CSIS: Dari Kalkulasi Politik, Prabowo-Airlangga Paling Potensi Diusung Koalisi Besar
Merdeka.com - Peneliti CSIS Arya Fernandez menilai, Koalisi Besar sebagai solusi atas 'deadlock' penentuan capres di Koalisi Indonesia Besar (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR). Menurut dia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menengahi kebuntuan dalam mencari pasangan capres dan cawapres dengan Koalisi Besar.
Arya mengatakan, KIB dan KIR relatif tidak ada progres. Selama setahun terakhir telah terbentuk. Namun hingga kini capres maupun cawapresnya belum ada kejelasan.
"Kedua tidak ada mekanisme yang disepakati untuk menentukan bagaimana cara dalam menentukan capres itu," ujar Arya saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (10/4) malam.
-
Siapa yang akan menjembatani Jokowi dan PDIP? 'Pak Prabowo yang akan bisa menjembatani kembali, merajut kembali hubungan Pak Jokowi dengan PDIP. Kita tahulah, dalam hati mereka masing-masing sebenarnya sih sangat mungkin ketemu. Kenapa? Ya Pak Jokowi juga kan besar di PDI-P dan PDI-P juga kan pernah ikut dibesarkan Pak Jokowi,' kata Habiburokhman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/3).
-
Siapa yang dianggap pasangan tepat untuk diusung Koalisi Perubahan? Anies-AHY dianggap pasangan tepat untuk diusung Koalisi Perubahan sebagai capres dan cawapres di Pemilu 2024
-
Siapa calon gubernur dari Koalisi Indonesia Maju? 'Pak Andika bagus, kemudian dari segi perfom, pernah sama-sama [tugas]. Saya Kapolres beliau Komandan Paspampres, tak perlu risaukan, demokrasi harus rangkulan dan perbedaan merupakan rahmat yang harus dijalankan sama-sama,' ungkapnya.
-
Siapa yang mengusulkan Jokowi undang capres? Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi atau Habib Aboe mengusulkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang bakal capres Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto untuk makan siang di Istana Kepresidenan.
-
Siapa Ajudan Presiden Jokowi? Kapten Infanteri Mat Sony Misturi saat ini tengah menjabat sebagai ajudan Presiden Joko Widodo.
-
Apa tanggapan Gibran terkait usulan Jokowi sebagai pemimpin koalisi? 'Nggak ada, belum ada pembicaraan seperti itu.' Wali Kota Solo yang juga anak pertama Presiden Jokowi itu mengaku belum bisa memberikan tanggapan karena memang belum ada pembicaraan terkait usulan itu.
Dengan Koalisi Besar ini, ujar Arya, nantinya parpol bisa mencari titik temu untuk mengatasi masalah koalisi yang ada. Karena koalisi besar, lanjut dia, saat ini memiliki figur Presiden Jokowi.
"Jadi penting karena beliau menjadi semacam perekat, mempertemukan kepentingan partai yang berbeda. Dia bisa jadi jangkar politik," kata Arya lagi.
Meskipun begitu, Arya tak memungkiri jika koalisi besar yang terdiri dari Gerindra, Golkar, PKB, PPP dan PAN ini juga belum tentu solid. Apalagi, jika ada godaan dari PDIP untuk membentuk poros sendiri.
"Kerentanan terjadi kalau ada pengaruh eksternal politik misalnya manuver PDIP. Melobi satu atau dua partai di koalisi besar. Itu bisa terjadi," tegas Arya.
Peluang PDIP Bergabung
Menurut Arya, PDIP sangat mungkin bergabung dengan koalisi besar. Parpol besutan Megawati Soekarnoputri itu juga mungkin saja membentuk poros sendiri nantinya.
Arya mengatakan, sampai sekarang interest PDIP adalah capres harus kader. Kalau itu bisa dipenuhi koalisi besar, tutur dia, kemungkinan PDIP bisa bergabung.
"Tapi kalau koalisi besar enggak bisa menerima, capres harus dari salah satu kader di lima partai itu, maka PDIP bisa akan melakukan lobi-lobi ke salah satu partai ditarik keluar oleh PDIP," katanya.
Konfigurasi Capres
Arya menambahkan, apabila Koalisi Besar plus PDIP terbentuk, dengan kesepakatan capres dari PDIP, maka cawapresnya adalah Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
Namun dia memprediksi, hal ini tidak akan terjadi kesepakatan. Sebab, Prabowo dan Gerindra ingin maju sebagai capres. "Itupun situasinya kalau Pak Prabowo mau mengalah," katanya.
Kalau terjadi deadlock, lanjut Arya, karena PDIP gabung tidak muncul kesepakatan, tentu paling masuk akal sekarang itu kalau menggunakan indikator elektabilitas dan penerimaan parpol koalisi, kedekatan dengan Jokowi.
"Paling berpotensi Prabowo sebagai capres koalisi besar, kalau PDIP tidak bergabung,” tutur Arya.
Prabowo-Airlangga
Sementara untuk posisi Cawapres, Arya melihat, paling potensial mendampingi Prabowo adalah Ketum Golkar Airlangga Hartarto.
"Cawapresnya kalau gunakan asumsi komposisi kursi parpol di DPR Partai Golkar, jadi itu potensialnya ya Pak Airlangga. Jadi Prabowo-Airlangga. Itu dari sudut kalkulasi politik itu yang sekarang paling mungkin," jelas dia.
Arya mengatakan, dalam kalkulasi capres cawapres ketika sudah ada kesepakatan partai, maka elektabilitas cawapres tidak lagi menjadi pertimbangan.
"Tapi capresnya yang menjadi pertimbangan elektabilitas. Ketika sudah terbentuk koalisi, elektabilitas itu tidak lagi jadi indikator utama," katanya.
Ikuti perkembangan terkini seputar berita Pemilu 2024 hanya di merdeka.com
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain dari Anies, Prabowo berpotensi mendapatkan limpahan dukungan dari pendukung Ganjar.
Baca SelengkapnyaPKB menyebut, jika cawapres menjadi faktor penentu pendongkrak elektabilitas capres.
Baca SelengkapnyaPosisi Anies terdesak Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
Baca SelengkapnyaSeluruh ketua DPD Golkar menolak Munaslub untuk melengserkan Airlangga dari jabatan Ketum partai.
Baca SelengkapnyaPartai Golkar menyiapkan Ridwan Kamil sebagai calon gubernur bukan sebagai Cawapres Ganjar.
Baca SelengkapnyaPrabowo bisa merangkul para pendukung Ganjar dan Anies secara bersamaan.
Baca SelengkapnyaSikap PDIP kini paling dinanti publik, gabung Prabowo atau oposisi?
Baca SelengkapnyaTiga kubu itu adalah Prabowo, Ganjar, dan Anies Baswedan.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie mengusulkan, Presiden Jokowi memimpin Parpol koalisi pengusung Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengatakan, tidak masalah jika partai koalisi di tingkat nasional punya koalisi berbeda di tingkat daerah.
Baca SelengkapnyaGerindra mengakui ada pembahasan antara Presiden Jokowi dengan partai KIM bahas peluang Kaesang di Pilkada Jakarta.
Baca SelengkapnyaPrabowo mempunyai peluang untuk memimpin dalam skema head to head, baik ketika berhadapan dengan Ganjar maupun Anies.
Baca Selengkapnya