Deklarasi cagub terlalu dini bisa jadi masalah buat Ridwan Kamil
Merdeka.com - Deklarasi dukungan politik Partai NasDem pada Ridwan Kamil pada Minggu (19/3) kemarin untuk maju sebagai calon gubernur berpotensi blunder bagi karir politiknya. Sebab, Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, dinilai terlalu dini menerima pinangan dari partai pimpinan Surya Paloh itu.
Hal itu berdasarkan pengamatan Ketua Pusat Studi Politik & Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Muradi.
"Langkah terlalu dini menerima pinangan untuk dicalonkan sebagai cagub pada Pilgub 2018 mendatang menjadi potensi masalah yang tidak sedikit," kata Muradi pada merdeka.com.
-
Siapa yang ajukan Ridwan Kamil maju di Jakarta? 'Silakan dicek bahwa pada waktu itu kan yang minta mau maju Jakarta kan Pak Ridwan Kamil,' klaim Dasco.
-
Kenapa Ridwan Kamil pede dalam debat Pilgub Jakarta? Jika tidak optimis, bagaimana bisa menjadi pemimpin? Saya selalu memiliki sikap optimis berkat pengalaman 10 tahun di Bandung dan Jabar,' ungkap RK kepada awak media di Posko Bang Mul, Jakarta Utara, pada hari Minggu.
-
Bagaimana Ridwan Kamil mengkampanyekan dirinya di Pilkada DKI Jakarta? 'Saya akan sosialisasikan dan membantu Pak Ridwan Kamil menjadi gubernur. Saat mengemudikan angkot, saya akan mengajak penumpang untuk memilih nomor 1, pasangan RIDO,' tuturnya.
-
Bagaimana Golkar memutuskan Ridwan Kamil? 'Kesepakatan antara Pak Airlangga dengan pimpinan partai politik lain kita tunggu sampai akhir Juli atau awal Agustus,' kata Doli.
-
Siapa yang mencatut nama Ridwan Kamil? Dilansir dari akun Instagram resminya @ridwankamil, Ridwan Kamil telah membantah dan mengklarifikasi nomer WhatsApp tersebut.
-
Siapa yang akan melawan Ridwan Kamil di Pilgub Jabar? Kami belum ada obrolan sama sekali menyangkut soal sosok Kang Ridwan Kamil gitu, tapi yang sudah ada obrolan malah di Jabar. Kalau Kang RK maju di Jabar kami akan bikin poros di luar Kang RK kan gitu,' tutur Huda.
Ada lima alasan mengapa potensi blunder yang dilakukan Emil usai dideklarasikan sebagai bakal calon gubernur dari NasDem. Menurut Muradi pertama, deklarasi tersebut membuat warga Bandung merasa ditinggalkan. Dengan waktu kurang dari dua tahun, kehadiran Emil pada deklarasi tersebut juga mensiratkan ambisi politik yang menggebu.
"Pasca deklarasi ini juga akan membawa konsekuensi mengganggu konsentrasi dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai kepala daerah di Kota Bandung," ujarnya.
Selanjutnya, deklarasi tersebut juga secara eksplisit menutup ruang koalisi bersama dalam pengajuan Ridwan Kamil sebagai bakal cagub Jabar. Dengan hanya lima kursi di DPRD Jabar, keberadaan NasDem tentu tidak akan bisa mengajukan sendiri dalam mengusung calon dan itu perlu dukungan dari partai lain.
"Langkah NasDem dengan mengambil momentum tersebut akan membuat partai-partai lain berpikir dua kali untuk ikut dalam gerbong dukungan pada Emil," jelasnya.
Ketiga, Emil juga berpotensi tersandera oleh politik kepentingan dari partai NasDem. Betapapun partai NasDem menegaskan tetap membuka ruang bagi dukungan bersama, tapi sebagai partai yang pertama kali mengusung dan mendeklarasikan, partai ini akan memilih untuk membangun daya tawar politik kepada partai-partai politik lainnya.
Selanjutnya keempat, pasca deklarasi tersebut tentu akan mengubah peta politik di Jabar. Partai-partai politik yang sejak awal menunggu waktu tepat kemudian melihat situasi tersebut bukan tidak mungkin akan membangun barisan yang lebih kokoh namun pragmatis. Kata dia, misalnya Partai Golkar dan PDIP yang kecil kemungkinan melakukan koalisi dengan PKS, maka hal tersebut dimungkinkan untuk mengusung calon yang dianggap bisa mematahkan posisi politik Emil di Jabar.
Dan terakhir, menurutnya, karena peta berubah, maka potensi hasil survei juga akan mengubah hasil dari yang selama ini beredar dari hasil sejumlah survei di Jabar. Artinya jika sinisme menguat karena deklarasi terlalu dini untuk maju di Jabar, maka posisi Emil berpotensi secara bertahap akan goyah juga dan tergeser dari puncak.
"Situasi ini jika tidak dikelola dengan baik, maka nasib Emil akan sama dengan Dede Yusuf pada Pilgub 2013, yang mana secara sistematis tergeser terjun bebas, dan kalah pada Pilgub 2013. Padahal Dede yusuf sejak awal selalu memuncaki hasil survey," paparnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ridwan Kamil kemungkinan bakal dipasangkan dengan kader Gerindra
Baca SelengkapnyaGolkar yang menjadi salah satu partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) hingga kini belum memutuskan kadernya; Ridwan Kamil untuk maju Pilkada Jakarta.
Baca SelengkapnyaNasDem bakal mengusung nama-nama yang dianggap memahami Kota Jakarta serta yang sejalan dengan partai.
Baca SelengkapnyaSekjen Golkar membenarkan Ridwan Kamil (RK) bakal diusung maju di Pilkada Jakarta 2024 usai Dedi Mulyadi diusung di Pilkada Jabar.
Baca SelengkapnyaPartai Golkar memastikan sejak awal sudah menugaskan Ridwan Kamil (RK) untuk maju di Pilgub Jakarta.
Baca SelengkapnyaSekjen PAN Eddy Soeparno mengatakan, tak akan menunda-nunda deklarasi tersebut.
Baca SelengkapnyaTermasuk, partai yang akan gabung dengan KIM, Dasco pun enggan menyampaikannya.
Baca SelengkapnyaTak hanya di KIM, Doli mengaku, nama Ridwan Kamil di Jakarta direspons positif oleh partai politik di luar KIM.
Baca SelengkapnyaKetua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menegaskan bahwa yang berkeinginan untuk maju menjadi calon gubernur di Pilkada Jakarta adalah Ridwan Kamil.
Baca SelengkapnyaKang Emil menuliskan mendapat wejangan dari menteri pertahanan sekaligus ketua umum Gerindra tersebut.
Baca SelengkapnyaCak Imin mengaku tidak mengetahui secara lengkap terkait dengan Pilkada. Karena hal itu sudah diserahkan kepada desk Pilkada di PKB.
Baca SelengkapnyaPKS mengaku sudah memberikan kesempatan pada Anies, bahkan Presiden PKS sampai turun gunung, namun hal itu tak dimanfaatkan.
Baca Selengkapnya