Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Angka tak wajar, politisi Demokrat ngaku tolak teken proyek e-KTP

Angka tak wajar, politisi Demokrat ngaku tolak teken proyek e-KTP Khatibul Umam Wiranu. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Anggota Komisi VIII Fraksi Partai Demokrat Khatibul Umam Wiranu menjadi salah satu nama yang diduga ikut menerima fee proyek pengadaan e-KTP sebesar USD 400 ribu saat masih menjabat Wakil Ketua Komisi II dan anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR. Khatibul membantah tudingan itu, karena tidak setuju dan tidak menandatangani persetujuan proyek e-KTP dalam rapat Banggar pada 2010 silam.

"Saya sendiri di dalam rapat sebagai anggota badan anggaran kan enggak setuju. Saya enggak menandatangani karena ini pembahasan teknis bahwa proyek e-KTP-nya tentu ini kesepakatan antara pemerintah dan DPR tentunya sudah disepakati banggar pusat," kata Khatibul kepada wartawan, Kamis (9/3).

Fraksi Partai Demokrat, kata dia, telah mencium adanya hitungan tak wajar dalam usulan anggaran e-KTP. Hal ini yang membuatnya tidak mau menyetujui usulan penambahan anggaran itu.

"Kalau saya lihat memang DPR hanya pada posisi ketok palu. Nah karena itu saya sangat hati-hati waktu itu saya tidak mau menandatangani karena ada hal-hal yang secara angka tidak wajar menurut saya dan tim saya," tegas dia.

Menurutnya, meskipun menolak, tetapi tidak lantas menggugurkan pembahasan anggaran itu. Alasannya, karena pimpinan DPR dan pimpinan Banggar telah menyetujui.

"Seorang anggota meskipun tidak setuju, tidak menggugurkan itu problemnya. Di dalam DPR begitu, kalau pimpinan DPR setuju, pimpinan Banggar setuju dan itu agak sulit untuk komisi-komisi walaupun anggota menolak," ungkap dia.

"Kalau itu tanya langsung ke fraksi-fraksi. Saya sudah datang awal dari sebelum pada datang saya sudah datang duluan, meskipun banyak yang diundang banyak yang enggak datang," terangnya.

Lagi pula, proyek e-KTP diteken berdasarkan kesepakatan antara Komisi II DPR dan Pemerintah. Untuk itu, dia mengaku tidak tahu persis 'kongkalikong' antara pemerintah dan Komisi II terkait mega proyek yang memakan biaya Rp 5,6 triliun tersebut.

"Tapi secara teknis saya tidak sepakat, makanya saya tidak tandatangan dokumen kesepakatan antara pihak pemerintah dan pihak Komisi II. Jadi selebihnya saya enggak terlalu ngerti ada permainan-permainan yang merugikan negara," klaimnya.

Politisi Partai Demokrat ini menyebut pemerintah lebih tahu karena menjadi pengguna anggaran proyek. DPR hanya berkapasitas menyetujui proyek dan jumlah anggaran pengadaan e-KTP namun urusan teknis tetap ada di pemerintah.

"Sebenarnya yang paling tahu eksekutif, kan yang jadi kuasa pengguna anggaran eksekutif. DPR secara umum hanya menyetujui proyek itu, selebihnya urusan tender, harga barang, kemudian teknis lain sebetulnya diserahkan kepada eksekutif karena DPR tidak punya hak sampai ngurus hal-hal teknis didalam satu proyek," tandasnya.

Klarifikasi ini diklaim telah disampaikan kepada KPK. Termasuk runutan pindah tugas ke Komisi III dan diangkat menjadi Wakil Ketua komisi II pada 2013 lalu.

"Ya itu tidak benar karena mulai dari proses awal saya tidak setuju dan saya tidak mau tandatangan habis itu saya pindah ke komisi III. Terus masuk sebagai Wakil Ketua komisi II akhir 2013. Dan saya sudah klarifikasi kepada KPK," ujar Khatibul.

(mdk/rnd)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
VIDEO: Bambang Pacul PDIP Blak-blakan Kondisi 'Dompet' Negara Jelang Jokowi Lengser
VIDEO: Bambang Pacul PDIP Blak-blakan Kondisi 'Dompet' Negara Jelang Jokowi Lengser "Cekak!"

Komisi III DPR RI menggelar rapat kerja dengan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Selasa, 3 September 2024.

Baca Selengkapnya
Partai Gelora Sebut Putusan MK Soal Syarat Usung Calon Kepala Daerah Tak Sesuai Permohonan Uji Materi
Partai Gelora Sebut Putusan MK Soal Syarat Usung Calon Kepala Daerah Tak Sesuai Permohonan Uji Materi

MK membuat norma pengaturan baru tentang syarat pencalonan berdasarkan jumlah penduduk dan prosentase suara sah partai.

Baca Selengkapnya
DPR Tolak Biaya Haji 2024 Rp105 Juta: Idealnya Rp95 Juta
DPR Tolak Biaya Haji 2024 Rp105 Juta: Idealnya Rp95 Juta

Anggota Panja BPIH, John Kenedy Azis menilai kenaikan menjadi Rp105 juta terlalu besar.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Galak Eriko PDIP Protes ke Sri Mulyani Soal LPEI Minta Duit Negara Rp10 Triliun Ini Penyakit!
VIDEO: Galak Eriko PDIP Protes ke Sri Mulyani Soal LPEI Minta Duit Negara Rp10 Triliun Ini Penyakit!

Komisi XI DPR RI menyetujui penyertaan modal negara (PMN) kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) hanya sebesar Rp5 triliun

Baca Selengkapnya
Ikut Vote Setuju di Baleg, Kini PKS 'FOMO' Dukung Pendemo Tolak RUU Pilkada
Ikut Vote Setuju di Baleg, Kini PKS 'FOMO' Dukung Pendemo Tolak RUU Pilkada

PKS menyebut keputusan DPR membatalkan revisi UU Pilkada sesuai dengan suara dan tuntutan rakyat.

Baca Selengkapnya
PDIP Tak Setuju Revisi UU Pilkada Dibawa ke Rapat Paripurna untuk Disahkan, Ini Alasannya
PDIP Tak Setuju Revisi UU Pilkada Dibawa ke Rapat Paripurna untuk Disahkan, Ini Alasannya

Baleg DPR RI menggelar rapat kerja dengan pemerintah untuk membahas tentang revisi UU Pilkada.

Baca Selengkapnya
Tudingan KPU Lakukan Pelanggaran Tak Terbukti, MK Tolak Sengketa Pileg 2024 Golkar di Dapil Gorontalo Utara
Tudingan KPU Lakukan Pelanggaran Tak Terbukti, MK Tolak Sengketa Pileg 2024 Golkar di Dapil Gorontalo Utara

Putusan tersebut tercatat dalam nomor perkara 147-01-04-29/PHPU.DPR-DPRD-XXII/2024.

Baca Selengkapnya
VIDEO: DPR Kaget Anggaran Kecil Komnas HAM
VIDEO: DPR Kaget Anggaran Kecil Komnas HAM "Polsek Minta Rp50 M Cuma Renovasi Satu Kantor!"

DPR melihat anggaran yang diajukan Komnas HAM sangat kecil, dibandingkan pengajuan anggaran pembangunan satu kantor Polsek yaitu Rp50 Miliar

Baca Selengkapnya
VIDEO: Keras! PKS Tolak RUU DKJ, Sebut Gubernur Jakarta Bisa Ditunjuk Presiden
VIDEO: Keras! PKS Tolak RUU DKJ, Sebut Gubernur Jakarta Bisa Ditunjuk Presiden

Salah satunya adanya aturan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta nantinya ditunjuk presiden.

Baca Selengkapnya
Menkeu Ingin Kaji Dana Pendidikan 20% dari APBN, DPR: Banyak Anak Enggak Bisa Sekolah Karena Biaya
Menkeu Ingin Kaji Dana Pendidikan 20% dari APBN, DPR: Banyak Anak Enggak Bisa Sekolah Karena Biaya

DPR menolak usulan untuk mengkaji ulang dana wajib atau anggaran wajib (mandatory spending) untuk pendidikan sebesar 20 persen dari APBN.

Baca Selengkapnya
Alasan DPRD DKI Usul Dana Hibah Parpol Naik Jadi Rp10.000 Per Suara
Alasan DPRD DKI Usul Dana Hibah Parpol Naik Jadi Rp10.000 Per Suara

DPRD DKI Jakarta merekomendasikan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) untuk segera memproses usulan kenaikan dana bantuan parpol tersebut.

Baca Selengkapnya
Jalan PPP Menuju Senayan Makin Teracam Kandas
Jalan PPP Menuju Senayan Makin Teracam Kandas

Terdapat 19 titik yang menjadi objek sengketa, namun MK menyatakan permohonan tidak memenuhi syarat.

Baca Selengkapnya