BPN Soal Survei Litbang Kompas: Pemilih yang Rahasiakan Pilihan Cenderung ke Prabowo
Merdeka.com - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga menilai pasangan calon petahana Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih memungkinkan untuk dikalahkan. Hal ini menyikapi hasil survei Litbang Kompas yang menyebut selisih elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga hanya 11,8 persen.
"Dengan berbagai catatan yang mengiringi, survei Kompas menjadi bukti bahwa Jokowi-Ma’ruf masih belum aman dan potensial untuk dikalahkan. Hal ini juga kelihatannya dirasakan dan diketahui oleh Jokowi," kata Juru Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Saleh P Daulay kepada merdeka.com, Rabu (20/3).
Menilik survei itu, kata Saleh, mengindikasikan banyak pemilih yang masih merahasiakan pilihannya sebenarnya pendukung Prabowo-Sandiaga. Apalagi, hasil survei dari Litbang Kompas sebelumnya menyebutkan elektoral paslon 01 cenderung merangkak turun.
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Siapa yang mempertanyakan data kerawanan Pemilu di Kaltim? Isran mempertanyakan data yang dikeluarkan oleh Bawaslu tersebut. Sebab dalam riwayatnya, Kaltim tak pernah mengalami kericuhan dalam penyelenggaraan Pemilu.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Bagaimana pengaruh Jokowi terhadap Pilgub Jateng? Responden yang puas dengan kinerja presiden Jokowi mendukung Kaesang dengan 33,8 persen. Di posisi kedua Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi 29,1 persen dan diposisi ketiga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul 14,8 persen.
-
Bagaimana cara Jokowi mempersiapkan Prabowo? 'Jadi, Mas Bowo berangkat ke sini ketemu ini jadi beliau yang saya siap pak siap bener saya ke Tiongkok atas petunjuk beliau saya ke Jepang saya sekarang di perintahkan untuk ke Timur Tengah karena sangat penting,' imbuh dia.
-
Siapa yang unggul dalam survei Pilkada Jabar? 'Ini nama nama yang muncul di kalangan elite, Dedi Mulyadi muncul dari internal Gerindra, Ilham Akbar Habibie dari Nasdem, Ridwan Kamil dari Golkar,' kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan surveinya pada 4 Juli 2024 lalu.
"Kalau dibuat perbandingan dengan survei kompas di bulan Oktober, kelihatan bahwa Jokowi-Ma'ruf turun, dan Prabowo-Sandi hasilnya naik. Sementara yang merahasiakan pilihannya makin sedikit. Itu artinya, mereka yang merahasiakan pilihan cenderung akan menjatuhkan pilihan pada Prabowo-Sandi," ujarnya.
"Kalau itu yang terjadi, tentu petahana sangat tidak aman. Sebab, inkumben bila mau aman, minimal harus di atas 60%. Faktanya sekarang sudah di bawah 50 persen," sambung Saleh.
Sementara itu, BPN Prabowo menganggap hasil survei ini tidak mengejutkan. Sebab, survei internal BPN menunjukkan Prabowo-Sandiaga unggul dari jagoan Koalisi Indonesia Kerja.
"Kalau di internal, hasil survei kompas ini tidak mengejutkan. Sebab, hasil survei internal kami menunjukkan bahwa Prabowo-Sandi sudah menang. Dan itu akan terus dinaikkan hari pencoblosan. Masih cukup waktu untuk meyakinkan masyarakat," ungkap dia.
Oleh karenanya, Wasekjen PAN ini mengaku tidak heran kubu Jokowi kerap memakai instrumen dan program pemerintah untuk menjaga suara Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Tidak heran jika semua instrumen yang dimiliki incumben dipergunakan, termasuk mempercepat penyaluran bantuan-bantuan sosial yang ada. Sayangnya, strategi itu kelihatannya tidak terlalu efektif dan berdampak dalam meningkatkan elektabilitas petahana," klaimnya.
Saleh menambahkan, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf stagnan lantaran hanya menjanjikan program tanpa ada perubahan berarti bagi masyarakat.
"Tidak ada program yang menjanjikan dan diharapkan masyarakat mampu membawa perubahan. Yang ditawarkan itu saja. Sementara itu, masyarakat tahu bahwa bantuan sosial yang digelontorkan adalah hak mereka dari APBN. Bukan dari dana petahana," tandasnya.
Dikutip merdeka.com dari Harian Kompas Rabu (20/3), berdasarkan survei terbaru Litbang Kompas elektabilitas Jokowi dan Prabowo saat ini lebih tipis dibandingkan survei Litbang Kompas Oktober 2018. Elektabilitas Jokowi dan Prabowo saat ini hanya selisih 11,8 persen. Jokowi - Maruf mendapat perolehan suara 49,2 persen, sedangkan Prabowo-Ma'ruf 37,4 persen. Sebanyak 13,4 persen masih merahasiakan pilihannya.
Metode pengumpulan pendapat menggunakan wawancara tatap muka sejak tanggal 22 Februari - 5 Maret. Survei ini diikuti 2.000 responden yang dipilih secara acak dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Tingkat kepercayaannya 95 persen dengan margin of error penelitian plus/minus 2,2 persen.
Sebelumnya pada Oktober 2018 lalu, Litbang Kompas juga telah merilis elektabilitas dua pasangan capres. Saat itu, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebanyak 52,6 persen sedangkan Prabowo- Sandiaga Uno 32,7 persen. Sebanyak 14,7 persen masih merahasiakan pilihannya. Saat itu, selisih suara keduanya masih 19,9 persen.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jika tren angka 51,8 persen Prabowo-Gibran terus naik maka potensi satu putaran cenderung meningkat.
Baca SelengkapnyaHasto menyampaikan, di Jawa Tengah pihaknya optimis bisa meraup suara untuk Ganjar-Mahfud sebesar 62 persen.
Baca SelengkapnyaElektabilitas Prabowo-Gibran di lembaga survei selalu unggul
Baca SelengkapnyaTKN Fanta Prabowo-Gibran, menilai sah-sah saja bila ada pihak beda pandangan atau tidak percaya survei
Baca SelengkapnyaPergerakan akar rumput Ganjar-Mahfud nyaris tidak ada
Baca SelengkapnyaMuhaimin enggan menanggapi hasil survei yang mengunggulkan Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaSebaliknya, penurunan dialami pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Padahal, Ganjar pernah menjabat Gubernur Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaSejumlah lembaga survei memotret elektabilitas atau tingkat keterpilihan capres dan cawapres empat hari menjelang pencoblosan.
Baca SelengkapnyaElektabilitas pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD berada di posisi terbawah yakni 15,3 persen.
Baca SelengkapnyaNamun, pemilih bimbang masih cukup tinggi mencapai 28,7 persen
Baca SelengkapnyaLembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei simulasi putaran kedua pada Pilpres 2024. Survei dilakukan 23 November sampai 1 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaIa menduga survei-survei yang dimunculkan hari ini merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya pengondisian untuk memainkan psikis publik.
Baca Selengkapnya