Banyak potensi konflik di pilkada serentak
Merdeka.com - Menjelang Pilkada serentak 9 Desember, konflik dapat dengan mudah terjadi di berbagai daerah pemilihan di Indonesia. Berdasarkan penelitian Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK) Indonesia pada pilkada 2005-2014, dari total 310 wilayah yang dipantau, sebanyak 252 wilayah setidaknya pernah mengalami satu kali insiden dalam pelaksanaan pilkada.
Peneliti SNPK, Sopar Peranto mengatakan, banyak faktor yang akan memicu terjadinya kekerasan pada pilkada serentak mendatang, di antaranya adanya konflik antar elite, yakni masih adanya upaya-upaya penjegalan calon yang dianggap potensial menang dan populer di kalangan masyarakat.
"Contoh konflik soal penjegalan calon yang belum lama terjadi yaitu pada pasangan calon Kalteng ya, itu salah satunya," kata Sopar di Hotel Le Meridien, Jakata, Rabu (25/11).
-
Apa itu Pilkada Serentak? Pilkada Serentak merujuk pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
-
Kapan pilkada serentak pertama kali dilakukan? Pilkada serentak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2015.
-
Kapan Pilkada Serentak pertama? Pilkada Serentak pertama kali dalam cakupan nasional di Indonesia dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2015.
-
Bagaimana Pilkada Serentak diadakan? Dalam sistem presidensial, pemilihan dilakukan secara langsung oleh rakyat, yang menciptakan akuntabilitas dan legitimasi bagi pemimpin daerah.
-
Di mana Pilkada Serentak 2020 diselenggarakan? Berikut adalah daftar provinsi-provinsi yang menyelenggarakan Pilkada Serentak 9 Desember 2020 tersebut:Sulawesi UtaraSulawesi TengahKalimantan UtaraKalimantan SelatanKalimantan TengahSumatera BaratKepulauan RiauJambiBengkulu
Selain itu, menurutnya, adanya faktor kelembagaan yang dianggap masih melemahnya peran aparat serta netralitas penyelenggara yang masih diragukan.
Beragam isu kecurangan juga merupakan salah satu faktor yang dapat memicu kekerasan pada pilkada serentak. Seperti politik uang atau kecurangan rekapitulasi suara di tingkat TPS hingga kecamatan.
Faktor lainnya, kata dia, yaitu adanya konteks lokal yakni adanya konteks fanatisme yang kuat antara calon dan massa pendukung.
"Ini akan menimbulkan gesekan jika nanti ditemukan kecurangan-kecurangan. Di Poso sudah tercium konflik soal SARA pada kandidat dan massanya," ujarnya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Angka tersebut merupakan proyeksi jika berkaca dari sengketa hasil pilkada sebelumnya.
Baca SelengkapnyaDewan Ketahanan Nasional (Wantannas) mengungkap potensi kerawanan konflik di daerah yang menggelar Pilkada serentak 2024.
Baca SelengkapnyaPelaksanaan Pilkada secara serentak nanti memiliki kerawanan yang lebih besar dibandingkan Pilpres maupun Pileg.
Baca SelengkapnyaAdapun Pilkada Serentak 2024 akan digelar di 545 kabupaten/kota pada total 37 Provinsi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKonflik menjadi salah satu aspek yang tidak dapat lepas dalam kontestasi pemilihan umum.
Baca SelengkapnyaJawa Tengah menjadi salah satu titik rawan Pilkada 2024, KPU beberkan sejumlah faktornya.
Baca SelengkapnyaMenteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengklaim pelaksanaan Pilkada 2024 mengukir sejarah baru dalam Pemilu di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTemuan 12 daerah rawan konflik ini berdasarkan hasil pemetaan Polda Papua.
Baca SelengkapnyaSejak tahun tersebut, jumlah provinsi yang menggelar Pilkada serentak terus bertambah.
Baca SelengkapnyaIni terjadi karena pemilih dan peserta atau calon kepala daerah memiliki kedekatan yang lebih, bahkan diwarnai unsur kekeluargaan dalam kompetisi.
Baca SelengkapnyaTiga kategori tersebut yakni indikator TPS rawan paling banyak terjadi, banyak terjadi, dan tidak banyak terjadi tetapi perlu diantisipasi.
Baca Selengkapnya"Jangan mengambil rIsiko terlalu tinggi," kata Mendagri Tito.
Baca Selengkapnya