Dalang poster 'Jokowi Raja' diminta datang ke kantor DPD PDIP Jateng
Merdeka.com - DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah menantang dalang penyebar alat peraga kampanye (APK) bergambar 'Jokowi Raja' datang ke kantor. Hal itu guna menjelaskan maksud dan tujuan menyebar gambar Jokowi bermahkota raja di sejumlah wilayah Jateng yang dinilai bisa merugikan citra Capres nomor urut 01 itu.
Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto mengatakan, APK itu sudah dicopot oleh pihaknya. Dan kini dikumpulkan di kantor partai di Kota Semarang.
"Kami tunggu penanggung jawabnya datang ke DPD PDIP Jateng. Kalau dia datang, akan kami ajak diskusi kenapa dia pasang begini. Kami menunggu kekesatriaannya. Dijamin tidak akan lecet," ucap Bambang, saat dikonfirmasi, Selasa (13/11).
-
Siapa yang menjawab pertanyaan soal kesiapan PDIP menjadi oposisi? Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menjawab pertanyaan soal kesiapan partai berlambang kepala banteng menjadi oposisi atau berada di luar pemerintahan.
-
Siapa yang akan menjembatani Jokowi dan PDIP? 'Pak Prabowo yang akan bisa menjembatani kembali, merajut kembali hubungan Pak Jokowi dengan PDIP. Kita tahulah, dalam hati mereka masing-masing sebenarnya sih sangat mungkin ketemu. Kenapa? Ya Pak Jokowi juga kan besar di PDI-P dan PDI-P juga kan pernah ikut dibesarkan Pak Jokowi,' kata Habiburokhman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/3).
-
Apa yang sedang dipertimbangkan oleh PDIP untuk Pilgub DKI 2024? 'Nama-nama akan tersaring sesuai dengan usulan dari daerah-daerah. Mohon maaf, belum bisa kami sebut karena masih melakukan proses pencermatan,' kata Hasto di Posko Pemenangan, Jakarta, Senin (6/5) malam.
-
Mengapa PDIP akan menunggu penghitungan KPU sebelum menentukan sikap? Maka, sikap kami, kami tunggu proses penghitungan berjenjang, karena ada proses satu bulan, artinya tim khusus itu punya kerja waktu satu bulan,' imbuh Hasto.
-
Siapa yang akan PDIP ajukan sebagai saksi? PDIP tidak fokus pada selisih perolehan suara paslon nomor 03 Ganjar-Mahfud dengan paslon pemenang. Wakil Deputi Hukum TPN Ganjar-Mahfud Henry Yosodiningrat mengungkapkan, PDI Perjuangan siap membawa sejumlah bukti dan saksi ke Mahkamah Konstitusi (MK) di antaranya seorang kepala kepolisian daerah (kapolda) terkait gugatan hasil Pilpres 2024 setelah diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
-
Siapa yang memberi klarifikasi ke Sekjen PDIP? Effendi Simbolon memberi klarifikasi ke Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto terkait ucapannya mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Dia menuturkan, pihaknya menemukan pertama kali APK itu beberapa hari lalu. Secara organisasi, dirinya lalu mengontak Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf dan Tim Kampanye Daerah (TKD) Jateng. Kedua pihak mengaku tak pernah memerintahkan pemasangan APK dimaksud. Bambang lalu mengontak DPP PDI Perjuangan, dan kembali mendapat jawaban yang sama.
Dia menuturkan, pihaknya lalu menganalisa poster tersebut. Kemudian, berkesimpulan, apabila dibiarkan, maka sama saja menganggap rakyat, PDIP, dan Jokowi sebagai orang bodoh.
"Sebab substansinya tak mencerdaskan. Sebab hari ini era demokrasi. Semua jabatan publik didapatkan melalui election. Pak Jokowi adalah juga presiden pilihan rakyat. Berarti ini berusaha melecehkan kecerdasan rakyat, PDIP, dan presiden. Ini melecehkan," jelas Bambang.
Dia kemudian membuat surat kepada struktural partai, caleg partai, dan Satgas NKRI. Isinya agar semua APK dibersihkan, diturunkan dengan baik-baik dan disimpan di kantor partai.
Di dalam proses penurunan itu, lanjutnya, ternyata masih ada lokasi yang hendak dipasangi. Para pemasang inipun dicegah lalu ditanyai.
"Kita tanya siapa yang suruh. Dia bilang ini perintah dari orang di pusat. Tapi tak bisa sebut siapanya. Ditanya ambil dari mana? Dikasih tahu dan ketemu orangnya. Saat ke sana, di situ juga ada 800-an yang belum dipasang. Kita foto orangnya. Kita data semuanya," ungkap Bambang.
Dari para pemasang dan penelusuran lebih jauh, ketahuan bahwa mereka dikomandoi dari Hotel Siliwangi, Semarang. Para pemasang mengaku bahwa mereka rakyat biasa yang secara pribadi memilih Jokowi. Namun butuh uang untuk hidup. Perpemasangan, mereka dibayar Rp 10 ribu, di luar APK yang sudah disediakan.
"Dibayar Rp 10 ribu perposter. Itu di luar APK. Setiap desa pasang 10. Kalau di Jateng ada 8.000 desa, berarti 80 ribu (poster)," kata Bambang.
Informasi lainnya, masih kata dia, bahwa sejumlah stiker juga dipasang di ratusan angkutan kota (angkot). Ada pemilik angkot yang mengaku dibayar Rp 100 ribu. Ada juga angkot di wilayah Pati dan Blora dibayar hingga sebesar Rp 150 ribu.
Pihaknya kemudian membersihkan angkot-angkot itu. Sopir angkot dikumpulkan dan diajak berdialog. Sementara APK yang dipasang di ruang publik dibersihkan dan dikumpulkan di kantor partai.
Menurut Bambang, pihaknya masih berpandangan positif bahwa kemungkinan si pemilik APK memasangnya tanpa sadar aturan yang ada. Namun, tak menutup kemungkinan memang ada upaya men-downgrade Jokowi secara soft.
"Maka itu, pada tahap ini kami ingin berdiskusi. Ini kami turunkan, kalau mau ambil ya datang ke kantor PDIP Jateng. Kita ingin dialog supaya ketahuan siapa yang keliru. Supaya sekaligus ada proses pendidikan politik di sini," pungkasnya.
Reporter: Putu Merta Surya PutraSumber : Liputan6.com
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Petugas Satpol PP mencopot bendera PDIP dan baliho di dekat lokasi acara Jokowi.
Baca SelengkapnyaPDIP akan lebih banyak menghadirkan sosok Jokowi pada diri Ganjar Pranowo di tengah-tengah masyarakat.
Baca SelengkapnyaPencopotan dilakukan petugas Satpol PP Provinsi Bali.
Baca SelengkapnyaDPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Sumatera Utara menyampaikan permohonan maaf atas insiden tidak terpajangnya foto Presiden Joko Widodo
Baca SelengkapnyaRespons Santai Ganjar Soal Foto Jokowi Dicopot di Kantor DPD PDIP
Baca SelengkapnyaWakil DPD PDIP Sumatera Utara, Aswan Jaya membantah jika foto Jokowi yang tak terpajang itu berkaitan dengan sikap politik
Baca SelengkapnyaGanjar berharap Pemilu 2024 bisa berjalan dengan baik dan aparatur negara bersikap netral
Baca SelengkapnyaKoster menyebutkan, semua baliho dan bendera yang dicabut sudah kembali dipasang.
Baca SelengkapnyaMomen foto Presiden Jokowi yang tidak terpajang itu diketahui saat Edy Rahmayadi mengembalikan berkas formulir pendaftaran.
Baca SelengkapnyaPDIP beralasan kantor partai politik tidak memiliki kewajiban memasang foto presiden
Baca SelengkapnyaRaja Juli mengaku dipanggil sebagai Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menanggapi soal baliho dirinya dengan foto bakal calon Presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Baca Selengkapnya