Calon pemimpin dinilai tak cukup hanya modal IQ tinggi
Merdeka.com - Kecerdasan seseorang dinilai tak hanya dilihat dari intelligence quotient (IQ), tetapi juga harus ada keseimbangan dengan emotional intelligence (EQ), dan spiritual quotient (SQ). Selain itu perlu juga dimiliki seseorang yakni adversity quotient (AQ) untuk menghadapi masalah, terlebih jika orang tersebut adalah calon pemimpin.
"Awal menjadi pemimpin itu perlu keseimbangan antara IQ, EQ, dan SQ, serta AQ. Jadi mengukur kecerdasan tak cukup hanya dari salah satunya saja, karena malah penting ketika untuk calon pemimpin juga dilihat bagaimana kecerdasan menghadapi masalah dan kesulitan," kata Pakar Pendidikan Tukiman Taruna saat dihubungi, Kamis (5/6).
Jadi, tegas Tukiman, tidak bisa mengukur kecerdasan seseorang terlebih calon pemimpin nasional hanya dengan IQ saja.
-
Apa skill penting buat pemimpin? Jadi, buat kamu yang ingin menjadi pemimpin yang hebat, ada banyak skill khusus yang bisa kamu pelajari.
-
Apa yang diukur oleh IQ? Intelligence quotient (IQ) digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang. Skor dikumpulkan dengan menyelesaikan tes standar yang mengukur kemampuan memecahkan teka-teki, memori, dan banyak lagi.
-
Apa saja kriteria pemimpin yang baik? Selain itu, Anda juga harus tahu beberapa kriteria pemimpin yang baik.
-
Apa karakteristik penting pemimpin? 'Milikilah keinginan untuk membuat keputusan. Itu adalah kualitas terpenting dari seorang pemimpin yang baik.' - Tung Desem Waringin
-
Bagaimana cara menentukan IQ? Skor dikumpulkan dengan menyelesaikan tes standar yang mengukur kemampuan memecahkan teka-teki, memori, dan banyak lagi.
"Kalau IQ itu kan hanya kecerdasan otak saja, sementara AQ itu untuk ukuran otak ketika menghadapi kesulitan. Intinya dia tahan banting tidak dalam menghadapi kesulitan. Empat itu harus seimbang. Apa artinya cerdas otak kalau tak cerdas menghadapi kesulitan," jelasnya.
Empat hal itu, kata Tukiman, semua ada tesnya, dan hasilnya akan mengklasifikasi orang pada tiga kelompok. Pertama, kelompok orang pemogok, yakni orang yang kalau ada kesulitan atau ada masalah justru mogok, mutung, atau ngambek.
Kedua, orang yang kalau menghadapi kesulitan bukannya diselesaikan tetapi mengalihkannya ke persoalan lain. Orang yang seperti itu ibaratnya kelompok berkemah. Yang artinya dia mencoba untuk mengatasi kesulitan itu, tetapi kalau dirasa semakin sulit dia lalu berhenti di tengah jalan. Kemudian dia mendirikan kemah baru di situ untuk mengalihkan perhatian ke kemahnya.
Ketiga, adalah kelompok orang yang berani mendaki atau biasa disebut tahan banting. "Dalam konteks capres ini, silakan menilai capres siapa yang tahan banting menghadapi masalah dan kesulitan," ungkapnya.
"Nah kalau menghadapi masalah, lalu modelnya marah, tour ke luar negeri, atau marah-marah, ya itu kategori yang cari pengalihan," jelasnya.
Untuk melihat klasifikasi itu ke calon pemimpin, kata dia, rakyat bisa melihat bagaimana rekam jejaknya selama ini.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyrakat diimbau tidak golput pada Pilpres dan Pemilu 2024 mendatang.
Baca SelengkapnyaMahfud mengakui tidak ada calon yang sempurna. Semua calon pemimpin yang ada pasti memiliki kebaikan dan tidak luput adanya kejelekan yang dimilikinya.
Baca SelengkapnyaMuhajir yakin para santri sudah memiliki budi pekerti dan akhlak yang baik. Namun hal tersebut tak cukup untuk bisa menjadi pemimpin di masa depan.
Baca SelengkapnyaSudirman menyoroti syarat yang diatur dalam Pasal 169 Undang-Undang Pemilu Nomor 7 Tahun 2017.
Baca SelengkapnyaKartika Putri mendadak jadi sorotan saat menyarankan agar para capres untuk mengaji.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan, kriteria pemimpin itu bisa dilihat dari fisik, sifat hingga program.
Baca SelengkapnyaPertanyaan itu dilontarkan anggota Komisi II Fraksi PDI Perjuangan Komarudin Watubun saat rapat di Komisi II DPR, Jakarta, Selasa (31/10) malam.
Baca SelengkapnyaDalam Islam, pemilihan pemimpin adalah proses yang sangat penting dan harus dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang sesuai dengan prinsip syariah.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan tidak ingin mempermasalahkan dikotomi profesional dan orang partai untuk mengisi jabatan menteri.
Baca SelengkapnyaAnies membebaskan masyarakat memilih capres cawapres yang diinginkan
Baca SelengkapnyaJK mengatakan, wapres bukan ban serep. Wapres harus memiliki kemampuan dan kualitas yang sama dengan presiden.
Baca SelengkapnyaPemilu harus dilaksanakan bukan karena ingin mendapat pemimpin yang ideal.
Baca Selengkapnya