Batu sandungan Jokowi di Pilpres 2019
Merdeka.com - Sejumlah lembaga survei masih menempatkan nama Joko Widodo sebagai calon terkuat jika kembali maju sebagai calon presiden di Pemilihan Presiden 2019. Rata-rata, tingkat elektabilitas Joko Widodo jelang Pemilihan Presiden 2019 cenderung naik di angka 40-45 persen. Namun, kenaikannya dinilai lamban. Sementara di belakang Joko Widodo membuntuti rival terkuatnya yakni mantan Danjen Kopassus yang kini menjadi Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi dinilai belum berada di zona aman. Alasannya, separuh jumlah pemilih di Indonesia masih bisa berubah pilihannya. Ada beberapa isu yang dinilai berpotensi menjegal Jokowi di pertarungan 2019. Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti melihat isu itu sudah mulai dimainkan dan terbukti memengaruhi lambannya kenaikan elektabilitas Jokowi. Lambatnya kenaikan elektabilitas Jokowi diyakini terimbas politik suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Jokowi kerap diserang isu komunisme hingga terlalu mengistimewakan atau memiliki orientasi pada perekonomian China.
"Kenapa lambatnya elektabilitas Jokowi? Dugaan saya karena masih terkena imbas dari politik SARA," kata Ray di D Hotel, Jalan Sultan Agung, Setia Budi, Jakarta Selatan, Selasa (26/12).
-
Bagaimana pengaruh Jokowi terhadap Pilgub Jateng? Responden yang puas dengan kinerja presiden Jokowi mendukung Kaesang dengan 33,8 persen. Di posisi kedua Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi 29,1 persen dan diposisi ketiga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul 14,8 persen.
-
Siapa yang menilai Jokowi layak jadi Wantimpres? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menilai, Presiden Joko Widodo (Jokowi) layak untuk menjadi bagian dari Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia di pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
-
Di mana Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Apa harapan Jokowi untuk Pemilu 2024? 'Ya ini adalah pesta demokrasi kita berharap ini betul-betul jadi pesta rakyat, dan juga berlangsung dengan jurdil, luber dan diiktui oleh seluruh rakyat Indonesia dengan kegembiraaan karena ini adalah pesta rakyat. Pesta demokrasi,' jelasnya.
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
Permainan isu SARA diyakini tidak akan terhenti dan akan dihembuskan di Pilkada serentak 2018, Pemilu hingga Pilpres 2019. Isu SARA digunakan untuk kepentingan politik karena memiliki dampak signifikan menghancurkan elektabilitas lawan politik. Selain itu, efeknya berkepanjangan. Selain efek signifikan, isu SARA banyak dipakai karena muncul suasana yang melegalkan tindakan politik SARA.
"Jadi SARA tidak bermasalah karena dianggap mengamalkan kepercayaan tertentu, ada kegamangan," ujarnya.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Arif Susanto melihat, konflik di masyarakat bakal terjadi hingga Pilpres 2019. Isu-isu yang digunakan beragam. Mulai dari ketidakpuasan elit politik dalam pembagian kekuasaan. Ketidakpuasan itu tergambar di 3 tahun pemerintahan Jokowi-JK di mana sikap politik dua kaki PAN antara mendukung pemerintahan dan oposisi.
Yang juga perlu disikapi adalah permainan isu jika masyarakat tidak puas dengan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Pemicunya, ekonomi tidak merata di seluruh wilayah Indonesia.
"Ekonomi cenderung stabil 3 tahun, tapi ada kesenjangan besar. Pertumbuhan tidak diikuti dengan distribusi merata. Lebih parah kalau tidak ada kepuasan pembangunan," Arif di D Hotel, Setia Budi, Jakarta Selatan, Selasa (26/12).
Isu ketiga yang berpotensi jadi batu sandungan Jokowi adalah penilaian jika pemerintah gagal dalam penegakan hukum, HAM dan antikorupsi. Arif menyinggung buruknya kualitas penegakan hukum di Indonesia. Penyebabnya karena Presiden Joko Widodo memercayakan institusi penegak hukum dipimpin dari unsur partai politik. Contohnya, Yasonna Laoly menjadi Menteri Hukum dan HAM serta M Prasetyo di posisi Jaksa Agung. Laoly merupakan kader PDIP dan Prasetyo berasal dari Partai NasDem.
Arif juga menyoroti soal banyaknya aparatur sipil negara tersangkut kasus korupsi oleh KPK serta janji Jokowi menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu seperti pembunuhan aktivis Munir.
"Kesalahan Jokowi adalah mengangkat Menkum HAM dan Jaksa Agung seorang politikus. Selama itu tidak akan pernah prestasi hukumnya Jokowi bagus. Kalau mau bagi, ganti Jaksa Agung dan Menkum HAM," tegas Arif.
Terakhir, lanjut Arif, peluang konflik besar jika tidak ada institusi sosial di luar politik yang mampu memoderasi politik.
"Agama enggak lupa diseret ke politik. Jadi tidak ada institusi di luar politik yang bisa diharapkan untuk jadi jalan keluar di jalan politik," ucapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi menyebut, rakyat bebas memilih siapapun calon presiden yang disenanginya.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, pengaruh Jokowi masih dinilai kuat sehingga diprediksi mampu menarik ceruk pemilih yang belum menentukan pilihan atau undecided voters pada Pilkada
Baca SelengkapnyaJokowi menanggapi hasil survei Ahmad Luthfi-Taj Yasin (Luthfi-Yasin) yang kalah dari pasangan calon Andika-Hendi
Baca SelengkapnyaJokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi buka suara terkait tudingan menghambat dan menjegal langkah politik Anies Baswedan di Pilkada Serentak, Jumat (30/8).
Baca SelengkapnyaPresiden RI ke-7 Joko Widodo menjawab rencananya bergabung partai lain, usai dipecat dari PDIP
Baca SelengkapnyaJokowi beralasan, fokusnya bekerja saat ini juga dilandasi kekhawatiran situasi global yang tidak menentu.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto dinilai mendapatkan ‘Jokowi Effect’ yang membuat elektabilitasnya kian tinggi jelang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaSurvei Litbang Kompas menjelaskan, kalangan yang termasuk ke dalam kelompok undecided voters atau pemilih ragu-ragu
Baca SelengkapnyaJokowi effect diyakini mampu mendongkrak elektabilitas Prabowo-Gibran
Baca SelengkapnyaHabiburokhman menyebut sosok Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep memenuhi syarat maju Pilkada.
Baca SelengkapnyaKondisi demokrasi Indonesia menjadi sorotan di era Presiden Jokowi
Baca Selengkapnya