Banyak Petugas KPPS Meninggal, Eks Petinggi KPU Nilai Perencanaan Pemilu Buruk
Merdeka.com - Mantan Kabiro Humas Komisi Pemilihan Umum (KPU) 1999 Djohermansyah Djohan sangat prihatin dengan masalah Pemilu Serentak 2019 kali ini. Terlebih, ratusan petugas KPPS meninggal karena kelelahan. Menurutnya, perencanaan penyelenggara pemilu saat ini tidak baik.
Hal itu disampaikan Djohan saat diskusi bertema 'Setelah Pemilu Serentak' di Gado-gado Boplo Resto, Jalan Cikini Raya 111, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (27/4).
"Coba sekarang ini dengan banyak yang meninggal kemudian ada hitung-hitungan yang salah input, itu menunjukkan tidak well organized penyelenggaraan pemilu kita," kata Djohan.
-
Kenapa petugas pemilu di Klaten meninggal? Camat Gantiwarno Retno Setyaningsih mengatakan, beberapa hari sebelumnya ia sempat mengeluh sakit. Walau begitu pada hari pemungutan suara, Dewi berada dalam kondisi fit. 'Tapi kan KPPS banyak kerjaannya. Mungkin capek. Beliau punya Riwayat penyakit gula,' kata Retno dikutip dari ANTARA pada Kamis (15/2).
-
Siapa petugas pemilu yang meninggal di Klaten? Di Klaten, Jawa Tengah, seorang petugas KPPS meninggal dunia setelah sempat bertugas di TPS 04 Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno. Ia bernama Dewi Indriyani (43), sebelumnya diketahui bahwa ia memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
-
Bagaimana petugas pemilu di Sleman meninggal? Di Kabupaten Sleman, seorang petugas satuan perlindungan masyarakat (linmas) dilaporkan meninggal dunia sehari setelah mengamankan pemungutan suara Pemilu 2024. Petugas linmas itu bernama Sukidi, bertugas di TPS 1 Bulus Kidul, Candibinangun, Pakem, Sleman.
-
Dimana petugas pemilu di Jateng meninggal? Di Klaten, Jawa Tengah, seorang petugas KPPS meninggal dunia setelah sempat bertugas di TPS 04 Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno.
-
Bagaimana PKD pemilu bekerja? Dalam menjalankan tugasnya, PKD Pemilu bekerja secara independen dan netral, serta tidak terikat pada kepentingan politik maupun golongan tertentu.
-
Bagaimana PPK melakukan tugasnya dalam pemilu? Dalam menjalankan tugasnya, PPK harus menjaga netralitas dan independensinya sehingga proses pemilihan umum dapat berjalan secara adil dan transparan.
Maka dari itu, menurutnya, perlu ada penataan ulang sistem recruitment, sistem electoral management dan sistem election secara matang. Jika tidak, Djohan khawatir, pemilu selanjutnya bisa lebih parah.
"Apalagi ke depan nanti 2024 mau disatuin, pileg pilpres April jadi satu kemudian November 2024 (Pilkada) gubernur bupati walikota jadi satu. Wah itu yang (meninggal) mungkin bisa ribuan. Jadi harus kita betulin," ucapnya.
"Yang agak paling serius itu kan korban yang sangat banyak ya petugas pelaksana pemilu kita. Untuk pemilu yang di negara demokrasi yang sehat yang penyelenggaraannya profesional berintegritas kan itu sekecil apapun enggak boleh ada korban dan enggak boleh ada kecurangan. Sekecil apapun," tambahnya.
Menurutnya, membenahi sistem pemilu perlu dilakukan secepatnya. Djohan ingin sistem pemilu mulai dibenahi pada awal tahun 2020. Setelah pemerintahan baru terpilih dan DPR RI sudah mulai membuat agenda, sehingga 2021 bisa lahir aturan baru yang lebih baik.
"Sehingga 2021 sudah jadi itu semua. Jangan kayak kemarin itu 2017 baru UU-nya selesai. Nah itu kemudian tinggal 2 tahun mati itu," ujarnya.
Djohan juga mendorong publik untuk mendesak pemerintah melahirkan pemilu yang lebih baik. Tujuannya, agar tidak muncul kasus yang lebih parah di Pemilu 2024.
"Kalau itu tidak dirancang dari sekarang, kita bisa perkirakan bisa ribuan orang yang meninggal dan orang gak mau lagi nanti jadi KPPS," tandasnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
KPU Catat per 16 Februari: 23 Petugas KPPS dan 3 PPS Pemilu Meninggal Dunia
Baca Selengkapnya"Kemarin agak sedikit ya, tapi ada yang meninggal ya," kata Dewan Pakar Timnas AMIN, Bambang Widjojanto
Baca SelengkapnyaKPU sudah pernah mengusulkan untuk pengubahan metode perhitungan suara, namun ditolak DPR.
Baca SelengkapnyaKetua KPU RI Hasyim Asy'ari melaporkan 181 anggota PPK, PPS, dan KPPS meninggal
Baca SelengkapnyaKomisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Barat (Sumbar) mencatat 12 petugas Pemilu Sumbar meninggal dunia dan 50 orang jatuh sakit pada pelaksanaan Pemilu.
Baca SelengkapnyaData tersebut berdasarkan hasil laporan dari 37 Provinsi dan 508 kabupaten/kota yang menggelar Pilkada.
Baca SelengkapnyaKepala Dinas Kesehatan Sulsel Ishaq Iskandar mengungkapkan jumlah petugas KPPS yang sakit jumlahnya terus bertambah.
Baca SelengkapnyaPetugas yang menjadi anggota BPJS Ketenagakerjaan juga akan mendapat santunan lain sebagaimana porsinya.
Baca SelengkapnyaKPU melaporkan enam petugas KPPS meninggal dunia dan 115 orang mengalami kecelakaan atau sakit saat Pilkada Serentak 2024
Baca SelengkapnyaDalam proses administrasi nantinya lebih dulu akan diverifikasi ahli waris sebagai penerima santunan.
Baca SelengkapnyaKepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi merinci data petugas pemilu yang meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaMenurut Bima, angka tersebut jauh lebih rendah dibanding Pileg dan Pilpres 2019 silam.
Baca Selengkapnya