi cottail effect," ungkap Lili.
Adapun mengenai kegaduhan yang disampaikan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief yang menuding Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai jenderal kardus karena tidak menepati kesepakatan politik dengan Demokrat, Lili menilai hal itu akan merugikan seluruh partai penantang Jokowi.
"Merugikan buat partai dan masyarakat. Ini menunjukkan ketidaksiapan koalisi penantang Jokowi dan membuktikan mereka hanya mengutamakan kepentingan partai, bukan gagasan kebangsaan," ucap Lili.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie mengusulkan, Presiden Jokowi memimpin Parpol koalisi pengusung Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaKoalisi gemuk ini diyakini akan mempersulit konfigurasi cawapres untuk dipasangkan dengan Prabowo.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengatakan, tidak masalah jika partai koalisi di tingkat nasional punya koalisi berbeda di tingkat daerah.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil masuk radar bacawapres Ganjar dan Prabowo
Baca SelengkapnyaUntuk itu, dia menilai lebih Ganjar mengalah mundur sebagai capres dan bergabung dengan Prabowo.
Baca SelengkapnyaPKB menyebut, jika cawapres menjadi faktor penentu pendongkrak elektabilitas capres.
Baca Selengkapnya"Wacana dua poros sampai saat ini sepertinya masih akan sulit diwujudkan,"
Baca SelengkapnyaBudi Arie menegaskan, hubungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan presiden terpilih Prabowo Subianto terjalin solid.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengaku jengkel dengan isu keretakan hubungannya dengan Jokowi.
Baca SelengkapnyaDi DPP PAN, bersama Jokowi partai-partai pemerintah minus PDIP dan NasDem bicara wacana pembentukan koalisi besar.
Baca SelengkapnyaGangguan politik ini menimbulkan tantangan besar, terutama dengan adanya kampanye presiden yang akan datang pada bulan November dan pemilihan selanjutnya.
Baca SelengkapnyaPrabowo bisa merangkul para pendukung Ganjar dan Anies secara bersamaan.
Baca Selengkapnya