BPN Nilai KPK Tak Seperti Biasanya Saat Bantah Cap Jempol di Amplop Bowo Sidik
Merdeka.com - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjutak menilai ada yang janggal dari sikap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam konferensi pers operasi tangkap tangan (OTT) terhadap anggota Komisi VI DPR Fraksi Golkar Bowo Sidik Pangarso.
"Ini sangat aneh ya. Tradisi KPK pada saat konpers (konferensi pers) biasanya barang bukti ditunjukan lengkap, misalnya dalam OTT ada amplopnya, nah itu biasanya ditunjukin lengkap, nah ini kenapa tidak," ujar Dahnil di Media Center BPN, Jakarta Selatan, Sabtu (30/3).
Dalam konferensi pers OTT terhadap Bowo, KPK memperlihatkan amplop-amplop yang disita dalam operasi senyap terkait kasus dugaan suap kerjasama pengangkutan menggunakan kapal PT. Humpuss Transportasi Kimis (PT. HTK).
-
Siapa yang ditangkap KPK? Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menahan Bupati Labuhanbatu Erick Adtrada Ritonga setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap proyek pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara.
-
Siapa yang diperiksa KPK? Mantan Ketua Ferrari Owners Club Indonesia (FOCI), Hanan Supangkat akhirnya terlihat batang hidungnya ke gedung Merah Putih, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin (25/3) kemarin.
-
Siapa yang diperiksa oleh KPK? Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenkumham) Edward Omar Sharif Hiariej alias Eddy Hiariej rampung menjalani pemeriksaan penyidik KPK, Senin (4/12).
-
Bagaimana DPR saran KPK mengusut kebocoran OTT? Bahkan Sahroni merekomendasikan KPK untuk berkolaborasi dengan instansi-instansi terkait, jika ingin serius mengungkap dugaan ini.
-
Kenapa DPR mendukung KPK mengungkap kebocoran OTT? 'Komisi III mendukung penuh KPK untuk segera membongkar indikasi ini. Karena kalau sampai benar, berarti selama ini ada pihak yang secara sengaja merintangi dan menghambat agenda pemberantasan korupsi.'
Awalnya, tim Satgas memperlihatkan beberapa amplop yang disita. Namun ketika wartawan meminta klarifikasi soal dugaan cap jempol di 400.000 amplop yang disita tersebut, awak lembaga antirasuah tidak mengizinkan.
"Nah itu menimbulkan kecurigaan banyak hal, ditambah lagi kan berseliweran informasi ada kode-kode terkait dengan Pilpres, sehingga tidak ditunjukan, saya pikir untuk menghindari fitnah, muncul praduga, ya KPK lakukan lah hal yang selama ini mereka lakukan saja," kata Dahnil.
Menurut pandangan Dahnil, biasanya KPK selalu memperlihatkan keseluruhan barang bukti yang diamankan. Namun dalam jumpa pers terkait OTT Bowo, Dahnil melihat KPK tak seperti biasanya.
"Waktu itu kan Bu Basaria (yang jumpa pers), ada penyidik juga, biasanya penyidik dan pimpinan membuka barang bukti. Kalau seandainya ada terkait dengan Pilpres ya kan bukan masalah KPK, KPK bekerja sebagaimana mestinya saja," kata Dahnil.
Sebelumnya, Basaria dan Juru Bicara KPK Febri Diansyah sudah membantah tak ada cap jempol dalam amplop yang keseluruhannya senilai Rp 8 miliar.
"Apa ada cap jempol? Kita pastikan tidak ada," kata Basaria.
"Mungkin besok kalau sudah diperlukan, tapi seizin penyidik. Hasil pemeriksaan tim kita, dia katakan uang sama tujuan untuk serangan fajar, itu pengakuan dari dia untuk kepentingan dia karena ingin mencalonkan diri lagi jadi anggota DPR," kata Basaria.
Senada dengan Basaria, Febri juga menolak membuka satu dari ratusan ribu amplop itu. Menurut Febri, ada prosedur hukum yang harus dilakukan jika harus membuka meski hanya satu amplop.
"Amplop-amplop di dalam kardus yang ada tadi dalam posisi dilem (perekat). Untuk mengubahnya dibutuhkan berita acara karena ada prosedur mengubah barang bukti. Nanti kalau majelis hakim di persidangan membutuhkan untuk dibuka, maka akan dilakukan," kata Febri.
Pernyataan keduanya juga dikuatkan Ketua KPK Agus Rahardjo. "Saya pas dilaporin enggak ada (cap jempol di amplop) ya. Nanti saya (tanya) lagi," kata Agus.
Reporter: Fachrur Rozie (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dikabarkan kembali melakukan operasi tangkap tangan (OTT). Kali ini, petugas KPK melakukan OTT di Bondowoso, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaPelaporan tersebut dilakukan karena TKN Prabowo-Gibran menilai Bawaslu Jakpus tidak profesional dalam menangani dugaan pelanggaran pemilu oleh Gibran.
Baca SelengkapnyaKPK masih bungkam soal siapa yang terjaring OTT karena tim masih menjalankan tugasnya di lapangan.
Baca SelengkapnyaKPK menggelar operasi tangkap tangan (OTT) di Bondowoso, Jawa Timur
Baca SelengkapnyaNawawi menyinggung soal digitalisasi yang belum mampu menjawab semua tantangan.
Baca SelengkapnyaMekanisme OTT yang selama ini dilakukan KPK, menjadi salah satu pembahasan menarik selama fit and proper test Capim.
Baca SelengkapnyaWalaupun sudah mengamankan sejumlah pihak, namun belum ada keterangan dari KPK.
Baca SelengkapnyaDua petinggi Kejari Bondowoso dikabarkan terjaring dalam operasi tangkap tangan (OTT) dilakukan KPK.
Baca SelengkapnyaMantan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang heran dengan sikap Pimpinan Firli Bahuri dkk yang menyampaikan permintaan maaf.
Baca SelengkapnyaOTT ini terkait kasus korupsi di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaPDIP bereaksi keras atas tindakan KPK yang memeriksa Kusnadi, asisten Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan menyita barang miliknya tanpa prosedur.
Baca SelengkapnyaDisusul dengan permintaan maaf Johanis ke TNI dengan menyebut penyelidiknya khilaf saat OTT (Operasi Tangkap Tangan) kasus dugaan suap di Basarnas.
Baca Selengkapnya