Busyro Muqoddas Harap Kabinet Indonesia Maju Disusun Atas Konsep Meritokrasi
Merdeka.com - Mantan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas menilai susunan Kabinet Indonesia Maju yang baru dilantik Presiden Joko Widodo kemarin, banyak memiliki kekurangan. Ada sejumlah kementerian yang dipegang oleh tokoh yang tidak sesuai.
Namun dia berharap, susunan kabinet tersebut berdasarkan konsep meritokrasi. Busyro mengkritisi komposisi kabinet Jokowi tersebut. Selain penegakan hukum ke depan, juga terkait Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilebur dengan Kemenristek Pendidikan Tinggi.
"Penempatan sejumlah orang pada kementerian tertentu itu sesuai atau tidak dengan konsep meritokrasi 'the right man on the right job'," ujar Busyro seusai menghadiri Sidang Senat Terbuka Hari Jadi ke-61 Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Solo, Kamis (24/10).
-
Kenapa Jokowi tidak ikut campur dalam kabinet? 'Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024,' kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Bagaimana tanggapan Jokowi soal Kabinet Prabowo? Jokowi mengaku tak memberi masukan kepada Prabowo soal penambahan kementerian. 'Kabinet yang akan datang ditanyakan dong kepada presiden terpilih. Tanyakan kepada presiden terpilih. Tanyakan pada presiden terpilih,' kata Jokowi kepada wartawan di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi, Depok, Jawa Barat, Selasa (7/5).
-
Kenapa bukber Kabinet Jokowi tidak dihadiri semua menteri? Sangat terbatas, tidak semua menteri hadir termasuk dari PDIP, PKB dan NasDem.
-
Kenapa Jokowi reshuffle kabinetnya? Presiden Joko Widodo kembali melakukan reshuffle kabinet menteri dan wakil menteri hari ini Senin (17/7).
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa saja yang menolak pembentukan Kementerian Agama? Pada sidang PPKI 19 Agustus 1945 lagi-lagi pembentukan Kementerian Agama diusulkan, tetapi hanya 6 orang yang menyetujui. Beberapa tokoh penting justru menolak usulan ini. Siapa saja? Ada Johannes Latuharhary yang mengusulkan kepada rapat agar masalah-masalah agama diurus Kementerian Pendidikan. Rupanya usul tersebut didukung seorang wakil Islam dari Lampung, yaitu Abdul Abbas. Selain itu, Iwa Kusumasumatri, seorang nasionalis dari Jawa Barat, setuju gagasan perlunya Kementerian Agama. Hanya saja, karena pemerintah itu sifatnya nasional, agama seharusnya tidak diurus kementerian khusus. Penolakan juga datang dari tokoh pendidikan Taman Siswa, yaitu Ki Hadjar Dewantara. Beliau lebih suka urusan-urusan agama menjadi tugas Kementerian Dalam Negeri.
Dia tidak setuju jika penentuan kementerian berdasarkan dari selera, seperti disatukannya Kemendikbud dan Kemenristekdikti. Dia mempertanyakan apakah penyatuan dua kementerian itu melalui evaluasi oleh kalangan yang kompeten atau tidak atau hanya ditentukan berdasarkan selera.
Dia berharap kondisi tersebut segera direspons oleh pihak istana mengingat dua kementerian ini sangat menentukan perkembangan sumber daya manusia (SDM) ke depan.
"Kalau sampai salah menafsirkan prinsip 'the right man on the right job' itu menjadi hal yang sangat kompleks akibatnya, sehingga mestinya setiap keputusan itu didasarkan pada evaluasi," katanya.
Penentuan menteri dalam kabinet, menurutnya, juga harus didukung dengan rekam jejak yang jelas. Orang yang ditunjuk harus memiliki perhatian lebih terhadap bidang yang diduduki. Selain itu, isu yang diangkat oleh setiap kementerian untuk segera diselesaikan harus tepat sasaran.
"Seperti misalnya Kementerian Agama, isunya mengapa radikalisme. Pertanyaannya, apakah radikalisme ini istilah yang sudah tepat. Bukankah itu sulit dipertanggungjawabkan secara akademis," terangnya.
Tokoh Muhammadiyah ini menilai, penyebab radikalisme terkesan hanya ditujukan kepada agama tertentu, dalam hal ini agama Islam. Dia berharap pemerintah juga memperhatikan penyebab lain radikalisme, di antaranya pada kesenjangan ekonomi dan ketidakadilan sosial.
Sementara itu, kata dia, dalam penegakan hukum ke depan sangat ditentukan oleh suprastruktur kekuasaan pemerintah, baik dari Istana maupun DPR. Hal itu dapat dilihat dari penanganan RUU KPK yang kini sudah menjadi UU serta RUU Pertanahan.
"Dalam RUU Pertanahan, beberapa pasal menunjukkan dominasi dari negara di dalam sektor pertanian. Itu memberikan peluang lebih besar kepada korporasi daripada kepada rakyat yang berdaulat untuk bisa memiliki tanah," katanya.
Kehadiran Mahfud MD di posisi Menko Polhukam, menurut Busyro, tetap tidak mudah memberikan dampak besar. Penyebabnya, Mahfud dibayangi beberapa tokoh yang lebih senior.
"Pak Mahfud MD kita harapkan bisa membenahi, tapi dia tidak bisa berdiri sendiri karena ada orang-orang lain yang punya senioritas dan pengalaman di dalam kultur Orde Baru, semisalnya sejumlah tokoh Orde Baru yang sekarang ini masih direkrut lagi. Akankah itu menjadi faktor Menko Polhukam ini bisa leluasa atau tidak," pungkas dia.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia memiliki universitas yang sangat banyak baik yang berstatus negeri maupun swasta.
Baca SelengkapnyaBahkan, penambahan jumlah menteri juga belum dibahas oleh Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaRespons Jokowi soal Rencana Prabowo Tambah Jumlah Kementerian Jadi 40
Baca SelengkapnyaPKB mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran sudah cukup.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi memberikan saran kepada pemerintahan terpilih untuk tidak sembarang memilih Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan.
Baca SelengkapnyaBudi mengaku banyak mendapat kritikan maupun celaan terkait kebijakannya.
Baca SelengkapnyaMuzani juga memastikan akan ada penambahan jumlah kementerian di kabinet Prabowo mendatang.
Baca SelengkapnyaKabinet hanya diisi oleh sejumlah orang saja, sehingga perlu sosok-sosok yang berkualitas.
Baca SelengkapnyaPrabowo minta kader terbaik Gerindra menjadi menteri di kabinetnya
Baca SelengkapnyaJK mengatakan, sebenarnya Indonesia pernah mempunyai 100 kabinet di era Soekarno.
Baca SelengkapnyaMenteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim resmi menyerahkan jabatan kepada tiga menteri
Baca SelengkapnyaMenurut Mahfud, Indonesia sudah terlalu banyak menteri di dalam suatu pemerintahan.
Baca Selengkapnya