Bekas sopir yang mengadu peruntungan jadi wali kota Malang
Merdeka.com - Ibarat roda yang berputar, kehidupan salah satu calon wali kota Malang 2013, Haji Mochammad Anton juga pernah berada di bawah. Sebelum menjadi pengusaha sukses sebagai penyuplai tetes tebu ke perusahaan besar di Indonesia, Anton pernah kerja serabutan sebagai sales bahkan sopir.
Sejak duduk di bangku sekolah, pria 37 tahun itu sudah melakoni usaha kecil-kecilan sebagai penjual kue. Maklum, dirinya sudah lahir dari keluarga pas-pasan bahkan bisa dibilang kurang mampu. Selain berjualan kue dirinya juga menjadi penjual sembako. Setiap hari dirinya harus berkeliling dari kampung ke kampung untuk mengantarkan sembako.
"Saya sempat menjadi sopir saat SMA dan kuliah," katanya kepada merdeka.com, Selasa (21/5). Dari pengalaman itu, pria yang sempat mengenyam pendidikan di jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan sampai semester enam ini kemudian bekerja di Surabaya, lagi-lagi menjadi sopir. Dia mengambil cuti terminal dan alhasil kuliahnya tidak pernah lulus, karena kondisi keuangannya.
-
Kenapa pria paruh baya itu jualan pulpen? Saat ditanya, ia mengungkapkan jika dirinya akan terus berjualan pulpen ketimbang dirinya harus minta-minta alias menjadi pengemis di pinggir jalan.
-
Dimana pria itu bekerja? Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), insiden ini dengan cepat menjadi postingan tren teratas di platform media sosial China Weibo pada tanggal 19 September.
-
Dimana dia berjualan? Saat ini ia rutin mangkal di Jalan Bulak Rantai, Kampung Tengah, Kecamatan Kramat jati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
-
Dimana pemuda itu bekerja? Pada Minggu malam, biro pegawai negeri Suzhou, sebuah kota di Provinsi Anhui bagian barat daya, mengumumkan penerimaan rekrutmen kedua untuk tahun ini.
-
Apa yang dijual oleh pria paruh baya tersebut? Dalam video itu tampak seorang pria paruh baya yang sedang menjajakan barang dagangannya yakni sebuah pulpen.
-
Siapa pria penjual pulpen tersebut? Menurut keterangan unggahan, pria paruh baya bernama Ahmad ini menjual pulpen dengan harga Rp 3 ribu saja.
Tak disangka, dia bertemu dengan seseorang dari Jakarta yang meminta dirinya untuk mencarikan tetes tebu pada 1998. "Di sini saya jadi perantara," katanya. Saat itu, belum ada orang yang melirik usaha tetes tebu karena dianggap sebagai limbah. Meski berbeda jauh dari bidang pendidikan yang dia tempuh, Anton menyanggupi permintaan tersebut. Dengan gigih dia berhasil memenuhi permintaan tetes tebu dari Pabrik Gula Krebet Bululawang. Dia melakoni usaha tetes tebu tanpa modal dan pengalaman tentang tebu.
"Saat itu saya mampu mengirimkan 3.000 ton dengan omset ratusan juta," lanjutnya. Padahal dia mendapatkan secara gratis karena dianggap limbah oleh masyarakat. Kala itu harganya masih sekitar RP 150.000 per ton, saat ini harganya bisa mencapai Rp 2,5 juta," ujarnya.
Tak lama kemudian dia berhenti jadi perantara dan menyuplai tetes tebu secara langsung ke salah satu pabrik penyedap rasa. Sampai saat ini Anton mampu menyuplai tetes tebu ke dua pabrik besar penyedap rasa sebanyak 300 ribu ton per tahun. Tetes tebu yang dihasilkan tidak hanya dari pabrik gula di Jawa Timur, melainkan di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Omzet yang diraih pun jumlahnya miliaran.
Kesuksesan dalam melanggengkan usaha tetes tebu tidak lepas dengan sinerginya dengan petani tebu. Dia membina lebih dari 10 ribu petani tebu di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Meski berlatar belakang pengusaha, dia optimis untuk memajukan masyarakat Malang. "Banyak yang bertanya, pengusaha bisa apa?" ungkapnya. Tentu dia juga belajar mengenai politik. Setelah empat bulan terjun ke politik, dia mempunyai kesan tersendiri. "Dunia politik banyak permainan kotor," bebernya.
Jika dia terpilih sebagai wali kota nanti, ayah tiga anak itu berujar akan berintegrasi dengan KPK. Serta mengajak staf ahli untuk membangun kota Malang menjadi lebih baik. Dalam pilkada Malang, Kamis besok, Anton akan bersaing dengan kandidat kuat seperti Sri Rahayu-Priyatmoko Oetomo serta Heri Puji Utami-Sofyan Edi Jarwoko.
Survei yang dilakukan Laboratorium Politik dan Rekayara Kebijakan (LaPoRa) FISIP Universitas Brawijaya (UB) menempatkan pasangan Moch Anton-Sutiaji (Aji) pada posisi teratas dengan raihan suara 41,4 persen dari total responden sebanyak 600 orang.
Sedangkan survei yang dilakukan oleh Lembaga Politics, Policy and Development Institute (Polldev) menempatkan pasangan Heri Puji Utami-Sofyan Edi Jarwoko (Dadi) pada urutan pertama dengan perolehan suara sebanyak 36 persen dari 1.500 responden.
Survei yang dilakukan LaPoRa pada 8-16 Mei dan Polldev pada 10-18 Mei. Responden yang disurvei LaPoRa merata di lima kecamatan dan sebagian besar laki-laki, yakni 63 persen, sedangkan Polldev juga dari lima kecamatan, namun diambil dari daftar pemilih tetap (DPT). (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejak SD hingga SMA, sosok ini selalu populer sebagai sosok yang aktif dan cerdas.
Baca SelengkapnyaTak hanya sosok Bahlil saja yang memiliki jabatan penting, Sri Suparni juga bukan sekedar ibu rumah tangga biasa.
Baca SelengkapnyaWalau dia tak tamat menempuh pendidikan di bangku SD, nyatanya kini ia berhasil menjadi seorang bos dengan punya banyak karyawan.
Baca SelengkapnyaIrham memulai perjalanan karirnya saat masih kuliah. Saat itu dia senang mempelajari ilmu yang berkaitan dengan pengembangan diri.
Baca SelengkapnyaDia nekat untuk memulai hidup mandiri sejak usia belia.
Baca SelengkapnyaSempat ditipu hingga ratusan juta, pengusaha bawang goreng satu ini justru makin sukses dengan penghasilan mencapai ratusan juta.
Baca SelengkapnyaPerjuangan keras harus ditempuh pria bernama Hadi di usianya yang masih belia.
Baca SelengkapnyaWarga Kelurahan Batuceper, Kota Tangerang ini justru memilih berjualan roti di depan rumahnya sembari mengisi waktu.
Baca SelengkapnyaIa pernah menjalani berbagai pekerjaan dan membuka sejumlah bisnis
Baca SelengkapnyaSelama menempuh pendidikan, dia memang tidak cukup cerdas dalam hal akademik. Sukyatno justru pernah dua kali tidak naik kelas saat bersekolah.
Baca SelengkapnyaKehidupan yang penuh kesulitan ini membentuk dia menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki tekad kuat untuk meraih kesuksesan.
Baca SelengkapnyaAyahnya pernah menjual donat saat kecil jadi modal Ega mantap berwirausaha.
Baca Selengkapnya