Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Beda sikap generasi muda dan tua Golkar usai Setnov jadi tersangka

Beda sikap generasi muda dan tua Golkar usai Setnov jadi tersangka Pimpinan DPR sikapi status tersangka Setnov. ©2017 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Merdeka.com - Partai Golkar mengatur strategi usai Ketua Umum mereka, Setya Novanto ditetapkan tersangka oleh KPK terkait kasus korupsi e-KTP. Namun ternyata terjadi perbedaan pendapat antara generasi tua dan muda dalam menanggapi permasalahan ini.

Generasi tua memutuskan untuk terus mempertahankan Novanto sebagai pemimpin partai. Bahkan mereka memastikan tidak akan ada Musyawarah Nasional Luar Biasa untuk mengganti Ketua DPR itu.

Namun, Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) meminta Novanto mengundurkan diri dari jabatannya. Menurut anggota GMPG Siradjuddin Abdul Wahab, hal itu dilakukan untuk mempercepat Munaslub, memilih ketua umum yang baru.

"Kita meminta untuk Setya Novanto mundur dan juga meminta Munaslub untuk mempercepat. Kami akan road show baik dalam kelembagaan internal maupun eksternal. Nanti akan kita tindak lanjuti ke mahkamah partai berkaitan dengan permintaan kita untuk ketua umum meletakkan jabatannya," kata Siradjuddin, di Senayan, Jakarta Pusat, (19/7).

Mereka juga meminta KPK untuk segera menahan Novanto. Usai lembaga antirasuah itu menetapkan Ketua Umum Golkar tersebut sebagai tersangka kasus e-KTP.

"Kami minta pada KPK saudara Setya Novanto sudah harus ditahan dan kami seluruh kader muda Golkar mendukung kerja KPK," kata anggota GMPG Mizwar Bz Vaully.

Mizwar meminta agar Novanto bisa ditangkap dalam kurun waktu 24 jam. Selain itu dia juga meminta agar Novanto bisa segera mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPR dan juga Ketua Umum Golkar.

"Kami juga minta Setya Novanto untuk mundur karena ini berdampak buruk. Kalau bisa Setya Novanto ditangkap dalam waktu 24 jam," tegasnya.

Pandangan berbeda disampaikan Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid. Nurdin mengatakan DPP Partai Golkar tak akan menggelar munaslub. Sebab ada aturan hasil Rapimnas yang menyepakati tak akan adanya munaslub.

"Di awal tahun 2016 dengan dilakukan rapat sinkronisasi nasional salah satu (hasilnya) ada tidak berkendak untuk melakukan munaslub," katanya di DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Selasa (18/7).

Usai melaksanakan rapat sinkronisasi nasional tersebut, para ketua DPD melakukan silaturahmi yang juga mengusulkan keputusan serupa. Keputusan pada Rapimnas 2017 juga kembali dibahas bahwa tak akan ada pelaksanaan munas luar biasa.

"Kemudian juga pada Rapimnas juga telah ditetapkan hal yang sama sebab Rapimnas keputusan tertinggi setelah munas," ujar Nurdin.

Itulah yang menjadi dasar tak dilaksanakannya munaslub pasca penetapan tersangka Setya Novanto. "Itulah yang mendasar. Itu kondisi objektif," tegasnya.

Sementara itu dari segi subjektif, saat ini Partai Golkar tengah menghadapi persiapan pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2018 dan Pileg 2019. Berbagai persiapan tersebut memerlukan waktu satu tahun sebelum pelaksanaan.

Nurdin mengatakan, untuk pelaksanaan Pilkada serentak persiapan dilakukan sejak pertengahan tahun 2017. Sementara untuk pelaksanaan Pileg 2019 persiapan dilakukan sejak tahun 2018.

Bila kegiatan Munaslub dilakukan tahun ini, pihaknya khawatir akan mengganggu jalannya proses politik yang telah terencana sedemikian rupa.

"Sehingga kalau ada munaslub akan mengganggu untuk pemenangan Pilkada serentak dan Pileg 2019," tandasnya.

Bahkan, Ketua Bidang Polhukam DPP partai Golkar Yorrys Raweray menilai, proses hukum Novanto masih berjalan sangat panjang. Dia mengaku ada strategi tengah disusun internal partai dalam menangani kasus ini.

"Ini kan proses hukum masih panjang. Kita ada strategi di dalam," kata Yorrys.

Meski begitu, dia membantah bila sikap diambil Golkar ini sebagai wujud mempertahankan jabatan Setya Novanto. Sebab, Partai Golkar menganut sistem asas praduga tak bersalah. Apalagi penetapan tersangka dalam kasus e-KTP baru dikeluarkan pada Senin lalu.

"Siapa yang pertahankan? Tidak ada yang pertahankan. Ini kan status hukum baru tersangka, baru ditetapkan kemarin," ujarnya.

Dalam kasus ini, Golkar tidak pernah berpikiran bahwa pemimpinnya bakal mendekam di balik jeruji besi. Baginya terpenting menguatkan konsolidasi internal. "Jangan berandai-andai (Setnov masuk penjara) dulu. Ada yang tersangka tapi sampai sekarang belum di tahan. Ada mekanisme," terangnya.

Sebelumnya diketahui, Setya Novanto diduga menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena kedudukannya atau jabatannya, sehingga diduga mengakibatkan kerugian negara Rp 2,3 triliun dari nilai paket pengadaan sekitar Rp 5,9 triliun.

Dia disangkakan melanggar pasal 3 atau pasal 2 ayat 1 UU No 31 tahun 1999, sebagaimana diubah UU No 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Dalam kasus ini, sebelumnya KPK telah menetapkan tiga tersangka yaitu Dirjen Dukcapil Kemendagri Irman saat ini kasusnya sudah dalam proses persidangan. Kemudian Pejabat Pembuat Komitmen Dirjen Dukcapil Kemendagri Sugiharto juga telah melalui proses persidangan. (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Golkar soal Politik Dinasti: Alasan Anak Presiden Hanya untuk Mendiskreditkan Gibran
Golkar soal Politik Dinasti: Alasan Anak Presiden Hanya untuk Mendiskreditkan Gibran

Maman menilai bahwa majunya Gibran perlu dijadikan momentum khusus karena berhasil mempercepat regenerasi kepemimpinan.

Baca Selengkapnya
Jusuf Kalla: Ada Orang Dalam Undang Pihak Luar Kuasai Golkar, Mengkhianati Partai!
Jusuf Kalla: Ada Orang Dalam Undang Pihak Luar Kuasai Golkar, Mengkhianati Partai!

Internal Golkar kembali panas jelang Munas pemilihan ketua umum

Baca Selengkapnya
Dukung Prabowo, Ini Peta Pemilih Golkar dan PAN soal Capres di Survei Terakhir
Dukung Prabowo, Ini Peta Pemilih Golkar dan PAN soal Capres di Survei Terakhir

Dengan bergabungnya Golkar dan PAN, kini kekuatan politik Prabowo bertambah.

Baca Selengkapnya
Ramai-Ramai Anak Buah Asep Guntur Kecewa ke Pimpinan KPK: Cuci Tangan & Salahkan Bawahan
Ramai-Ramai Anak Buah Asep Guntur Kecewa ke Pimpinan KPK: Cuci Tangan & Salahkan Bawahan

Disusul dengan permintaan maaf Johanis ke TNI dengan menyebut penyelidiknya khilaf saat OTT (Operasi Tangkap Tangan) kasus dugaan suap di Basarnas.

Baca Selengkapnya
Moeldoko Endus Motif Politik di Balik Pengakuan Agus Rahardjo Dimarahi Jokowi soal E-KTP Setnov
Moeldoko Endus Motif Politik di Balik Pengakuan Agus Rahardjo Dimarahi Jokowi soal E-KTP Setnov

Moeldoko mempertanyakan Agus Rahardjo yang kembali mempersoalkan kasus yang sudah bergulir pada 2017.

Baca Selengkapnya
Airlangga dan Beringin yang Tak Pernah Berhenti Gonjang Ganjing
Airlangga dan Beringin yang Tak Pernah Berhenti Gonjang Ganjing

Partai Beringin tua kembali panas. Kini, giliran Airlangga Hartarto memutuskan untuk mundur dari kursi ketua umum Partai Golkar.

Baca Selengkapnya
Ketum Golkar: Dengan Sosok Under 40, Jawa Tengah Bisa Kita Rebut Kembali
Ketum Golkar: Dengan Sosok Under 40, Jawa Tengah Bisa Kita Rebut Kembali

Airlangga mengatakan, tokoh muda di bawah 40 tahun bisa menjadi senjata untuk memenangkan Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Cerita Sandiaga Dapat Tekanan Politik Saat Pilgub DKI 2017 dan Pilpres 2019
Cerita Sandiaga Dapat Tekanan Politik Saat Pilgub DKI 2017 dan Pilpres 2019

Sandiaga mengaku mendapatkan intimidasi dan tekanan politik saat 2017 dan 2019.

Baca Selengkapnya
Isu Jokowi Bakal Masuk Struktural Golkar, PDIP Sebut Rumor Selama ini Terbukti
Isu Jokowi Bakal Masuk Struktural Golkar, PDIP Sebut Rumor Selama ini Terbukti

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menanggapi isu Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal jadi dewan pembina Partai Golkar.

Baca Selengkapnya
PDIP Sebut Prabowo-Gibran Neo Orde Baru, Airlangga: Sekarang Zaman Reformasi
PDIP Sebut Prabowo-Gibran Neo Orde Baru, Airlangga: Sekarang Zaman Reformasi

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto buka suara terkait pasangan Prabowo-Gibran disebut sebagai 'neo orde baru'.

Baca Selengkapnya
Isu Jokowi dan Gibran Bakal Golkar, Begini Kata Sekjen PDIP
Isu Jokowi dan Gibran Bakal Golkar, Begini Kata Sekjen PDIP

Namun, kata dia untuk membangun peradaban politik yang berpihak kepada kehendak rakyat.

Baca Selengkapnya
Jokowi Tanggapi Pengakuan Agus Rahardjo soal Kasus e-KTP Setnov: Untuk Apa Diramaikan Itu?
Jokowi Tanggapi Pengakuan Agus Rahardjo soal Kasus e-KTP Setnov: Untuk Apa Diramaikan Itu?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara terkait pernyataan mantan Ketua KPK Agus Rahardjo yang diminta di untuk memberhentikan kasus e-KTP.

Baca Selengkapnya