Analisis Turunnya Elektabilitas Parpol Pendukung Pemerintah di Survei Charta Politika
Merdeka.com - Charta Politika Indonesia mencatat penurunan elektabilitas partai pendukung pemerintah di tengah pandemi Covid-19. Seperti Golkar dan NasDem.
Peneliti Charta Politika Indonesia Ardha Ranadireksa menjelaskan, penurunan partai pendukung pemerintah ini lebih kuat karena perubahan asosiasi partai.
Khususnya Golkar dan NasDem. Sementara, turunnya kepercayaan publik terhadap Presiden Joko Widodo berkorelasi tidak langsung.
-
Apa prestasi Airlangga di Golkar? 'Prestasi AH (Airlangga Hartarto) yang bisa naikkan elektabilitas Golkar tak bisa dibantah,' ujar Pengamat Politik Adi Prayitno, Jumat (29/3).
-
Bagaimana Golkar meningkatkan suaranya di pemilu 2024? 'Cara ini terbukti efektif dan efisien, karena kandidat kepala daerah yang akan diusung lebih banyak sudah teruji di Pemilu 2024,' ujar Pengamat politik Dedi Kurnia Syah, Senin (25/3).
-
Mengapa Golkar ingin Airlangga memimpin lagi? Pasalnya, Airlangga dinilai berhasil dengan membawa Golkar berada di urutan kedua Pemilu 2024 dengan perolehan suara 15,28% 'Prestasi AH (Airlangga Hartarto) yang bisa naikkan elektabilitas Golkar tak bisa dibantah,' ujar Pengamat Politik Adi Prayitno, Jumat (29/3).
-
Siapa saja yang mendukung Airlangga? Ketiga Dewan Partai Golkar menyatakan menolak wacana musyawarah nasional luar biasa (munaslub). Mereka solid mendukung Airlangga, yakni Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, dan Dewan Pakar.
-
Siapa yang ingin Airlangga memimpin Golkar? Kendati begitu, mayoritas pengurus dan kader Partai Golkar menginkan Airlangga melanjutkan kepemimpinannya.
-
Apa yang dilakukan Airlangga untuk Golkar? Airlangga Hartarto memperbanyak sebaran tokoh berpengaruh di berbagai dapil. Partai Golkar berhasil menduduki posisi dua perolehan suara pada Pemilu 2024 dengan persentase 15,28 persen atau 23.208.654 suara.
"Kalau saya melihatnya lebih pada korelasi tidak langsung jika dikaitkan dengan tingkat kepercayaan publik terhadap Jokowi. Tapi yang saya lihat lebih kuat, penurunan ini lebih terjadi karena asosiasi kedua partai tersebut yang berubah," jelas Ardha kepada wartawan, Sabtu (14/8).
Ardha menjelaskan, Golkar tengah mencoba mengusung Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai calon presiden. Dukungan terhadap Golkar oleh pendukung Jokowi berpindah.
Ditambah lagi berdasarkan survei Charta Politika terlihat dukungan pemilih Golkar terhadap Airlangga belum solid. Malah lebih tinggi kepada Sandiaga.
"Sehingga, ada sebagian dukungan pada Golkar yang selama ini dikarenakan dukungannya pada Jokowi, yang mungkin berpindah. Walaupun dalam cross tabulasi rilis kemarin, dukungan terhadap Airlangga ternyata belum solid. Justru dukungan pada Sandiaga Uno lebih tinggi," ujar Ardha.
Airlangga juga cenderung diasosiasikan sebagai teknokrat dibandingkan tokoh politisi. Tokoh teknokrat, jelas Ardha, jauh jangkauan dari level akar rumput. Masih ada jarak antara pemilih Golkar dengan Airlangga yang butuh didekatkan dengan sosialisasi.
"Masih ada kesenjangan antara Airlangga dengan konstituen Golkar. Masih perlu sosialisasi yang lebih masif agar dapat dikenal lebih luas," ujar Ardha.
"Dan memang sosialisasi yang belum all out ini dikemukakan juga oleh beberapa pengurus Golkar yang memang menimbang Airlangga masih harus konsentrasi dalam pemulihan ekonomi dan pandemi," jelasnya.
Sementara, Partai NasDem yang juga mengalami penurunan karena ada kecenderungan pemilih NasDem untuk memilih Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Untuk NasDem, pada cross tabulasi rilis survei kemarin terlihat ada kecenderungan pemilih NasDem untuk memilih Anies Baswedan. Padahal kita sama-sama tahu, Anies dipersepsikan berseberangan dengan pemerintah," jelas Ardha.
Gerindra, partai pendukung pemerintah yang elektabilitasnya meningkat, juga karena pendukungnya solid mendukung Ketua Umum Prabowo Subianto.
"Memang harus diakui Prabowo saat ini bisa disebut sebagai figur pengikat Gerindra. Dan itu terlihat jelas sekali pada cross tabulasi pilihan simulasi 10 nama dengan partai, dimana lebih dari 50 persen pemilih Gerindra menyatakan memilih Prabowo sebagai capres," kata Ardha.
Sebelumnya diberitakan, Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Syadzily menjelaskan alasan elektabilitas partainya menurun dalam survei Charta Politika. Ia mengatakan survei itu dilakukan pada saat PPKM Darurat. Pengetatan aktivitas publik menyebabkan ekonomi masyarakat terganggu sehingga terjadi penurunan kepercayaan publik terhadap Presiden Joko Widodo.
Oleh karena itu, penurunan kepercayaan publik ini berdampak terhadap partai-partai yang diasosiasikan sebagai pendukung pemerintah. Elektabilitasnya partai ini turun dalam survei, termasuk Golkar.
"Survei Charta Politika dilakukan pada saat PPKM Darurat. Banyak pengetatan aktivitas publik yang menyebabkan ekonomi terganggu, sehingga Charta mencatat penurunan kepercayaan publik terhadap Presiden Jokowi," ujar Ace kepada wartawan, Jumat (13/8).
"Partai-partai yang selama ini diasosiasikan sebagai pendukung kuat pemerintah ikut terkena imbasnya. Buktinya, menurut Charta Politika bukan hanya Golkar yang turun, tapi PDI Perjuangan dan NasDem juga turun," jelasnya.
Lembaga survei Charta Politika Indonesia menunjukan pergeseran tiga besar elektabilitas partai politik. PDI Perjuangan masih merajai dengan elektabilitas 22,8 persen, disusul Gerindra 17,5 persen. Tetapi posisi ketiga kini diduduki PKB dengan elektabilitas 9,4 persen.
"PDIP masih memimpin 22,8 peren tidak jauh beda survei-survei sebelumnya dan hasil Pemilu kemarin. Gerindra kedua dengan 17,5 persen, PKB ketiga 9,4 persen," ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya ketika rilis survei secara daring, Kamis (12/8).
Di urutan keempat ada PKS dengan elektabilitas 6,8 persen. Kemudian diikuti Partai Demokrat dan Partai Golkar dengan elektabilitas yang sama yaitu 6,6 persen.
Pada posisi berikutnya ada NasDem dengan elektabilitas 4,8 persen. Kemudian, tak sampai ambang batas parlemen, ada PPP dengan elektabilitas 2,3 persen, PAN 1,7 persen, PSI 1,2 persen.
Partai lainnya berada di bawah 1 persen, yaitu Perindo (0,7 persen), Gelora (0,3 persen), Hanura (0,3 persen), Partai Ummat 0,2 persen, PKPI (0,1 persen), PBB (0,1 persen), Berkarya (0,1 persen). Sementara responden yang tidak tahu atau tidak jawab 18,5 persen.
Survei Charta Politika Indonesia dilakukan pada 12-20 Juli 2021 dengan metode wawancara tatap muka. Metode sampling menggunakan multistage random sampling dengan 1200 responden. Survei ini memiliki margin of error sebesar 2,83 persen.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hasil survei dilakukan Indikator Politik Indonesia menunjukkan elektabilitas PDI Perjuangan mengalami tren penurunan.
Baca SelengkapnyaSelisih Golkar dan juara bertahan PDIP hanya tipis
Baca SelengkapnyaPartai Golkar meraih 23.208.654 atau 15,28 persen suara di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaPopuli Center menggelar survei tatap muka pada 28 November-5 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaPartai Golkar merupakan partai besar dengan daya tawar tinggi.
Baca SelengkapnyaPolitikus Golkar Meutya Hafid menilai ada empat faktor yang membuat suara Partai Golkar naik signifikan di Pileg 2024.
Baca SelengkapnyaElektabilitas tiga calon presiden; Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan saling salip. Terpotret dari hasil survei.
Baca SelengkapnyaMasih banyak pemilih PKB yang lebih mendukung Prabowo atau Ganjar.
Baca SelengkapnyaJelang diskusi GMPG yang digelar di Restoran Pulau Dua Senayan, Jakarta Pusat, diwarnai kericuhan oleh belasan orang yang mengaku dari AMPG.
Baca SelengkapnyaAnies-Cak Imin berada diurutan terbawah dalam survei di Jawa Timur, tertinggal jauh.
Baca SelengkapnyaAirlangga menyatakan, hasil survei keluar sebelum para calon resmi mendaftar.
Baca SelengkapnyaPoltracking menggelar survei tatap muka pada 29 Oktober-3 November 2023.
Baca Selengkapnya