Asal usul nama 'klenteng' di Indonesia
Merdeka.com - Vihara Dharma Bhakti tercatat sebagai klenteng tertua di Jakarta. Berdiri tahun 1650, klenteng ini didirikan oleh seorang Kolonel China bernama Kwee Hun.
Vihara atau klenteng ini diperuntukkan untuk menyembah Tri Dhrarma yaitu Tuhan dan Dewa bagi umat-umat Taoisme, Konghuchu dan Budha.
Sebelumnya, orang-orang mengenal klenteng ini juga untuk menyembah Dewi Kuan Im atau yang sering disebut sebagai Kuan Im Teng.
-
Kapan tradisi bakar gunung api dilakukan? Pelaksanaan tradisi bakar gunung api ini berlangsung pada malam takbiran.
-
Apa yang dibakar dalam tradisi obong-obong? Dalam upacara itu, berbagai barang milik almarhum seperti baju, kasur, aksesoris, serta barang-barang lainnya dibakar. Begitu pula dengan boneka yang disimbolkan sebagai almarhum juga dibakar dalam upacara itu.
-
Apa makna tradisi bakar gunung api? Tentunya setiap tradisi yang berkembang di masyarakat memiliki arti, tujuan, simbol, dan juga makna mendalam.
-
Kenapa patung itu dibakar? Tanda terbakar atau gosong pada patung itu kemungkinan pertanda bahwa patung ini merupakan salah satu dari ribuan persembahan untuk Dewa Zeus, dewa Yunani kuno.
-
Apa yang dibakar massa? Tampak beberapa massa sedang membakar motor. Tak jelas motor siapa yang dibakar, yang jelas motor yang dibakar tak hanya satu.
-
Bagaimana cara tradisi bakar gunung api? Menyusun Batok Kelapa Mengutip dari kanal Liputan6.com dan beberapa sumber lainnya, bakar gunung api ini merupakan sebuah ritual membakar batok kelapa yang sudah tersusun rapi.
"Nama klenteng berasal dari sini. Orang Betawi dulu tanya, 'mau kemana Ko, Ci ?' Mereka jawab 'ke Kuan Im Teng' karena dijawab cepat jadilah orang Betawi dengarnya Klenteng. Nama klenteng akhirnya ada dan cuma di Indonesia saja" cerita Yu Ie, pengurus Klenteng Dharma Bhakti, Tambora, Jakarta, Senin (25/5).
Selain itu, dalam catatan sejarah masyarakat keturunan Cina, Klenteng Dharma Bhakti juga pernah dibakar oleh Belanda.
"Di tahun 1740 ada pembantaian orang Cina atau tragedi Angke. Di sini semua dibakar tinggal tersisa meja altar. Kemudian klenteng ini dipugar di tahun 1755," lanjut Yu Ie lagi.
Setelah dipugar, klenteng ini berganti nama menjadi Jin De Yuan yang berarti kebajikan emas atau dengan nama Indonesia Dharma Bhakti.
Kendati sarat sejarah, Yu Ie mengaku belum ada perhatian pemerintah daerah untuk melakukan perawatan klenteng ini. Semua biaya perawatan ditanggung secara swadaya.
"Kita yang tiap tahun ngecet, bersihin ini. Pemerintah enggak ada," tutupnya. (mdk/ren)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Klenteng ini jadi salah satu simbol toleransi di Kota Tangerang
Baca SelengkapnyaKelenteng See Hien Kiong ini berdiri pada 1861 dan awalnya diberi nama Kwan Im Teng sebagai penghormatan kepada Dewi Kwan Im.
Baca SelengkapnyaKlenteng ini jadi saksi masa kejayaan orang Tionghoa di Kota Pahlawan
Baca SelengkapnyaSaat ini Klenteng Sian Djin Ku Poh telah diresmikan sebagai salah satu destinasi wisata sejarah yang bebas dikunjungi.
Baca SelengkapnyaSalah satu bangunan pernah digunakan sebagai tempat penyekapan oleh tentara Belanda.
Baca SelengkapnyaKelenteng ini merupakan kelenteng induk dari sembilan kelenteng Chen Fu Zhen Ren yang tersebar di Jawa Timur, Bali, dan Pulau Lombok.
Baca SelengkapnyaKelenteng itu dibangun pada tahun 1746. Nama “Tay Kak Sie” sendiri memiliki makna “Kuil Kesadaran Agung”.
Baca SelengkapnyaDulu para pendatang asal Cina banyak dipekerjakan Belanda sebagai tim ahli sampai tenaga pengakut tinja.
Baca SelengkapnyaPembangunannya diinisiasi oleh seorang pendatang Tionghoa di Cirebon yakni Tan Sam Chai atau H. Moh. Syafei.
Baca SelengkapnyaSaat masa penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi.
Baca SelengkapnyaVihara ini jadi salah satu bangunan cagar budaya di Kota Bandung.
Baca SelengkapnyaGedung terbengkalai ini dulu memiliki kisah sejarah yang jarang diketahui.
Baca Selengkapnya